Chapter 17c. Year Three-Adek Gue, Si Pembuka Pandora

2.3K 185 33
                                    

This is completely of missing puzzle....
This is my life....my forgotten life

Gue membenci masa ini, karena gue menjadi ingat semua hal yang seharusnya hilang

________________________

Gue terbangun sudah didalam mobil. Saat akan gue gerakin badan sakit banget, gue udah takut tulang gue patah.

"Udah sadar? " tanya sebelah gue

Dia berikan rokok yang sama dengan yang pernah dikasih Om Abang.
Dia pegangi rokok di bibir gue.
Gue hisap dalam-dalam.
Tangan dan jari gue gemetar, gak bisa buat genggam.

Begitu rokok itu habis, gue minta lagi,
Orang itu ketawa.

"Boss....jangan kebanyakan nyimeng. Ini aja Boss!"

Dia membuka botol Whisky dan perlahan meminumkan ke mulut gue.

"Pelan Boss!"

"Jam berapa ini Bang?" tanya gue

"Jam 9-an!"

Masih pagi ternyata...mata gue terasa pedas. Hmm...baju gue penuh darah, tapi tangan gue ga bisa digerakin.
Bisa sih cuma sakit aja.
Remuk rasanya, buat nafas aja susah.

"Mau apalagi Bos?"

"Nyimeng....!"

"Cukup dulu Boss, nanti nyandu! Satu cukup Boss!"

Gue sama sekali gak kenal kedua orang itu. Tapi dari baju yang dikenakan berwarna hitam dan postur badannya yang seperti Taruna TNI sudah dipastikan mereka adalah pengawal Mr. He-Who-Must-Not-Be-Named.

"Minum aja Boss atau mau makan?"

"Enggak Bang!"

"Boss!"

"Iya Bang!"

"Maaf soal semalam! Kita semua penasaran Boss! Boss itu punya pegangan apa? Soalnya teriak aja engga. Padahal udah kayak apa kita ngehajar Boss. Baru kali ini liat orang semuda Boss tahan sakit!"

Babiiik...! Sakit yaaa sakit aja!

"Pake apa sih Bang. Jadi orang pasrah aja. Gak usah dilawan kalau gak mampu."

Mobil berhenti gak jauh dari rumah. Gue diangkat dua orang itu dan ditidurin didepan gerbang.

"Maaf ya Boss! Jangan dendam!"

Gue senyum
Huah baru kali ini gue kayak gelandangan di depan rumah sendiri.
Mana bisa berdiri gue? Gue cuma bisa tiduran.
Gak lama gue melihat langkah kaki berlari-lari dari dalam rumah.

"Sayaaang...!"

Gue tahu itu suara Rizki. Gue gak bisa nengok, cuma tengadah ke atas.

"Kaaaaaak....kunci gerbaaaaang! Kaaaaak!!!!" suara Rizki seperti menahan tangis.

Dari dalam terdengar banyak langkah berlari, diikuti jeritan Kak Gita.

"Gitaa...heii...Gitaaaa!!"

Itu suara Mas Dony yang panik.

Gak lama bunyi gerbang terbuka bersamaan suara mobil berhenti. Suara terengah-engah berlari ke arah gue.

"Sayaaaaang....!"

Yang ini suara Ardi terdengar panik.

Pelan-pelan gue ngerasa diangkat dua orang.

"Hati-hati sayang, kayaknya dia patah!" teriak Rizki.

Bandung - Jogja.....The Hardest ThingDär berättelser lever. Upptäck nu