LIFE 28

2.8K 203 91
                                    

Aldri menatap dua orang di hadapannya dengan perasaan yang campur aduk, antara marah, kesal, cemburu, dan yang paling tidak bisa dipungkiri oleh hatinya, dia juga merasa lega melihat Icha sudah bisa meluapkan kesedihannya, walaupun orang yang bisa membuat Icha menangis bukanlah dirinya.

Tapi lagi-lagi hatinya terasa nyeri, jantungnya seakan berhenti berdetak ketika melihat Aron yang makin mendekatkan jarak mereka, hingga keduanya benar-benar menyatu. Melihatnya seakan membuat dunia Aldri runtuh seketika.

Aldri tidak sanggup terus melihat kejadian di depannya, namun kakinya seakan mati rasa sehingga membuatnya tidak bisa melangkahkan kakinya untuk menjauh.

Yang bisa dilakukannya hanya menahan amarah dan gejolak kecemburuan yang makin lama makin membuatnya tersiksa.

Ingin rasanya dia menerjang Aron dan meluapkan semua emosinya karena telah berani mencium Icha.

Tapi Aldri masih sadar diri, karena selama ini yang ada di samping Icha bukanlah dirinya, melainkan Aron.

Ponsel Aldri yang berada dalam saku celananya terus saja bergetar tiada henti.

Aldri tahu siapa penelponnya, karenanya sejak tadi dia enggan dan mengabaikan panggilan masuk tersebut, sampai akhirnya Aldri jengah dan memilih untuk menon-aktifkan ponselnya.

Tapi ketika akan mematikan ponselnya di layar ponselnya yang dilihatnya bukanlah nomer dari ponsel Amanda, melainkan dari nomer rumah Amanda, yang berarti pembantu Amandalah yang menelpon, karena Aldri pernah berpesan kepada pembantu di rumah Amanda dan memberikan nomer ponselnya jika terjadi sesuatu dengan Amanda.

Buru-buru Aldri mengangkat panggilan masuk tersebut dan membatalkan niat awalnya yang akan mematikan ponsel miliknya, dan benar saja yang didengarnya pertama kali adalah kepanikan dari pembantu Amanda yang mengatakan majikannya mencoba bunuh diri lagi dan sekarang sedang di bawa ke rumah sakit.

Langsung saja Aldi berlari walaupun langkah kakinya terasa berat tapi tetap dia paksakan berlari ke mobilnya dan menuju ke rumah sakit dimana Amanda di tangani dan meninggalkan dua insan yang jadi pusat perhatiannya sejak tadi.

Sesampainya di rumah sakit, Aldri melihat kepanikan dari seorang bapak yang dikenali Aldri sebagai supir Amanda.

"Pak, gimana keadaan Manda?"

Bapak itu terlihat kaget dengan kedatangan Aldri. "Den Al.." Ucapnya setelah tahu siapa yang menepuk pundaknya. "Belum tahu den, dokternya masih belum keluar sejak tadi, tapi darah yang keluar banyak sekali, saya takut non Manda tidak bisa diselamatkan."

Aldri hanya bisa terdiam mendengarnya, dia merasa bersalah, karena lagi-lagi dia merasa sebagai penyebab Amanda ingin mengakhiri hidupnya.

Aldri terduduk di kursi tunggu, menundukkan kepalanya dan menjambak-jambak rambutnya, Ia merasa sangat kacau. Pikirannya terus berkecamuka antara keselamatan Amanda dan kebersamaan Icha dengan Aron.

Tak begitu lama dokter yang memeriksa Amanda keluar, Aldri langsung menyerbu dokter tersebut dengan pertanyaannya, dan syukurlah Aldri bisa bernafas lega untuk kedua kalinya karena Amanda baik-baik saja sekarang, Amanda hanya butuh istirahat dan mungkin besok atau lusa Amanda sudah akan sadar.

____DW

Amanda telah dipindahkan ke kamar rawat, hari sudah cukup malam dan Aldri berniat untuk pulang.

"Pak saya ingin pulang dulu, besok pagi saya akan datang lagi." Ucap Aldri yang sudah berniat untuk pulang.

Supir Amanda mengangguk. "Iya den, hati-hati di jalan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang