| 16 |

5.1K 494 3
                                    

Kejora tengah asik menyisir rambutnya hingga akhirnya ia melihat sosok Bumi masuk ke dalam kelas 12 IPS 4. Karena kaget, Kejora langsung mengguncang badan Bulan pelan, membuat perempuan disampingnya mendecak sebal.

"Ada apaan sih, Jo?" Bulan memandang Kejora dengan tatapan mautnya. Kedua earphone yang tadi terpasang di telinganya kini sudah menggantung di bahunya.

Kejora tidak menjawab, melainkan hanya menatap Bulan dengan tatapan yang tak dapat di baca. Karena kesal, Bulan mengulang kembali pertanyaannya dengan nada tak sabar.

"Bumi masuk Harapan Bangsa?" tanya Kejora yang masih cukup kaget dengan keberadaannya.

Bulan kemudian mendesah pelan, "Oh, itu, iya dia pindah ke sini. Biasa aja kali, nggak perlu berlebihan gitu." Dan tepat sebelum Bulan memasang kembali kedua earphone-nya, Kejora lebih dulu berkata. "Dia sekelas sama Venus."

Setelah mendengar deretan kalimat yang keluar dari mulut Kejora, jantung Bulan berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Semuanya tidak seperti yang ia bayangkan sebelumnya. Ia tidak pernah menyangka kalau Bumi akan sekelas dengan Venus.

Ini mimpi buruk, batin Bulan gusar.

"Perhatian semuanya, Bapak mau bicara dulu sebentar." Pak Rahmat memasuki kelas 12 IPS 4 diikuti seorang anak laki-laki jangkung berkacamata di belakangnya. Seketika kelas tersebut menjadi hening, termasuk Venus dan Marcus yang tengah asik bercanda dengan teman-teman sekelasnya yang lain.

"Perkenalkan dirimu, Nak." Pak Rahmat menepuk pundak anak laki-laki tersebut dan membiarkan ia mengenalkan dirinya di tengah kelas sendirian.

"Um, halo, nama gue Bumi Ardiansya, kalian bisa panggil gue Bumi. Gue pindahan dari Jogja, tapi sebelumnya juga tinggal di Jakarta kok. Salam kenal semuanya." Bumi tersenyum manis, kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas hingga pandangannya berhenti pada dua laki-laki yang memandanginya dengan aneh.

Bumi merasa salah satu dari laki-laki itu ada yang ia kenal, namun ia tidak dapat mengingat nama dan orangnya.

"Nah, Bumi, silakan kamu duduk di bangku yang kosong. Selamat bergabung dengan 12 IPS 4." Pak Rahmat tersenyum ke arah Bumi yang mulai berjalan menuju bangku dan meja yang kosong. "Dan kalian, tolong jadilah teman yang baik untuk Bumi. Bapak tinggal dulu." Pak Rahmat berjalan keluar kelas. Dan ketika pintu kelas itu tertutup, keadaan di kelas 12 IPS 4 langsung berubah drastis.

Bumi duduk di barisan paling belakang, tepat di samping meja milik dua orang laki-laki yang sedari tadi menatapnya dengan aneh. Dan keanehan mereka bertambah ketika salah satu dari mereka menyebut namanya.

"Halo, Bumi Ardiansya. Miss me?"

Venus & BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang