LIFE 21

1.3K 139 15
                                    

Cek mulmed, ada Amanda!


Sudah seminggu Icha masuk ke sekolah setelah kejadian itu. Semuanya sudah berjalan normal kembali, bahkan hal yang paling Icha takutkan jika Aron menjauh darinya tidak terbukti, Aron tetap menjadi Aron yang biasanya, tapi justru Aldri yang sekarang makin sibuk dengan ponselnya sendiri, terkesan menjauh darinya. Malah sekarang Aldri sudah tidak berangkat dan pulang sekolah satu mobil dengan Icha dan Aron.

Sebabnya dia harus mengantar jemput Amanda yang baru saja pindah ke Jakarta. Semacam menjadi supir, pengawal, babu atau semacamnya untuk Amanda.

Apalagi Aldri sama sekali tidak membahas masalah ciuman itu, sehingga Icha berpikir mungkin itu hanya terjadi di dalam mimpinya saja. Dan Icha tidak ingin memikirkan itu sekarang. Membuatnya malu, bisa-bisanya dia bermimpi seberani itu.

Sekarang saat mereka sedang berada di kantin, Aldri terus saja mengetik sesuatu di layar ponselnya yang Icha tahu pasti sedang berbalas pesan dengan Amanda.

"Al... dimakan dulu makanannya, nanti dingin gak enak" tegur Icha.

"Hmmm" Aldri hanya menggumam sebagai jawaban.

Aldri tiba-tiba berdiri dan menunjukkan ponselnya yang menyala-nyala menandakan ada telpon masuk. "Gue angkat telpon dulu, nanti gue balik lagi". Dia keluar dari kantin dan mencari tempat yang agak sepi.

Icha dan Aron minus Tasya karena dia sibuk dengan PMRnya hanya menatap punggung Aldri yang pergi keluar dari kantin.

"Kenapa akhir-akhir ini Al jadi sibuk sendiri siih, berangkat sama pulang sekolah gak bareng kita, pas maen ke rumah dia juga seringan malah keluar yang punya rumahnya, basket juga jadi sering bolos" Gerutu Icha.

"Itukan karena dia harus anter jemput Manda Cha, Manda baru pindah ke kota ini, jadi wajar aja kalo Al harus anter jemput Manda dulu sampe dia hapal jalanan di Jakarta" Jelas Aron menenagkan gadis yang duduk di hadapannya.

"Cewe manja"

"Manda bukan cewe manja Cha, bahkan gue kagum sama ketegaran dia selama ini, lo bayangin aja anak remaja kaya kita udah harus ngerawat Ayahnya yang sakit-sakitan setiap hari, padahal seharusnya anak seusia kita masih sukanya buat seneng-seneng, dan Al pernah ngerasain di posisi Manda sekarang, makanya dia yang paling ngerti perasaan Manda dan bersedia jadi pegangan buat Manda saat ini" Ucap Aron dengan penuh kelembutan agar Icha tidak salah paham.

"Iyaa gue tau, gue ngerti... cuma gue ngerasa... Al jadi jauh sama kita"

"Al tetep Al sahabat kita, gak ada yang berubah..." ucap Aron. "Udah jangan ngomongin dia lagi, orangnya udah balik tuh" Aron mngendikkan dagunya ke arah pintu kantin.

Dan benar saja, sekarang Aldri sedang berjalan ke kursi yang tadi di dudukinya. Tepat di sebelah Icha.

"Loh kok lo makannya masih sedikit Cha?" Tanya Al ketika sudah duduk dan melihat kotak bekal Icha yang baru kurang sedikit. "Cepet makan, ampe habis!" perintahnya.

Icha mendengus. "Dateng-dateng udah maen perintah aja".

Aldri mencubit pipi Icha dan menariknya ke samping. "Ni bocah susah banget dibilangin, gue cuma gak mao lo kenapa-napa lagi"

"Uuuuhhh perhatiannya... kirain udah lupa sama gue karena sibuk ngurusin temen lo yang baru dateng itu" sindir Icha sambil sedikit meringis karena merasa sakit di pipinya korban tangan laknat Aldri.

"Apaan siih Cha.. udah buruan abisin makan lo, bentar lagi bel" ucap Aldri sambil menyuap makanannya sendiri.

"Oh ya. Nanti gue gak ikut latihan basket, soalnya Manda minta anter ke toko buku"

LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang