Chapter 17c. Year Three-Adek Gue, Si Pembuka Pandora

Start from the beginning
                                    

Gue menghela nafas panjang, saat gue dibaringin di tempat tidur.

"Kak Gita mana?" tanya gue

"Ssshhh....tiduran dulu sayang! Sayang dibersihin dulu ya!" bisik Rizki.

Gak berapa lama Ardi bawa ember berisi air hangat. Rizki menggunting baju gue dan celana panjang gue.
Pelan-pelan Ardi melap tubuh gue.
Setelah itu baru Risky menggunting celana dalam gue.

Ardi mengambil sabun cair dan ditaruh di lap basah tadi. Dia tahu luka ditubuh gue banyak banget. Rizki dan Ardi diam tertegun sesaat lihat pundak gue.
Mereka menelan ludah.

"Panggil dokteeeer!!! Buruaaan!!" teriak Rizki

Ardi berlari keluar kamar.

Pertama kali dalam seumur hidup gue, baru kali ini Rizki terlihat bergetar menahan tangis. Badannya bergetar hebat.

Sebuah langkah berat masuk ke kamar gue.

"Papaa...!!Radit kena luka tembak, harus dibawa ke Rumah Sakit!" teriak Ardi

Ohh...Papa datang? Papa mendekat ke arah gue. Dia mengelus rambut gue dengan tangan gemetar. Setetes butiran air mata mengenai badan gue.

"Radit baik-baik aja kok Pa!"

Papa mengangguk.

"Radit minta minuman aja yang keras. Buat ngurangin sakit!"

Papa berdiri dan keluar kamar.

"Radit....!" suara lemah dari Kak Gita.

Kayaknya dia digendong Mas Dony.

Perlahan Mas Dony dudukkan Kak Gita di dekat gue. Rizki buru-buru menarik selimut, untuk nutupin tubuh gue.

"Hei Kak.....jangan nangis. Udah Radit beresin kok Kak! Udah beres semua!"

Kak Gita menangis terisak, getaran badannya terasa di tempat tidur gue.

"Kaaak...Radit baik-baik aja kok! Radit udah pulang rumah. Buat apa nangis?"

Gak lama Papa masuk, bawain wine.

"Kalau ada Whisky , Papa! Wine terlalu lembut!"

Papa keluar lagi. Gue baru inget, di rumah ini gak ada Whisky, adanya cuma wine.

"Dokter Syarief udah kirim ambulance, lagi jalan ke arah sini. Dokter Syarief sendiri ikutan kesini." kata Ardi.

Gue terbatuk, ada cairan hangat keluar yang bikin Kak Gita histeris lagi.
Semua terpaku lihat kondisi gue. Pelan-pelan Rizki mengelap sekitar mulut dan dada gue. Semua berkumpul di kamar ini mengelilingi gue.
Gini kali ya, nunggu malaikat maut datang, dikelilingi keluarga.

Papa keluar lagi, gak lama bawa sebotol Whisky. Sedikit gemetar, Papa memberi botol itu ke Rizki.
Gue pelan-pelan dibimbing minum.

Gak ada sedikitpun suara, semua diam melihat ke arah gue. Hanya Kak Gita yang masih terisak.

Terdengar suara langkah berlari kecil, dan terhenti di depan kamar.

"Kak Gita, pinjem kunci mobilnya dong!"

Tiba-tiba Kak Gita berteriak lantang diantara isak tangisnya dan berjalan keluar.

"Eh monyet lo! Pergiii dari rumah sini!! Pergi!! Bukan lo peduliin Abang lo yang belain lo sampai mau mati!"

"Ini buat nyelametin Ana Kaaaak! Papanya dibunuh semalam! Dia ketakutan!"

"Eh anjing lo! Wanita itu pelacur, dia cuma simpenan orang doang!"

Bandung - Jogja.....The Hardest ThingWhere stories live. Discover now