"Oh Thomas, akhirnya...." Ata membalas uluran tangannya, lalu sebelah tangannya menunjukkan sebuah kartu akses khusus.

"Maaf." ujar Thomas. "Ya, aku sudah dengar kalau Jed punya sekretaris baru, senang bertemu denganmu....um?"

"Atlanta, panggil Ata saja." kata Ata.

Thomas menunjuk sebuah ruangan, mengundang Ata untuk masuk ke sana. Ruangan yang tidak lain adalah ruang kerja pria itu. Thomas menunjuk sofa, menyuruh Ata untuk duduk. "Ata, apa yang membawamu kemari?"

"Um, weekend?"

Thomas tersenyum "Yeah, saranku adalah jauhi weekend untuk berkunjung. Ramai sekali." dia mengusap wajahnya "Jadi, kau sang sekretaris. Sudah berapa lama kau bekerja untuk Jed?"

Ata menaruh tangan di atas pahanya. "Belum lama, baru seminggu ini. Apa yang kau kerjakan di sini?" mata Ata memindai ruangan Thomas.

Thomas menuangkan minuman dan memberikannya pada Ata "Aku yang mengelola Royal Gallery."

"Wow." Ata kagum. "Kau pasti sedang sibuk dengan rencana pameran beberapa hari lagi."

"Tidak juga. Galeri sudah menyelenggarakan hal serupa beberapa kali. Hanya sedang menyesuaikan kembali. Apa kau punya minat pada seni?" dia meneguk minumannya.

"Seni? Well, aku tidak tahu apa itu minat atau bukan. Tapi, ya kadang aku suka atau dilain waktu seni... seperti Royal Gallery tidak menarik sama sekali. Maksudku, pameran lukisan atau lelang, bukan hal yang aku minati, tapi tidak jelek juga!"

"Kau persis seperti Jed!"

"Oh ya? Apa benar dia tidak tertarik pada seni? Lalu, kenapa dia punya gedung ini?"

Thomas menggeleng sambil tertawa. Oh, diberkatilah Jed. Bukan hanya dia, teman-teman di sekelilingnya pun begitu tampan. Thomas, salah satunya. Dengan rambut ikal, dia begitu cute. Alisnya yang tebal dan bulu matanya yang panjang. Ata bersumpah dia ingin merebut itu dari Thomas. Lesung pipinya timbul saat dia tertawa.

"Yang Jed tahu hanya bisnis. Yang dia lihat dari Royal Gallery adalah keuntungannya. Seni? Kau bisa lihat dia! Hampa! Dia tidak peduli seni, tak paham seni. Sama sepertimu. Yang dia tahu tentang seni hanya bagus dan tidak bagus!"

Ata meletakkan cangkir setelah dia meneguk sedikit minumannya "Ya, aku bisa lihat dia pria yang hampa!"

Mereka tertawa bersama.

"Sudah berapa lama kau mengenal Jed?"

Thomas mengelus dagunya "Lebih dari sepuluh tahun mungkin, kami berteman waktu di SMA. Dia anak yang baik dan sangat menyenangkan. Semua orang menyukainya, terlebih lagi anak perempuan. Dia kaya dan tampan. Siapa yang akan melewatkan pria seperti dia?"

"I can see that."

Thomas berdehem "Jadi, apa kau ingin melihat-lihat?"

"Tentu saja. Aku baru akan memintamu memberi tur, jika itu tidak menganggamu."

"Tidak, tidak." Thomas berdiri.

"Kau bisa menyuruh orang lain kalau kau sedang sibuk, Tom."

Thomas mengulurkan tangannya pada Ata sambil tersenyum "Aku sendiri yang akan memberikan tur padamu."

Love Or DieDove le storie prendono vita. Scoprilo ora