| 12 |

5.6K 569 13
                                    

Marcus menghampiri Bulan yang duduk sendirian di bangku koridor sekolah dengan novel yang berada di pangkuannya. Laki-laki itu mengambil posisi duduk tepat di sebelah Bulan, namun masih dengan jarak yang cukup.

Bulan mengangkat wajahnya untuk melihat seseorang yang duduk di sampingnya. Setelah mengetahui siapa orang yang duduk di sebelahnya, Bulan kembali menyibukkan dirinya dengan buku bacaannya.

"Bulan," Marcus memanggil gadis itu pelan. Ia tahu kalau ulahnya tidak akan pernah termaafkan oleh Bulan. Untuk itu, kini Marcus datang menghampiri gadis itu kembali, ia ingin melakukan hal apapun asalkan Bulan memaafkannya. Apapun.

"Gue mau minta maaf--lagi. Gue tau kesalahan gue waktu itu emang ngga akan pernah dapat maaf dari lo--"

"Kalo udah tau nggak bakal dapat maaf dari gue, buat apa sekarang lo masih di sini?" Bulan sudah memotong ucapan Marcus yang belum selesai dengan tajam. Bulan tidak suka berbasa-basi, kalau ia sudah tidak suka, ya sudah ia tak akan pernah suka.

"Iya, gue tau kalo gue nggak akan pernah dapat maaf dari lo, tapi tolong denger dulu." Marcus memohon, membuat Bulan yang baru saja akan menyemburnya dengan ratusan pembelaan memilih diam dan memberikan laki-laki itu kesempatan berbicara.

"Ini permintaan maaf gue yang terakhir kalinya buat lo, gue akan mengabulkan empat keinginan lo selama itu masuk akal sebagai ganti dari kesalahan yang pernah gue perbuat dulu." Marcus kini sudah berlutut di hadapan Bulan, menjatuhkan nama sekaligus derajatnya sebagai siswa populer yang selalu berhasil menaklukan semua perempuan yang ia inginkan.

Bulan menimbang-nimbang tawaran Marcus, mungkin saja ia bisa mengambil banyak keuntungan dengan empat permintaan yang bisa saja ia minta kapan pun pada Marcus. Bulan berharap kalau langkah yang ia pilih tidak salah.

"Okay, gue terima maaf lo plus empat permohonan untuk gue." Bulan menarik Marcus agar laki-laki itu berdiri dan berhenti untuk merendahkan dirinya lagi. Bulan yakin kalau Marcus sudah berpikir panjang untuk melakukan hal ini yang tentunya mengancam popularitasnya sebagai 'lelaki penakluk wanita' Harapan Bangsa.

Senyum Marcus mengembang begitu lebar hingga ia tak lagi dapat menahannya. Perasaan haru dan senang berkecamuk di dalam dadanya yang kini menghangat. Setelah setahun lebih ia terbebani rasa bersalah, akhirnya beban itu sirna.

"Gue boleh langsung minta permintaan pertama gue?" tanya Bulan tiba-tiba, membuat Marcus yang sedang meresapi rasa senangnya menatap gadis di sampingnya kemudian mengangguk dengan antusias.

"Permintaan pertama, jauhi Venus dari gue."

- - - - - - -

JENG JENG

HAHAHA GUE SENENG MASA BACA KALIMAT TERAKHIRNYA :3

/kabur/


Venus & BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang