Chapter 7. Cinta Yang Terlalu Banyak Segi

3.4K 215 20
                                    



Rizki berniat pindah ke kos gue. Gue tolak mentah-mentah ide dia.

"Gue pokoknya ga setuju lo pindah sini!"

"Kenapa? Bukannya selama ini gue tidur sini?"

"Lo tahu, bf gue sewaktu-waktu nginep di kos ini. Terus lo mau tidur mana kalau apartment disewain? Hotel? Terus bawa buku-buku lo sebanyak itu?"

"Gue sewa kamar kos disini."

"Lo gila apa? Kalau bf gue datang, lo liat dia mondar-mandir di depan lo."

"Gue khan udah bilang, gue udah siap sakit. Sesakit apapun itu gue siap."

"Bullshit."

"Lo pikir gue kurang nahan apa? Cewe lo datang, gue pindah kamar Oka.
Lihat dia perhatian sama lo, emang gue ga cemburu? Tetap aja ada.
Lo bilang ini drama? Engga...
Justru lo yang mancing gue keluarin semua perasaan gue!!"

"Terserahlah. Sekarang rencana lo gimana?"

"Gue mau sewain apartment gue, gue mau ambil kamar bawah lo."

"Ok, lo ambil kamar bawah, tapi gue ga setuju ambil yang besar."

"Kenapa?"

"Buat apa? Lo tidur tempat gue khan? Kamar lo buat naruh barang-barang doang. Terus buat apa lagi?"

"Gue ada tanaman sama piaraan."

"Lo emang belum lihat kamar bawah? Kamar bawah itu ada halaman belakang. Lo mau kasih tanaman berapa banyak?"

Akhirnya Rizki ngambil kamar bawah, menurut kalkulasinya, dari uang sewa apartment yang didapat, masih sisa banyak dan bisa ditabung.

"Bokap lo kalau tahu gimana?"

"Gue mau omong nanti malam, gue rasa dia setuju, alasan gue biar deket kampus."

Ternyata piaraan Rizki itu ular....
bayangin...ular albino dan hijau....gede pula. Kaya ga ada binatang lain aja.
Ular itu dititipkan di pet shop selama Rizki ngerawat gue.
Gue paling sebel kalau dia bawa ular-ular itu ke kamar gue. Dia becanda sama ular kaya orang lain mainan kucing.

Suatu saat gue marah, pas gue tidur siang, ular kesayangannya gigit lengan atas gue. Sebenarnya belum tidur sih, tapi baru tiduran. Tetep aja kaget khan? Gue awalnya cuek dua ular itu berserak ditempat tidur dekat gue tiduran.

"Rizkiiiiiii.....gue bakal bunuh ular lo."

Rizki buru-buru keluar dari kamar Oka dan masuk ke kamar gue.
Dia lihat lengan gue berdarah, mukanya pucat. Dia bersihkan dengan alkohol dan setelah itu dia olesi dengan obat untuk luka.

Gue tahu, digigit ular piarannya ga bahaya, ga ada bisanya. Cuma kesel aja.
Gue ga jadi marah, karena dia lebih perhatikan gue dulu. Ga usah dia bilang maaf, dari matanya gue tahu kalau dia menyesal.

"Gue pindahin ke kamar bawah aja."

"Ga usah....ga pa pa."

Gue ga tega kalau Rizki sampai kehilangan kesenangannya bermain-main dengan ularnya.Padahal, gue agak serem juga...
Setelah gue dipikir ga emosi, dia baru ngedekat lagi.

"Tadi mungkin lo ngagetin dia atau lo ga sadar nindih badannya."

"Mungkin...gue lagi tiduran."

Kita sepakat ular itu boleh ada di kamar gue kalau ada Rizki dan kalau kita mau tidur, ularnya ditaruh ke bawah.

Anak kos yang mengetahui hubungan antara gue dan Rizki cuma Oka dan Mas Ndoko saja. Selebihnya mereka menyangka Rizki itu saudara gue. Begitu juga Vira and the gank, sama sekali ga curiga dengan kedekatan gue dan Rizki, mereka berpikir Rizki adalah sepupu gue. Karena mereka bilang selain kita mirip, sifat, karakter dan hobby kami ga jauh berbeda. Belum lagi kalau kita ngobrol pakai kata lo-gue dan ga ada mesra-mesranya sama sekali.

Bandung - Jogja.....The Hardest ThingDär berättelser lever. Upptäck nu