--6--

1K 204 23
                                    

Lunar menatap adiknya yang tertidur di sofa dengan perut kenyang, lalu menghela napas, merasa bosan. Perjamuan telah selesai hampir satu jam yang lalu, tetapi mereka—dan anak-anak yang lain—masih belum bisa pulang karena orang tua mereka tertahan di ruangan yang berbeda bersama Putra Mahkota.

"Hei, kudengar Lembah Damian dulu milik keluargamu?" seorang anak laki-laki, yang usianya sepertinya lebih muda beberapa tahun, datang menghampirinya dan bertanya hal itu.

Lunar menyipit. Anak laki-laki itu memiliki kulit pucat dengan rambut semerah darah. Lunar tahu dari keluarga mana dia hanya dengan melihat ciri-ciri itu; Duke Eston dari Utara, Johan Eston.

"Lalu?" dia bertanya malas. Lunar sudah terlalu banyak mendengar pertanyaan itu dan pada akhirnya mereka akan mengejek keluarganya. Hal itu menyebabkan dia semakin membenci pamannya. Orang bodoh itu...

"Sayang sekali," Johan mendesah, pura-pura menyesal. "Kau tahu berapa banyak gerobak makanan yang dibawa para prajurit dari Lembah Damian? Lebih dari persediaan untuk satu tahun. Jika itu dijadikan bisnis, pasti keluargamu akan menjadi keluarga paling kaya di kekaisaran."

Benar. Hati Lunar panas. Jika pamannya tidak bodoh, keluarga De Carlos akan menjadi keluarga yang sangat kaya. Perasaannya bahkan tidak lebih baik karena kenyataan itu telah diutarakan oleh anak yang tidak lebih tua darinya.

"Keluargamu benar-benar bodoh.." lantas Johan mengejek dengan sangat jelas.

Apa?!

Tidak terima. Lunar segera melotot. "Apa masudmu? Keluargaku tidak ada hubungannya dengan orang buangan itu!"

"Tetapi kudengar, ayahmu yang pertama kali menolak—"

"BRENGSEK!" Lunar bangkit dan menarik baju milik Johan dengan kencang, sampai sebuah peringatan datang dari para penjaga.

"Saya akan melaporkan siapa pun yang berani berbuat onar disini!" ucapnya tegas.

"Sial!" Lunar meludah, terpaksa melepaskan cengkraman itu dan segera pergi dari ruangan itu.

"Anda mau ke mana?" penjaga lainnya bertanya dengan wajah serius. "Tidak ada yang boleh—"

"Aku hanya ingin ke toilet!" seru Lunar habis sabar.

Johan sendiri merapihkan pakaiannya, menyeringai. Setelah Lunar menghilang dari pandangannya, dia kembali duduk bersama antek-anteknya.

Lunar berjalan di koridor dengan emosi yang masih memuncak. Dia ingin memukul apa pun dan berteriak, tetapi teriakan orang lain telah lebih dahulu mengudara.

"YANG MULIA PUTRA MAHKOTA, BAGAIMANA ANDA BISA MELAKUKAN ITU?!"

Itu suara ibunya!

Lunar terkejut dan segera mencari asal suara itu. Tetapi begitu dia menemukan lokasinya, dua orang yang menjaga pintu segera memelototinya dengan wajah menyeramkan.

"Apa yang Anda lakukan disini?"

Lunar tidak peduli. "Apa yang terjadi dengan ibuku?! Apa yang terjadi di dalam?!" dia mencoba masuk, tetapi segera di dorong dengan kuat oleh dua orang penjaga tersebut.

"Tidak. Anda tidak diizinkan masuk. Sebaiknya Anda kembali ke ruangan yang telah disediakan."

Di dalam, terdengar suara benda dilempar dan pecah begitu saja.

"APA KALIAN PIKIR AKU TIDAK TAHU APA YANG TELAH KALIAN LAKUKAN?!!!"

Itu suara Putra Mahkota. Nadanya berat dan menakutkan. Lunar tidak pernah tahu jika Putra Mahkota bisa berkata dengan penuh ancaman begitu.

[BL] Enter The World of Novels Through Dreams [Fast Wear]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ