Chapter 20. Zhang Yong - The Guardian Angel

3K 168 19
                                    



Jam 12 malam, pesawat Southern China Airlines mendarat di Shanghai Pudong International Airport.

Seorang penjemput dari Hotel menyalami gue. Gue terbelalak dengan mobil yang jemput gue.
Limosine Honqi HQE !!! Omaagaaaa
Ini mobil asli buatan China yang harganya bujug buneeeeng.

Saat menyusuri Shanghai Bund, gue nikmati aroma eropa dan berpadu kemodernan disepanjang Sungai Huangpu. Mobil kemudian berhenti. Eh...gue nginepnya di The Bund?
Rizki dan Ardi ternyata udah nunggu di tangga depan Hotel.
Mereka menginap di Waldorf  Astoria Hotel.
Khaaan kalau pergi ma Rizki milihnya hotel yang mahal dan classic.

Setelah barang-barang gue dimasukkan kamar oleh roomboy, kita bertiga jalan-jalan di sepanjang The Bund. Suhu cuma 22 derajat, tapi anginnyaaaa....!!

"Kita buat buku lagi?" tanya Ardi

Gue dan Rizki ketawa. Ardi bengong ngelihat kita. Yaaah, kitapun mengangguk. Biar Ardi seneng.....!!!
Mungkin Ardi gak paham, karena menurut logika, peredaran buku secara independent gak bakalan sehebat itu.
Gue dan Rizki menjalankan sistem pemasaran dengan menekan client kita berikut seluruh link mereka.

Hmmm....hal itu memicu demmand pasar dimana timbul curiosity pada masyarakat. Sehingga timbul ledakan permintaan. Kuncinya hanya pada peredaran perdana dan kedua.

Apalagi kalau pemasaran yang kita lakukan itu lebih serius lagi, bukan gak mungkin, kita punya industri percetakan. Efek lebih kuat kalau buku itu worth dengan uang yang dikeluarkan. Semakin buku itu diterima di lingkungan kampus, buku bisa lebih stabil peredarannya.
Hmmm...soalnya Ardi orangnya lurus banget sih.

Ardi kita biarin foto-foto, sambil kita bikin strategi baru. Masak iya gitu-gitu mulu.

Ooh...Thank God, cuma di Shanghai bisa buka Facebook. Didaratan Zhongguo ini Facebook dan Google di banned. Thank you Shanghai...

Gue upload foto-foto gue ma Zhang Yong yang lucu-lucu. Pasti Rizki ngamuk nanti. Hehehe....biarin!

"Lapeeer!!!" teriak Ardi
Haah....udah jam 2 dini hari gini, masih mau makan?
Hmm...nemu juga orang jual Chaipan Wonton....enak loh!
Kalian pengen? Cari di Jinling Dong Lu, pokoknya diantara Sichuan Zhong Lu dan Jiangxi Lu. Harganya sekitar RMB 5.
Adalalagi Cong You Bing, pancake gitu pake bawang. Tempatnya di Xiangyang Nan Lu. Harga RMB 1,5
Itu street food semua, buka sampai pagi nanti.

"Pulang yok!! Udang kenyang khan? Gue besok mau ke Rumah Sakit!" kata gue.

Biar tidur jam 3 tetep aja bangun jam 5 pagi. Gue mandi duluan, soalnya Ardi ma Rizki enak bener tidurnya.

Jam 7 pagi gue pamit ke Tante Sofia, kalau gue mau ke Rumah Sakit. Emang niatan ke Shanghai mau berobat sih.
Tante Sofia malah ngotot mau nemenin, yaudah berdua jalan bareng. Soalnya gue ada appointment dengan dokter Wang Yubin jam 8 di Rumah Sakit Shanghai East di Jimo Road.

Ternyata diluar dugaan, pemeriksaannya detail banget dan makan waktu luuaaaammaaaaa. Ditanyain, apa gue kungfu master? Saat dia lihat X-Ray yang memindai tulang yang kemarin patah. Gue cuma ketawa.

Gue sih ngerasa nyaman berobat disini. Detail soalnya, beda banget dengan yang di Jakarta.

Apalagi Tante Sofia banyak tanya ini itu, dampingi kemana aja gue dibawa.
Pemeriksaan baru selesai jam 1 siang.
Dan besok suruh kesitu lagi...huhh capeee..

Habis dari situ kita janji ketemuan dengan Ardi dan Rizki di Yongfoo Elite Restaurant. Gue baru tau kalau yang masuk restaurant ini harus member.
Hmm...untung gue pake jas gak pake baju ngasal.

Bandung - Jogja.....The Hardest ThingDär berättelser lever. Upptäck nu