| 22 |

4.8K 492 7
                                    

Bulan menangis semalaman setelah kejadian di gudang tua itu bersama Venus. Hatinya terbebani oleh rasa sesak yang tak terobati, pikirannya memutar semua ucapan yang ia katakan pada Venus di gudang tua itu, dan matanya sukses membengkak karena tak henti-hentinya mengeluarkan air mata.

Bulan hancur.

"Lan, ayo sarapan. Bumi udah nunggu dari tadi loh," suara Tata, ibu kandung Bulan, terdengar seiringan dengan ketukan pintu kamarnya. Dan ini sudah yang ketiga kalinya Tata kembali mengetuk pintu kamar Bulan.

"Bilang ke Bumi, Bulan nggak sekolah hari ini. Suruh Bumi bilang ke Jora kalau Bulan lagi males sekolah. Hari ini aja kok, Ma." teriak Bulan dari balik selimut tebalnya. Ya, ini sudah jam 6 lewat 15 pagi, namun Bulan belum juga beranjak dari ranjangnya. Untuk itu akhirnya Bulan memutuskan tidak pergi sekolah hari ini.

"Kamu sakit? Mau ke dokter?" tanya Tata yang ternyata masih berdiri di depan pintu kamar Bulan. "Engga, Ma, cuma males aja." sahut Bulan.

Tata yang tak bisa melihat kondisi anaknya hanya pasrah dan mencoba percaya kalau anak perempuannya memang sedang malas sekolah, bukan karena sakit. "Yaudah, Mama bilang ke Bumi ya. Sekalian Mama sama Papa mau berangkat kerja dulu. Pintu depan Mama kunci dari luar, ya. Sarapan udah Mama siapin di meja. Kamu baik-baik di rumah."

Tak lama setelah itu terdengar pintu utama rumah yang terkunci dan mobil serta motor Bumi yang mulai meninggalkan rumah keluarga Mezza.

Bulan sendirian. Seperti biasanya dan akan selalu begitu. Ia ingin merasakan perhatian dari kedua orang tuanya dengan benar, bukan sekadar memenuhi kebutuhan dan keinginan Bulan. Mendengar Ibunya yang hanya bertanya seperti itu bukanlah hal yang wow untuk Bulan. Tiap kali Bulan sakit, hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya.

Walaupun ia juga memiliki Kejora dan Bumi di sisinya, namun itu tidak akan pernah terasa cukup.

Ketika Bulan tengah merenungi kesedihannya sendiri di dalam kamarnya, suara ketukan pintu terdengar. Karena takut orang tersebut adalah tamu penting keluarga, dengan malas Bulan bangkit dari ranjangnya yang belum ia tinggalkan sedari malam hari.

"Selamat datang di kediaman Mez-"Bulan membukakan pintu utama dan menyambut tamu itu dengan sapaan resmi keluarga yang tidak terselesaikan karena sosok Venustra berdiri di sana.

Ya, Venus.

Dengan kondisi Bulan yang sangat tidak mendukung, kini ia harus di hadapi dengan seorang Venustra, laki-laki yang semalaman ia tangisi dan sukses membuat Bulan meliburkan diri sehari agar tidak bertemu dengannya. Dan kini orang yang tidak ingin ia temui justru berdiri dihadapannya.

"Bulan, lo kenapa nangis?"

Pertanyaan itu secara spontan Venus ucapkan kala pertama kali melihat Bulan yang keluar membukakan pintu dengan keadaan yang sangat kacau. Tanpa menunggu lama, Venus membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Merengkuhnya dengan sangat erat seakan tidak memperbolehkannya untuk pergi lagi.

"Gue minta maaf, Bulan."

Venus & BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang