| 1 |

20.7K 1K 12
                                    

"Venustra, jangan lari kamu!"

Bu Ratih, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan berteriak memanggil sebuah nama yang tak asing lagi di sekolah Harapan Bangsa. Yang di panggil justru berlari sangat cepat, mencoba melarikan diri dari kejaran dan teriakan Bu Ratih.

Ini masih pagi, dan Venus sudah mendapat hadiah teriakan dari Bu Ratih. Venus berlari disepanjang koridor lantai satu sambil sesekali menoleh ke belakang, memastikan kalau Bu Ratih tidak akan dapat mengejarnya.

Langkah Venus terhenti di halaman belakang sekolah dekat gudang penyimpanan data-data siswa yang sudah resmi lulus. Sebisa mungkin Venus mengatur napasnya yang sedikit tersenggal dan cepat.

Setelah merasa napasnya sudah kembali normal, Venus membalikkan tubuhnya, melihat sekitar gudang yang sangat sepi dan terpencil di belakang sekolah. Laki-laki yang bernama Venus itu mencoba mendekat ke arah pintu gudang yang tertutup rapat, penasaran dengan dalam ruangan yang penuh dengan data-data anak Harapan Bangsa.

Suara decitan pintu yang sudah cukup berumur itu terdengar sangat jelas di telinga Venus. Pemuda itu melongokkan kepalanya, mencoba untuk mengintip terlebih dahulu.

Mata Venus melebar ketika melihat seorang perempuan terduduk di sudut ruangan dengan buku di tangannya yang membuat wajah gadis itu terhalangi sebagian serta earphone yang terpasang di sekitar kepalanya.

Sepertinya gadis itu tidak menyadari kehadiran Venus, karena hingga saat ini ia tak mengangkat kepalanya walaupun sekarang Venus sudah berhasil masuk ke dalam gudang tua itu.

Venus hanya menatap gadis itu penasaran. Ia tak ingin mendekat dengan gadis itu.

Merasa tidak sendirian berada di gudang ini, gadis itu mengangkat kepalanya dan terkejut ketika melihat sosok laki-laki yang sudah ia kenal jelas berdiri di sana dengan sorot mata tak terbaca.

"Venus," gumamnya pelan memanggil nama laki-laki yang kini menatapnya lurus-lurus.

Venus merasa tubuhnya sudah bersatu dengan tanah, karena setiap kali ia ingin bergerak untuk membalikkan tubuhnya, semuanya terasa begitu berat. Venus benar-benar tidak menyangka jika gadis yang sedari tadi ia perhatikan diam-diam adalah gadisnya.

"Bulan," gumam Venus.

Dan untuk saat itu rasanya dunia berhenti berputar, waktu berhenti berjalan, dan udara di dalam gudang tua itu tiba-tiba saja menghilang.

Kedua insan yang berbeda itu sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Venus & BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang