Chapter 14a. Art3Logic....That's We Are - Jakarta

Börja om från början
                                    

Daaaaaaaarrrr........!!!!

Gue pening dengerin kritikan dia.
Gue ngerasa kayak dijatuhkan dari Menara Wisma Kota BNI 46, itu juga masih digiles-giles mobil sama tronton.
Pedeeeeessss banget.
Ga tahu deh perasaan Ardi ma Rizki.

Setelah mengantar dia sampai lobby, gue telephone Mama.

"Maaa....gak salah itu kasih harga?"

"Enggak Bang, itu buat test. It just a test. Seberapa orang mampu menghargai karya kalian. Percayalah Abaaang, instink Mama bagus."

Gue sih gak cerita soal kurator yang datang tadi. Yang bilang karya kita kurang berseni. Besok aja kalau acara selesai.

Jam tiga kita dijemput, dibawa ke salon. Disana kita digiles-giles mukanya, diasapi, disakiti dan entah diapain lagi.
Gila, ada yaaaa orang nyandu ke salon.
Gue mah ogah, ini cuma buat ngehargain Mama.

Setelah 2,5 jam penuh siksaan dan rasa frustasi. Kita dibawa kembali ke Hotel Dharmawangsa.
Pegawainya Peter Lim sudah nunggu, kita disuruh pakai pakaian yang sudah disiapin.
Dia mengangguk, berarti perfect menurutnya.

"Lo udah siap mati khan?" tanya Rizki

"Gue siap", jawab gue

"Gue juga siap", kata Ardi

Setelah kejadian soal jaringan narkoba di Jakarta dan Jogja itu, membuat gue sembunyi lebih dari sepuluh bulan. Yah hari ini gue berani mulai tampil didepan umum dengan segala konsekwensinya.

Mungkin aja mereka udah nganggep gue udah bukan ancaman. Cuma takutnya khan mereka masih dendam atau apalah kita gak ada yang tahu. Cuma gue diingetkan, bahwa hal terburuk yang terjadi itu, gue dibunuh. Dan bisa juga terjadi pada orang terdekat gue.

Gak lama Mama, Papa, Tante Sofia, Papanya Rizki dan rombongan datang.
Mereka bilang sih kita keren, tapi kalau menurut gue biasa aja sih.

Gue sama Ardi temenin Papa masuk ke booth.
Papa bilang ga ngerti maksud karya kita.
Ya iyaaaalah....Papa mah seninya angka. Coba suruh ngitung tanpa kalkulator akar pangkat tiga dari semilyar dua ratus, pasti cepet.

Tamu-tamu mulai datang, ada Arsitek-Arsitek senior, seniman senior, budayawan senior...
naah ternyata duta besar Kamboja , Vietnam, Maroko, Aljazair dan Tunisia datang. Pokoknya negara-negara francophone gitu deh.

Gak berselang lama Mama Kedua datang ditemani Aryan. Gue seneeeng banget. Gue langsung cium mereka.
Mereka dijemput Mas Sony. Kemudian disusul Kak Gita, adek dan Mas Dony.

Menjelang acara dinner di Sriwijaya, nama restaurant di Hotel Dharmawangsa, kita dipersilakan bicara didepan tamu undangan. Kita bener-bener panik. Tadinya kita pikir tamunya orang Indonesia aja.

Yaudah sekarang kita bertiga bicara bergantian, pidato tanpa teks.....pokoknya hajar aja......
Ardi bagian bicara bahasa Indonesia, gue bahasa Inggris dan Rizki bahasa Perancis. Pokoknya bicara apa aja yang ada dipikiran kita.

Arti tile Art3Logic , kita terangkan bahwa tile bisa dibawa ke ranah Art, dan karya yang ditampilkan itu, bagaimana kita menerjemahkan seni berdasarkan logika kita bertiga.

Bandung - Jogja.....The Hardest ThingDär berättelser lever. Upptäck nu