--14--

1K 188 20
                                    

Melihat Yuvio baik-baik saja, hatinya langsung jatuh pada rasa bersyukur yang tidak ada habisnya. Tetapi ada hal yang mengganjal begitu melihat senyum bahagia itu. Apa pemuda itu tidak merasa sedih sama sekali? Ada kemungkinan mereka tidak akan bertemu lagi, kenapa Yuvio seperti tidak masalah?

"Apa kau akan pergi begitu saja setelah memprofokasiku lewat surat?"

Akhirnya Edmund muncul dari persembunyiannya.

Mendengar suara itu, daging yang sudah sampai di tenggorokan Yuvio, hampir saja keluar kembali. Siapa yang tidak terkejut mendengar pertanyaan itu di tengah-tengah kegiatan santai mereka? Yuvio bahkan mengira jika salah satu mayat telah bangun dari kematian.

"Yang Mulia?" dia melotot begitu tahu siapa yang bicara. "Bagaimana bisa?"

Edmund tersenyum, tetapi itu bukan sesuatu yang harus disyukuri, karena jika dilihat dengan lebih teliti, ada aura berbahaya yang tersembunyi dibalik senyum memikat itu.

"Sepertinya enak."

Yuvio menatap tusuk satenya. "Anda... ingin?" dia menawari, agak ragu dengan suaranya sendiri. Tetapi setelah dipikir-pikir, sepertinya itu bukan pertanyaan yang tepat di situasi seperti ini.

"Yang Mulia—" Ian hendak maju untuk menjelaskan keadaan mereka, tetapi Edmund segera mengangkat tangannya, meminta dia untuk tidak bersuara.

"Ada yang ingin kubicarakan hanya dengan Yuvio."

Edmund kemudian menarik Yuvio masuk ke dalam hutan, si empunya agak kesakitan karena pegangan pria itu cukup keras di tangannya, namun saat dia hendak protes, Edmund berhenti dan langsung membawa tubuhnya ke dalam pelukan erat.

"Aku merindukanmu. Aku merindukanmu. Aku merindukanmu," Edmund merapal kata itu seperti sebuah mantra.

Hati Yuvio tercekik tanpa sebab. Anehnya perasaan gelisah yang sejak tadi dia rasakan, langsung hilang seketika.

"Yang Mulia..."

"Apa kau benar-benar akan meninggalkanku begitu saja?" Edmund melepaskan pelukannya, lalu menatap Yuvio dengan mata yang memerah.

"Saya..."

Tetapi saat itu, perut Yuvio tiba-tiba bergejolak, rasanya seolah dia akan mengeluarkan semua isi di dalamnya.

"Kau kenapa?" Tanya Edmund dengan khawatir. Wajah Yuvio hampir hijau.

"Sepertinya... saya kebanyakan makan dag—heok! Heok!"

.

.

.

"Apa Tuan ini seorang Omega?"

Tabib laki-laki tua bertanya dengan sangat hati-hati setelah memeriksa Yuvio, wajahnya cukup serius.

Edmund mengernyit. "Bagaimana kau tahu?" dia langsung bertanya dengan curiga. Ini adalah desa yang cukup jauh dari kerajaan. Berita tentang Yuvio yang merupakan seorang Omega mungkin saja sudah tersebar, tetapi wajahnya tidak mungkin semua orang tahu.

"Kalau begitu, jelas sudah," suara tabib itu terdengar lebih lega dari sebelumnya. Tadinya dia kira dia sudah gila.

"Apa maksud Anda sudah jelas?" tanya Ian kemudian. Tuannya tidak memiliki penyakit serius, kan?

"Dia sedang mengandung. Jika hitungan saya tidak salah, kehamilannya sudah berjalan selama hampir tiga bulan."

Hening.

"Dia pingsan hanya karena kelelahan saja. Tidak ada yang serius. Baik ibu maupun bayinya, semuanya sehat. Jadi jangan terlalu khawatir."

Masih hening.

[BL] Enter The World of Novels Through Dreams [Fast Wear]Where stories live. Discover now