LIFE 24

1.4K 141 26
                                    

Makasih banyak buat kalian yang masih nunggu dan udah mau baca cerita ini.

Makasih juga yang udah masukin cerita ini ke library kalian, reading list kalian apalagi, ngasih vote dan nyempetin coment di cerita ini, itu semua bener-bener sangat berarti buat gue.

Sekali lagi gue ucapin terima kasih yang sebesar-besarnya.

Peluk cipok dari gue buat kalian para reader istimewa.

Sekarang, selamat membaca!

Aron baru tersadar dari keterpanaannya ketika pundaknya ditepuk pelan oleh opsir polisi yang ingin memastikan keadaan. Tapi, bukannya menjelaskan Aron malah membalikkan badan dan pergi begitu saja dari TKP kejadian tanpa berniat untuk menoleh lagi.

Dia berjalan ketempat dimana Tasya menunggu tadi, mengambil tasnya dan pergi tanpa memedulikan teriakan Tasya yang menanyakan keberadaan Icha.

Dia harus menenangkan dirinya terlebih dahulu, menenangkan jiwanya, manata kembali serpihan-serpihan hatinya yang hancur sebelum bertemu kembali dengan Icha nantinya.

Dia tidak ingin membuat Icha kecewa terhadap dirinya jika Icha tau keadaannya sekarang, dimana dia tidak bisa memegang ucapannya sendiri yang mengatakan akan rela jika Icha memberikan hatinya kepada orang lain bukan kepada dirinya. Terlebih sekarang dia tahu jika Aldrilah orang yang amat sangat beruntung mendapatkan tempat spesial di hati Icha.

Aron sadar, dia juga tidak akan sanggup dan rela begitu saja jika persahabatan mereka akan hancur karena masalah percintaan roman picisan seperti ini, keduanya sangat berarti bagi Aron.

Maka dari itu dia sekarang memilih menenangkan dirinya terlebih dahulu, dan belajar menerima kenyataan. Kenyataan jika sekarang Icha sudah menentukan pilihan, dan pilihannya bukan jatuh kepada dirinya seperti yang dia harapkan selama ini. Baik sebelum Icha tau akan perasaannya maupun setelah Icha mengetahuinya.

Aron masuk ke dalam mobilnya, menutup pintunya dengan bantingan keras, tangannya mencengkram stir mobil dengan kencang hingga membuat buku-buku jarinya memutih dan tak lama dia jadi memukul-mukul stir mobilnya sambil merutuki dirinya sendiri.

"BEGO.BEGO.BEGO."

Aron menjatuhkan kepalanya ke stir mobil. "Harusnya gue bisa nerima ini semua, gue udah janji gak akan ada yang berubah apapun yang terjadi." Gumamnya. Menyesali dan meratapi nasibnya. Tangannya meremas kembali bagian dadanya yang sakit ketika ingatannya memutar kembali kejadian tadi.

Aron memutuskan menjalankan mobilnya menuju rumahnya, dia hanya akan tidur dan berharap bangun keesokan harinya dengan hati yang sudah pulih, itupun jika dia bisa tidur malam ini.

Untungnya dia tidak lupa dan masih menyempatkan dirinya mengirim pesan ke Tasya bahwa dia harus pulang duluan karena ada urusan mendadak dan menjelaskan keadaan Icha yang sudah bersama Aldri, dia tidak ingin membuat mereka mencari dirinya dan menemukan dirinya yang sedang meratapi nasib, terlebih jika Icha yang melihatnya.

Keesekonnya, walaupun hati Aron belum benar-benar pulih, tapi setidaknya sekarang dia sudah bisa sedikit menerima kenyataan. Dia memutuskan menjenguk Icha di rumahnya yang katanya terkena demam sepulang dari tempat kemarin. Dia mendapatkan kabar dari Aldri yang mengiriminya pesan tentang keadaan Icha tadi pagi ketika dia menyalakan kembali ponselnya setelah semalam di nonaktifkan.

"Al, gimana keadaan Icha?" Tanya Aron setelah dia samapai di kamar Icha.

"Udah gak papa, untungnya dia cuma sedikit shock makanya sampe demam, tapi sekarang demamnya udah turun, jadi udah gak ada yang perlu dikhawatirin." Jelas Aldri.

LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang