| 6 |

6.8K 766 19
                                    

"Jadi... rumah lo masih yang lama kan?"

Venus membuka suara ditengah-tengah heningnya perjalanan menuju rumah Bulan. Gadis yang duduk disebelahnya mengangguk dan menjawab, "Iya, masih disitu kok."

Sesekali Venus melirik Bulan yang lebih memilih untuk memperhatikan hujan dibandingkan membuka obrolan dengannya. Bulan masih sama seperti dulu, tenang dan tak banyak bicara. Kedua sifat itu yang selalu sukses membuat Venus tersiksa jika harus menghabiskan waktu berdua seperti sekarang ini.

Bosan menunggu lampu merah, Venus menyalakan radio yang ada di mobilnya. Dan seketika lagu Never Gonna Leave This Bed milik Maroon 5 mengalun memenuhi mobil sedan Venus.

Ini lagu kesukaan Bulan, dulu.

"Wake you up in the middle of the night to say, I will never walk away again," Venus berbisik pelan, menyanyikan sebagian lirik dari lagu tersebut di bagian reff. Yang ia tidak tahu, Bulan mendengarnya.

Rasa dingin akibat AC di mobil Venus di tambah hujan yang semakin menderas membuat Bulan memeluk tas ransel yang sedari tadi dipangkunya sembari mendengar dalam diam Venus menyanyikan lagu kesukaannya.

Venus terus melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang sambil terus menggumamkan lagu Never Gonna Leave This Bed yang sebentar lagi akan selesai berputar. Ia tak menyadari kalau kegiatan kecilnya itu terus diperhatikan diam-diam oleh perempuan disampingnya.

Venus sering menyanyikan lagu itu untuk Bulan, dulu, saat mereka masih bersama sebagai sepasang insan yang saling mencintai. Namun, nampaknya kini lagu itu tidak berarti apa-apa lagi bagi keduanya.

Tersisa satu belokkan ke kanan, rumah dua lantai dengan cat berwarna biru muda yang di penuhi dengan tanaman bunga di halamannya terlihat begitu jelas. Sudah bukan sesuatu yang baru lagi bagi Venus untuk melihat bangunan biru muda beratap itu.

Dulu, hampir setiap hari ia datang ke rumah ini, menjemput Bulan ke sekolah dan mengantarnya pulang kembali, memastikan gadisnya selamat dan aman.

Bulan memainkan jari-jarinya yang dingin, bingung harus mengatakan apa pada laki-laki yang kini tengah sibuk memperhatikan sekitar rumah Bulan. Ia tahu, Venus hanya sedang mengalihkan kecanggungan yang terjadi diantara mereka berdua saat ini.

"Ng, mau masuk dulu, Ven?"

Suara pelan Bulan membuat Venus memalingkan kepalanya untuk menghadap gadis yang duduk sampingnya.

Tadi, Bulan baru menawarkan gue apa? batin Venus senang. Karena tidak ingin membuang-buang kesempatan, Venus mengangguk. "Boleh deh."

Dan saat itu juga Bulan menyesali tawarannya pada Venus.


- - - - - - - - - - -

a/n

HALO!

Pertama gue mau bilang makasih banyak untuk semuanya yang udah baca cerita ini. Sebenernya waktu itu sempat mau unpublish karena ngerasa cerita ini jelek banget, dan gue kira cukup ada di draft aja ngga perlu di publish, tapi akhirnya gue berubah pikiran.

Kedua, thanks to Dean dan terutama Rina yang nyempatin baca cerita ini dan selalu nyemangatin gue supaya nggak minder, ya walaupun gue masih dan akan selalu merasa kalau semua tulisan gue itu jelek karena gue emang cuma bisa jadi pembaca bukan penulis :(

Ketiga, gue seneng.

Intinya, makasih banyak untuk semuanya! Gue juga sangat amat menerima kritik atau saran dengan senang hati.

with love,

arsiani



Venus & BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang