LIFE 12

1.3K 168 9
                                    

Icha merasa beban di pikirannnya sedikit berkurang, setidaknya dia sedang bersenang-senang sekarang. Melihat kedua sahabatnya menderita karna perbuatannya yang meminta mereka mencoba semua pakaian yang Icha pilihkan adalah kesenangan tersendiri untuknya.

"Jelek-jelek..!! ganti..!" kalimat ini yang terus-menerus di ucapkan Icha dengan gerakan gelengan kepala yang tidak pernah ketinggalan. Tidak lupa mengabadikannya.

Tidak hanya lima pasang pakaian yang diminta Icha, tapi ini mungkin lebih dari dua puluh pasang pakaian.

Jangan tanya bagaimana wajah Aldri dan Aron. Wajahnya sudah memelas dan masam minta pengampunan agar semuanya di hentikan. Tapi sepertinya Icha merasa belum puas. Padahal kaki, tangan, kepala, lebih tepatnya seluruh badan mereka sudah merasa lelah.

Bagaimana tidak, jika sejak tadi mereka hanya bolak balik ruang ganti hanya untuk mendengar penolakan dari Icha. Belum lagi sebelumnya mereka harus mengikuti Icha mengelilingi seluruh mall dan membawa kantong borongan belanjaan Icha. Layaknya kacung.

Piip.. Piipp..Piip...

Suara alarm dari jam tangan Icha menghentikan tawanya ketika melihat Al menggunakan piyama beruang. Benar-benar menjatuhkan harga diri Al, tapi tidak menurunkan kadar kegantengannya.

"Yaaahhh.. kita harus udahan.." kata Icha dengan menunjuk jam di tangannya. Menandakan jika Icha harus makan. Ingat Icha tidak bisa telat makan.

"Akhirnya..." celetuk Aldri dan Aron bersama.

"Ya udah sana ganti baju, atau kalian mao pake baju itu?" Icha mengerling jahil.

"Enak aja, udah cukup gue di permalukan di toko ini aja, gak di seluruh mall, bisa turun pamor gue" Sebabnya Aldri menggunakan piyama beruang. Lucu tapi tetep ganteng kok.

"Bentar kita ganti dulu" Aron.

Setelah mereka berganti baju, mereka mencari restoran untuk makan malam.

___DW

Di perjalanan pulang Icha tertidur pulas di kursi belakang mobil Aron. Dan terjadilah percakapan antara Aldri dan Aron tanpa sepengetahuan Icha.

"Lo tau Icha kenapa?" Aldri.

Aron hanya menggeleng. Dia juga berpikir.

"Tadi pas gue nyamperin dia, mukanya kaya orang kaget, kaya ada yang disembunyiin, tapi gue gak tau apa".

"Akhir-akhir ini Icha bilang dia sial terus... Apa jangan-jangan dia di bully?" pikir Aldri.

"Dengan alasan apa?" Tanya Aron. Dia pikir sepertinya tidak mungkin

Aldri mengendikkan bahu. "Mungkin karna Icha satu-satunya cewe yang bisa deket sama kita di sekolah"

"Gak mungkin Al, selama ini Icha baik-baik aja, kenapa baru sekarang mereka ngebully Icha? Lagi pula kita udah ngasih peringatan tegas ke kelompok yang paling berpotensi buat ngebully Icha, jadi gak mungkin"

"Kita harus cari tau, gue gak mao Icha kenapa-kenapa, apalagi kalo penyebabnya kita"

"Gue juga gak mao. Apalagi kalo kejadian kaya dulu keulang lagi"

Aldri terpaku mendengarnya. Mengingat masa lalunya dengan Aron dan seorang perempuan saat mereka masih di kelas 7 SMP.

Aldri tertawa meremehkan "Ha-ha Icha beda dari cewe brengsek itu."

"Cewe brengsek yang lo sebut itu pernah jadi temen kita Al"

"TEMEN? Dia cuma manfaatin kita Ar, gue malah seneng waktu itu dia dibully."

LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang