Chapter 6. Saat Sebagian Kecil Bom Meledak

3.6K 215 30
                                    



Semalaman Mas Dony, Kak Gita dan Rizki nungguin gue.

"Saya Gita, kakaknya Radit."

"Rizki kak."

"Dony!"

"Rizki."

"Rizki kuliah di Arsitek juga?"

"Saya di FKG Mas. Kalau Kakak sama Mas?"

"Di Teknik Kimia...kita berdua sama."

"Kos?"

"Engga Mas...di apartment daerah Mrican."

"Asal?"

"Denpasar."

Lama-lama gue ketiduran.zzzzzz...

"Heyyy....pagi sayaaang. Ayok sarapan dulu."

Gue lihat Rizki disamping gue, dia tersenyum.

"Kak Gita ma Mas Dony mana?"

"Gue suruh pulang dulu gantian nanti siang. Makan dulu ya? Gue suapin!"

Nadanya tadinya lembut jadi tegas, parah...jadi perawat kok galak.

"Gue jatuh cinta sama lo, Dit."

Idiiiih...sambil nyuapin pakai acara nembak.

"Lo udah tahu khan gue punya bf?"

"Gue ga peduli...ayok aaaak lagi..!"

"Terus dikemanain bf gue? Padahal dia udah banyak berkorban buat gue, gue juga udah cinta mati."

"Aaak....mmm...dikunyah dong. Gue ga peduli gue jadi keberapanya lo.
Gue cuma punya cinta yang ternyata hanya buat lo. Gue ga peduli kalau itu sakit buat gue."

"Drama ih...."

"Engga...gue jatuh cinta juga baru tadi malam di Rumah Sakit ini. Ayok aaak lagi."

"Issh...lo mau jadiin gue bf juga setelah lo ngentot gue. Pake bilang di Rumah Sakit."

"Iyaaa..itu karena gue lagi single. Gue pikir yaaah jalanin dulu, gue cuma tertarik secara fisik lo aja."

"Hmm...terus yang semalam?"

"Lo ternyata bukan gay biasa. Lo ga lembek. Dikeroyok tiga orang pakai senjata, lo bisa lumpuhin dua orang dengan tangan kosong. Gue tadinya pikir lo cuma anak orang kaya yang manja. Ternyata lo keras kepala dan tangguh."

"Hahaha....hanya itu? Lagian emang yakin gue bisa kasih cinta ke lo?"

"Udah dibilang, gue ga peduli sakitnya nanti. Perkara lo sakitin gue, lo ga cinta gue, lo mau apa aja...terserah lo. Hak gue kasih cinta ke orang yang layak menurut gue! Eh...tinggal satu suapan lagi...!Aaak...."

"Mmm...lo terlalu naif."

"Engga...gue kagum lo sampai mikirin abangnya bf lo. Lo belain keluarga bf lo. Lo berani mati. Gue harus gambarin gimana?
Lo istimewa, maskulin, ga mentingin gaya, jauh dari kesan sok cantik kaya gay lain yang suka pamer fashion dan yang utama lo punya otak dan hati."

"Hmm...gue harus bilang apa? Gue pikir dulu."

"Mau agar-agar?"

Gue mengangguk.

"Aaaak...pinter!!"

"Radiiiiit....kenapa bisaaaa..!"

Tiba-tiba muncul Vira disusul Maya, Elena dan Reza. Vira menangis di sebelah gue. Seakan ga peduli kalau tindakannya menggusur Rizki.
Dan gue juga lihat Maya dan Elena juga terisak-isak. Ebuset, gue jadi ga enak.

Bandung - Jogja.....The Hardest ThingDär berättelser lever. Upptäck nu