--11--

273 52 8
                                    

Han Bong Cha baru keluar pagi itu dengan sekeranjang pakaian untuk dijemur, tetapi tiba-tiba menemukan amplop coklat di atas teras rumahnya.

Dia mengambilnya ragu-ragu, pandangannya menelisik ke sekitar. Apa seseorang telah datang? Dia lantas membukanya tanpa firasat apa pun, dan matanya segera terbelalak.

"Bagaimana mungkin...."

Dia memegang amplop itu dengan tangan bergetar.

.

.

.

Kim Mu Han melambai ketika Shi Yoon terlihat di seberang jalan dengan sebuah payung. Saat itu hujan turun sangat deras, dan Mu Han, yang kebetulan tidak memiliki pekerjaan apa pun, kembali menunggu kekasihnya di tempat biasa.

"Apa kau sudah menunggu lama? Maaf, ya. Tiba-tiba ada laporan yang harus kuperbaiki...."

"Tidak apa-apa," Mu Han tersenyum dan langsung mengambil tas milik Shi Yoon. Hatinya sedang senang dan pacarnya memperhatikan itu.

"Apa ada kabar baik?"

"Entahlah," Mu Han mengedikkan bahu. "Malam ini aku ingin makan hotpot. Ayo kita belanja dan membuatnya di rumah. Aku ingin membeli beberapa krat bir juga. Aku yang bayar."

"Ooo! Apa kau mendapat pekerjaan baru?"

"Hanya beberapa pekerjaan online lainnya."

Shi Yoon mengambil tangannya sembari tersenyum. "Tidak apa-apa. Carilah pekerjaan yang membuat dirimu nyaman. Pekerjaan online juga bukan hal yang buruk. Meski mungkin tidak selalu ada setiap hari, tetapi bukankah bayarannya lumayan? Nikmati dulu saja waktumu sekarang."

Shi Yoon berkata begitu karena Mu Han selalu mengeluh tentang pekerjaan, tetapi dia juga lah yang paling banyak bekerja.

"Kau benar. Kalau pun aku benar-benar tidak bekerja, masih ada kau, kan."

Shi Yoon tersenyum sangat tampan saat itu. "Tentu saja. Kau bisa mengandalkanku."

Ketika mereka sedang menikmati masa-masa manis cinta, di tempat lain, Shin Tae Kyung tengah berada dalam situasi yang sebaliknya.

Dia terjungkal ke lantai. Wajahnya yang masih lebam, semakin parah dan berdarah.

"KENAPA AKU HARUS MELAHIRKAN PUTRA TIDAK BERGUNA SEPERTIMU?!"

Wanita itu menekan cambuk di tangannya sampai bergetar, napasnya naik-turun dengan cepat. Emosinya terstimulasi. Setelah dia mendapati kabar mengenai suaminya memiliki simpanan dan putra lain di luar sana, dia harus menerima kenyataan jika putranya masih juga belum berubah.

"Kau bahkan berusaha mengejarnya kembali? Apa kau gila? Berhentilah menjadi gay dan fokus pada perusahaan! Apa kau ingin anak haram itu mengambil bagianmu?!"

Shin Tae Kyung sendiri yang sudah berdarah-darah, nampak tidak peduli dengan sikap ibunya. Dia tahu kemarahan wanita itu memuncak tidak hanya karena satu masalahnya saja. Tetapi, bukan salahnya ayahnya berselingkuh. Bukan salahnya ayahnya memiliki anak lain di luar sana. Ibunya lah yang selalu tinggi sejak dulu, sedangkan ayahnya adalah pria egois yang selalu ingin didahulukan harga dirinya. Semuanya busuk dari awal.

Dia kemudian bangkit dengan perlahan, mengusap ujung bibirnya yang terus mengeluarkan darah.

"Aku mengejar siapa bukan urusan Ibu. Aku juga tidak mungkin lengah pada milikku sendiri. Anak haram itu mencoba merebut, hanya mimpi. Sekarang, Ibu fokus saja pada Ayah. Mereka mungkin sedang merencanakan membangun keluarga bahagia tanpamu."

"Kau–"

Shin Tae Kyung pergi dan mengendarai mobilnya sendiri. Saat itu hujan masih turun sangat deras, pandangannya kabur dan jalanan cukup licin. Pikirannya sendiri nampak berantakan. Hanya satu yang pasti; temui Mu Han.

[BL] Enter The World of Novels Through Dreams [Fast Wear]Where stories live. Discover now