Chapter 17a. Year Three - Euro Trip

3.3K 174 18
                                    



"Kak....gimana adek?"

"Yaaaah....gitu deeeh! Anak manja...susah dibilangin! Nilainya standar gitu deh. Untung bisa lulus!"

Gue selalu hopeless dengan adek gue.
Kita yang jadi kakak sama abangnya tiap hari kontrol.
Tapi tetep aja failed.
Mama dulu ngidam apa sih?

"Kak emang si adek mau ambil kuliah apaan? Dari dulu kalau gue tanya selalu bingung!"

"Lo tahu nggak, dia pengen masuk farmasi."

"Pardon?"

Sekolah aja kayak taik kucing, mau ngambil farmasi. Bisa-bisa orang pada mati beli obat di apotek dia.
Adek gue emang gak pernah ngukur diri.

Itu percakapan telephone gue terakhir ke Kak Gita, sebelum gue terjebak kerjaan di Bali.

Kita bertiga saling menyemangati satu sama lain. Personel yang bantuin kita jauh lebih banyak, karena kerjaan mepet.
Tukang keramik, tukang kayu, tukang kaca, tukang acrylic, tukang besi bahkan pembuat karpet lokal dilibatin.

Sebelumnya kita udah maksa Mama buat tentuin venue pameran.
Namanya Mama, pasti gak jauh urusan bisnis. Kebetulan ada event besar pameran interior dan arsitektur Internasional di JCC. Mama sudah pesan tempat terpisah, sehingga tidak terganggu booth peserta lain.

Posisi di denah stunning banget, soalnya pas di depan main entrance .
Pusing khan?
Belum lagi nanti sponsor-sponsor kita pada gelar produk di sekitar kita, dari hotel-hotelnya orang tua Rizki, perusahaan property nya Mama, perusahaan tiles nya Mama dan produk -produk fashion .

Pameran direncanakan cuma digelar di Jakarta saja.
Jadi gak kemana-mana.

Design tempat pameran udah gue bikin dan pake runway.
Warna dominan putih, karpet biru dengan pattern gold.

Kita sampai janji, ini pameran terakhir kita. Capek banget soalnya. Karena persiapan pameran ini, nilai kita pada turun.

Dua hari menjelang pameran gue ngawasin pemasangan semua material dari stage, runway, area pameran karya, pemasangan Giant LCD stage screen,pemasangan gerbang, sampai ornamen kecil-kecil.
Sementara Rizki dan Ardi tinggal touch up yang akan dipamerkan.

Mama dan Tante Sofia patuh tidak melihat dulu atau ikutan ngurusin pameran. Tugas mereka adalah mempersiapkan makanan enak.

Sehari sebelum pembukaan semua finish. Kita test video rekaman yang kita buat, mengenai Aljazair yang berisi harapan anak-anak berbagai suku di Aljazair dan keindahan negara itu.

Kita sengaja mengunci pintu, jadi pada saat tamu datang, berkumpul di selasar depan.
Mereka baru bisa masuk setelah terkumpul agak banyak.
Harapan kita biar mereka merasakan scene - scene yang telah kita buat, dari mulai masuk hingga area pamer.

Pembukaan pameran sebenarnya dimaksudkan untuk peringatan kemerdekaan Aljazair, tanggal 5 Juli.
Tapi kita baru adain pameran tanggal 10 Juli-nya.
Benar saja begitu pintu dibuka mereka terkesima dengan scene yang kita buat. Mama dan Tante Sofia sampai agak lama berdiri di depan pintu masuk.

Tamu yang datang kayak resepsi kawinan. Buanyaaak banget.
Gue aja bingung, siapa saja yang diundang.
Yang membuat kita bahagia, adalah kedatangan Mr. Farooq pas hari pembukaan pameran bersama para duta besar Afrika Utara.
Kita perkenalkan Mama dan Tante Sofia ke Mr. Farooq.
Beberapa dosen kita memang diundang, gue cuma nyusupin dosen-dosen di PTS yang keren itu.
Puji Tuhan mereka bersedia hadir, walaupun terpaksa harus sediain tiket pesawat pp.

Bandung - Jogja.....The Hardest ThingDär berättelser lever. Upptäck nu