Prolog

49.8K 2.7K 72
                                    

Apa yang akan kau lakukan jika pada suatu tengah malam dengan hujan deras di luar sana, setelah kau mabuk berat, masih hangover, tak ingin beranjak sedikitpun dari tempat tidur karena wanita yang kau bayar memelukmu begitu erat, namun, gedoran di pintu tak kunjung reda?

Setidaknya itulah yang dialami Jed sekarang.

Dia terpaksa menyeret tubuhnya yang dia tutupi selimut seadanya sambil memegangi kepalanya dan seketika menyipitkan mata karena cahaya lampu ruang tamunya. Dia lupa mematikan lampu. Dia menggerutu lantaran gedoran di pintu itu begitu mengganggu. Siapa makhluk yang belum mengakui penemuan bernama bel pintu? Yang benar saja!

Jed menonaktifkan kunci pintu dan membukanya sedikit. Apa lagi ini? pikirnya.

Seorang gadis muda menatapnya, bibir gemetaran, pakian basah kuyup dan wajah...luka-luka! Dia melihat diatas kepala gadis itu ke kiri dan kanan, berharap ini hanya main-main dari orang-orang usil dimalam hari. Tapi nihil. Koridor apartemen lantai 35 itu kosong. Sepi.

Jed terlonjak saat tiba-tiba gadis itu mendorong tubuhnya hingga ambruk ke lantai. Lalu melebarkan daun pintunya dan masuk tanpa ijin.

"Siapa kau?" bentak Jed sambil menarik selimut untuk menutupi apa yang dirasa perlu.

Gadis itu menatap Jed sebentar lalu duduk di lantai. Sementara Jed berdiri, melilitkan kuat selimut pada tubuh bagian bawahnya hingga yakin benda itu tak akan melorot.

"SIAPA KAU?" bentak Jed tak sabaran. Dia was-was dengan keberadaan gadis di apartemennya pada jam segini. Dia berjalan ke sudut ruangan dan menarik stik golf dari sana. Ujungnya berkilauan saat dijatuhi cahaya lampu.

"Wow, easy" kata perempuan itu, membawa tangannya ke dapan dada meminta Jed bersabar "Santai. Aku hanya butuh tempat tinggal"

"Huh? Dan kau pikir kau bisa tinggal disini?" tanya Jed, "Who the hell are you?"

"Please, hanya kau bisa menyelamatkanku! Ada yang mengejarku!"

Jed mendekati gadis itu"Keluar! Aku tak tahu kau dan aku tak peduli dengan urusanmu!!" katanya.

Dia mencekal pergelangan tangan gadis itu, memaksanya berdiri dan menyeretnya paksa ke depan pintu.

"Aku mau dibunuh!" katanya meringis saat Jed sudah membuka pintu dan bersiap mengeluarkannya "Tolong" rintihnya.

Seketika jegalan tangan Jed di lengannya mengendur dan gadis itu kembali menerobos masuk ke bagian dalam rumah Jed.

Jed menarik nafas, memerintahkan dirinya untuk tenang "Aku akan menelepon polisi, kau bisa meminta perlindungan! Bukan disini."

"Tidak, jangan!" pintanya "Tolong, mereka akan membunuhku, polisi-polisi itu."

Jed makin pusing "Apa kau tahanan? Kau buronan?" serunya kaget.

Gadis itu menggeleng, matanya menatap Jed waspada "Tolong biarkan aku disini malam ini."

"Tidak, aku tidak percaya padamu." katanya.

"Hanya semalam, sesudah itu aku akan pergi!" katanya "Aku tidak bohong. Baiklah bagaimana agar kau percaya?"

Jed mendesah, tidak. Dia pusing sekarang. Hangover, ditambah gadis ini!

"Siapa kau?" tanya Jed, tangannya dia lipat di dadanya. Baik, dengan keadaan lemah seperti ini, Jed yakin tak banyak yang bisa dilakukan perempuan ini. Ditambah luka-luka di wajahnya itu!

"Atlanta. Panggil Ata saja" katanya "Halo,"

Do I know her? Somewhere, maybe?

"Kita sedang tidak berkenalan, jangan menyapaku" bentak Jed. Dia menahan kepalanya dengan tangan yang dia letakkan di atas pahanya "Jadi, apa yang kau lakukan disini, tengah malam?"

"Aku kabur" kata Atlanta "Um, bisakah aku minta air?"

Jed melihatnya tak percaya. Sambil mendengus dia berdiri dan berjalan ke dapur. Menuangkan segelas air putih dan memberikannya pada Ata. Gadis itu meneguknya cepat dalam tegukan yang berisik. Setelah itu, dia mengucapkan terima kasih pada Jed.

"Oke, ini ponselku, hanya ini yang aku punya. Aku tak tahu dimana dompetku terjatuh. Jadi, kalau kau mau, kau bisa memeriksanya," dia mengangsurkan ponselnya di depan Jed.

"Tak perlu" Jed berdiri "Dengar, kau harus pergi besok pagi. Hanya untuk malam ini!" dia memperingatkan "Kau bia tidur di sofa ini. Tak akan lebih dari ini."

"It's fine" kata Ata setuju.

"One more question," Jed melihat Ata ragu apakah gadis ini bisa berbahas inggris "Oke, aku mau bertanya"

"I know English!" ujar Ata.

"Well," Jed menghela nafas "Why here?"

"You keep your lights on!" tunjuk Ata pada lampu di atasnya "and see? You opened your door!"

Shit! Ujar Jed dalam hati "Yeah, my bad!" dia berdehem "Um, kau baik-baik saja?"

Ata menatapnya. Kenapa pertanyaan itu? Memegang beberapa bekas luka di wajahnya, dia mengangguk pelan.

Jed menghembuskan nafas dan berdiri. "Bersihkan lukamu." dia berbalik, menaiki anak tangga hingga Ata tak bisa melihatnya lagi.

Ata terseyum tipis.

***

x

STORY GUIDELINES

- rata-rata, tiap part dalam cerita ini berisi >3000 kata.

- violence

- swearing and implicit r rated scenes

- baca pelan-pelan, agar kalian paham apa yang terjadi di cerita ini.

- kalau kamu sudah pernah baca, dan sekarang membaca ulang, please jangan spoiler di komen yaa

- dengan segala hormat, spoiler comment mungkin akan saya hapus

- komen dan vote akan sangat disukai.

cheers and enjoy your flight, babes

cheers and enjoy your flight, babes

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

xxx

Love Or DieDonde viven las historias. Descúbrelo ahora