| 23 |

4.9K 461 2
                                    

Sudah satu jam lebih Bulan mendiamkan Venus yang gemas akan gadis itu karena semua pertanyaan yang ia lontarkan tak mendapatkan satu pun jawaban. Namun, Venus tetap sabar karena ia yakin Bulan akan memberikannya jawaban atas semua pertanyaannya. Terutama mengapa ia menangis dengan mata yang sudah sukses membengkak. Keadaan Bulan yang sangat kacau di tambah dengan kesendiriannya di rumah pada saat hari sekolah membuat Venus semakin penasaran dan khawatir.

Hari ini, kebetulan, ia juga membolos karena malas bertemu dengan pelajaran Matematika dan tidak tahu harus bertingkah seperti apa kepada Marcus, teman sebangkunya. Untuk itu, ia mencoba datang ke rumah Bulan yang ternyata berpenghuni.

"Lo ngapain ke sini?" sebuah suara terdengar sehingga membuat lamunan Venus buyar. Laki-laki itu menoleh ke arah gadis yang tengah memainkan tangannya di atas bibir gelas yang berisikan teh hangat buatan Venus beberapa menit lalu. "Lo nggak sekolah?" tanya Bulan lagi.

Venus tersenyum kecil, "Kalo gue sekolah, mungkin gue nggak ada disini, Bulan. Gue bosen, nggak tahu harus ngapain di sekolah. Keadaan udah nggak sama kaya dulu." jawab Venus murung. Sejenak ia menimbang sebelum benar-benar mengatakan dengan suara pelan. "Persis kaya kita."

"Perlu berapa kali lagi gue bilang sama lo kalo semuanya emang udah beda? Nggak ada yang perlu di ubah atau pun di sesali lagi, Ven. Karena gue nggak pernah menyesal atas berakhirnya kita." Bulan menatap Venus dengan tajam.

Venus mencelos ketika mendengar sederet kata yang keluar dengan jelasnya dari mulut Bulan. Venus merasa kalau dulu dirinya begitu kejam dan tega terhadap Bulan sehingga kini perempuan itu tak pernah menyesal atas berakhirnya hubungan mereka.

Ada perasaan kecewa, sedih, dan marah saat mengetahui respon gadis itu yang tidak sesuai dengan harapannya. Venus ingin menjelaskan, tapi untuk saat ini Venus merasa kalau penjelasannya akan terasa sangat sia-sia karena sepertinya Bulan memang belum ingin mendengar penjelasan apapun tentang hubungan mereka dulu.

Venus mengalihkan pandangannya dari gadis itu. Kadang ia merasa ingin menyerah dan membiarkan Bulan hidup sendiri tanpa dirinya disisinya lagi, namun kadang ia juga merasa ingin memperjuangkan Bulan yang memang seharusnya dari dulu ia perjuangkan. Venus benar-benar sadar kalau ia sangat mencintai Bulan.

Namun, sepertinya untuk saat ini perjuangan Venus belum membuahkan hasil sedikitpun. Karena dihinggapi perasaan canggung yang sangat terasa diantara mereka berdua, Venus bangkit dengan membawa cangkir tehnya yang sudah kosong dan berniat untuk mencucinya sendiri, kebiasaan yang selalu ia lakukan dulu.

Ketika tengah mencuci cangkir putih dan membilasnya dengan air yang terasa begitu dingin di kulit tangannya, Venus bergumam pelan, menyanyikan satu baris lirik lagu yang pada saat itu tengah sering di putar di radio. "Cause I'll love you, over and over again, Bulan."

Setelah membasuh wajahnya dengan air, Venus hanya dapat berharap kalau masalahnya bisa ikut mengalir begitu saja seperti air.

Venus & BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang