Chapter 17d. Year Three-Keluarga Yang Terpecah

2.1K 181 18
                                    




Hmm.....mungkin kalian berpikir bahwa kejadian gue di Priok itu khayalan yah?
Ada kok di koran dan masih bisa search di Google.
Cumaaaaa.....kejadian itu dituliskan sebagai tawuran preman antar etnis.
Kebayang khan kuat dan berkuasanya organisasi tersebut?

Korban meninggal ditulis cuma tiga orang, padahal lebih dari itu. Isi beritanya semua tersamar dan gak rinci. Media kayaknya cuma ada dua pilihan, turunin berita tapi tunduk sama kemauan organisasi atau sama sekali tidak turunin berita.

Gue baca koran di Rumah Sakit. Semua membikin gue terasa teriris.
Gue telephone Huda

"Bang..... Abang gue gimana?"

"Jenazahnya malam ini diterbangkan ke Pekanbaru Boss! Besok dimakamkan ke Pangkalan Kerinci! Big Boss tanggung semua kok Boss!"

Gue nangis, nangis yang orang lain gak ngerti kenapa gue bisa meratap gitu.
Rizki yang baru masuk ke ruang gue pasti bingung. Dia bingung melihat gue menangis semacam itu.

Gue kehilangan Om Abang gue. Orang yang selama ini gue rahasiain.
Dia pernah jadi bagian kebencian gue, pernah jadi bagian rasa penasaran gue dan bahkan pada akhir hidupnya, dia juga bagian dari cinta gue.

Azrael....Azrael..... Sebegitu cepat Engkau menyambutnya.

"Baaang.....!" desah gue "Adek pengen ke rumah Abang."

*********

Untunglah gue cuma 7 hari dirawat di Rumah Sakit, walaupun masih dipasang gibs, gue masih bisa ngejar UAS. Gerakan sangat terbatas dan yang paling susah kalau pengen ML.
Gue mau gak mau puas di oral.

Saat gue pulang dari Rumah Sakit, Papa dan Mama kaget. Karena semua biaya Rumah Sakit sudah dilunasi.
Berulang kali Mama nanya ke Tante Sofia, apakah Tante Sofia yang melunasi tagihan Rumah Sakit.

Gue tersenyum, satu-satunya pelaku hanya Mr.He-Who-Must-Not-Be-Named.
Beliau sempat menengok gue, datang kira-kira pukul 10 malam, saat Rumah Sakit sudah sepi pengunjung. Beliau bakan memberikan obat yang beliau beli di Tiongkok.

Thank you, sir.

Gue kembali ke Jogja juga dengan pesawat milik Mr.He-Who-Must-Not-Be-Named dari Bandara Halim Perdanakusumah. Waktu itu gue berkeras berangkat sendiri, gak mau diantar Papa dan Mama. Ketahuan dong gue pakai apa? Jadi tambah panjang pertanyaan nanti.

I am Mafioso now....

Ke kampus dengan badan penuh luka,berbalut gibs dan penyangga leher membuat Vira dan teman dekatnya mewek lagi.
Apalagi urusannya kalau gak kelahi coba? Setiap orang geleng-geleng lihat gue. Dipikirnya gue demen bener kelahi dan cari musuh.

********

Menjelang Papa pensiun, Papa harus hadapi kenyataan pahit. Banyak hal yang pahit harus Papa lihat dan hadapi.

Kak Gita, anak perempuan kesayangannya pergi dan gak sudi menginjakkan kaki di rumah lagi.
Kak Gita juga mengembalikan semua fasilitas yang dia terima sampai sekeci-kecilnya. Kak Gita gak bisa lagi memaafkan Papa dan bahkan membenci adek.

Gue, anak laki-laki harapannya. Udah pasti gue homo walau gak pure homo. Punya pasangan homo dua orang lagi.
Gue bergabung dengan organisasi yang diluar akalnya. Bahkan gue termasuk jajaran middle organisasi. Gue bakal jadi sasaran tembak hukum negara ini.
Belum lagi keanggotaan gue di organisasi bukan hal yang bikin tenang lahir dan batin. Karena nyawa gue bisa sewaktu-waktu dihabisi oleh siapapun di organisasi.

Bandung - Jogja.....The Hardest ThingDär berättelser lever. Upptäck nu