Ata memasukkan bunga ke dalam vas setelah mengeluarkan yang lainnya. Merapikannya sebentar, lalu menaruhnya di meja. Bunga itu memang tampak sebagai pemberi kehidupan diruang monokrom ini. Kalau bukan, ya hanya pemandangan berupa gedung perkantoran lain yang tersaji dari jendela kaca besar di sekeliling Jed.

Jed memperhatikan semua hal yang Ata lakukan, seperti majikan yang baru saja menerima pembantu baru di rumahnya. Matanya lekat pada gadis itu, bibirnya sesekali tertarik membentuk senyuman tipis. Bagaimana Ata merapikan meja kerjanya, meletakkan laporan di depannya, atau membuatkannya catatan kecil tentang kegiatan hari ini.

Ata sadar dia diperhatikan Jed sejak mereka masuk tadi. Tatapan Jed tidak beralih padanya, seakan takut Ata kabur. Ibaratnya, Ata adalah mangsa yang kini sedang ditunggu Jed untuk disergap. Hanya butuh waktu yang tepat. Setelah melakukan semua hal yang biasa dia lakukan tanpa pengawasan dari Jed, dia berdiri di depan meja Jed.

"Aku harusnya marah karena kau terus-terusan melihatku, Jed. Itu pelecehan!" dia melipat tangan di depan dadanya.

Jed menutup mulut dengan jemarinya "Oh ya? Maaf." katanya santai "Aku tidak bisa mengabaikanmu." tatapnya.

Ata mengulas senyumnya, menggeleng. Aku juga tidak bisa! Dia menumpangkan tangannya di meja Jed, lalu memajukan wajahnya ke arah Jed.

"Kau wangi sekali. Parfummu, bunga, kau!" tambah Jed sebelum Ata sempat mengatakan apapun itu "Aku suka."

Ata membuka mulutnya, lalu menarik nafas. Pria ini!

"Oke, kau bisa meninggalkanku sekarang." Jed mengambil salah satu dokumen "Aku harus konsentrasi, Atlanta!"

Say my name again. Atlanta sounds better with your mouth!

"Atlanta?" dia mengulang.

Ata mendesis. Apa ada bintang jatuh barusan? Jed mengabulkan permintaannya!!!

Ata mengangguk, lalu menegakkan badannya. Dia berbalik dan mengambil bunga lilacs lama, lalu keluar dari ruangan Jed.

Atlanta.

Ata memegang tas kecil itu dengan tatapan tak percaya. Tangannya membolak-balik dokumen kecil itu, lalu mengambil yang lainnya. Foto dirinya ada disana, namanya, tempat tanggal lahir pokoknya semua identitas pribadi lengkap. Ini luar biasa.

"Bagaimana bisa? Paspor, visa, ID, apa ini? SIM? Trevin!" seru Ata.

Trevin mengangkat bahunya "Kau tahu kau berurusan dengan siapa? Jed Ferdinand! He makes everything possible!" dia menepuk bahu Ata "Kau siap pergi besok?" tanyanya.

Ata melihatnya, lalu memberikan tatapan sedih untuk Trevin "Aku ingin disini. Ada banyak yang harus aku kerjakan, Vin. Apa tidak bisa aku saja yang datang ke pembukaan besok?"

Tangan Trevin menggaruk alisnya "Thomas tak akan setuju." dia tertawa "Ditambah, dua orang sialan itu belum mengenalmu, Quins dan Qings!"

Ata melihat kembali semua identitas pribadi yang baru diterimanya dari Trevin. Semuanya legal, bercap dan sesuai. Apapun yang dilakukan orang-orang dibalik ini semua, mereka berhak dikurung atas pidana pemalsuan dokumen!

"Ata, good luck." ujar Trevin sebelum dia kembali ke ruangannya.

Yeah, good luck!

*

Peserta konferensi internasional sudah siap berangkat pagi ini. Mereka menikmati penerbangan kelas satu disponsori oleh perusahaan Jed, Royal Airlines. Perjalanan akan memakan waktu delapan jam dengan pesawat terbang. Maka, perjamuan dianggap sangat penting.

Love Or DieWhere stories live. Discover now