Chapter 2. Family Trip - The Drama of Love.

5.1K 262 93
                                    




Sesampainya di rumah dinas Papa, rumah terasa sempit terisi begitu banyak orang. Rumah dinas di Medan beda banget dengan Rumah Dinas di Bandung yang di Buah Batu, saat Papa ditempatkan di sana. Kalau yang di Buah Batu lebih besar.

Ternyata Mama juga punya anak asuh di Medan. Usianya dibawah gue 1 tahun, berarti sekarang dia kelas XII. Namanya Agustus.
" Orang Karo ya?" tanya gue sok tahu.
"Iya, Abang ini tahu saja."

Dia tinggal bareng Papa dan Mama, dia  seorang anak yatim piatu.
Kata Mama, Agustus ini pintar dan berprestasi.

Dia ga suka basket tapi sukanya sepak bola, jadi saat gue ajak main basket, dia ngotot ngajak sepak bola.

Sore itu gue, Ardi dan Ade diajak main bola di kampung sebelah komplek.
Kita dikenalkan kawan-kawannya.

Mmm...sepak bola gue kaga canggih, bola ga bertahan lama di kaki gue. Beda dengan Ardi dan Ade, mereka jago, kasihan banget ya gue.

"Aku baru tahu, kamu pinter main bola," kata gue ke Ardi.
"Aku anak kampung, mainannya ya cuma itu dulu."

Dalam hati gue sih bukan urusan kampung atau bukan kampung. Gue khan cuma kagum. Melihat Ardi main bola sambil telanjang dada begitu, gue jadi horny lagi. Bukan dari badannya, tapi lihat dari cara bermain bola dia begitu sexy.

Shit, kalau lagi pengen gini khan susah. Ini negara orang....!!!

Hari Minggu pagi gue ga bisa menolak Mama buat ke Gereja, mau dengerin Mama ngerepet apa?

Mas Doni, Ardi dan Agustus ditinggal di rumah, selama kami di Gereja.

"Aku pengen lihat gereja" kata Ardi

"Jangan aneh-aneh!"

"Kok aneh-aneh?"

"Nanti gue dikira murtad-in kamu. Cuma ditinggal dua jam aja kok."
Dia tersenyum.

Pulang dari gereja, Papa mengajak gue, Ardi dan Ade jalan-jalan.

"Abang jangan ketinggalan sketch book nya!!" kata Papa.

Yesss....berarti hunting tempat unik.
Kita berhenti di rumah Chong A Fie, seorang Jenderal dan orang kaya di Medan jaman penjajahan Belanda.

"Ardi, Ade....ikut Papa, biar Abang disini!" perintah Papa.

"Saya temani Radit aja Pa." kata Ardi

"Ga usah, Ardi ikut Papa aja."

Ardi ngelihat ke arah gue seperti memohon.
Gue cuma senyum, sambil mengusir mereka dengan kibasan tangan.

Yang pertama gue lakuin, foto bagian detail bangunan yang unik. Setelah itu gue explore dari bangunan keselurahan sampai interior.
Pokoknya dari lantai sampai atap semua. Setelah itu baru gue bikin sketsa. Saat gue sedang asik menenggelamkan diri bikin sketsa, tiba-tiba suara berbisik di telinga gue.

"Makan sayaaaaaaaang."

Ternyata Ardi sudah balik membawakan makanan.

"Dimakan dulu, nanti ga enak."

Gue tersenyum

"Aku pergi lagi ya, udah ditunggu Papa. Eh tadi Papa nanya dijemput berapa jam lagi? Kata Papa masih banyak obyek unik."

Bandung - Jogja.....The Hardest ThingDär berättelser lever. Upptäck nu