--10--

1K 204 17
                                    

Mengembalikan ciuman adalah hal yang tidak terduga, tetapi dari pada itu, wajah Yuvio yang tiba-tiba layu dan kemudian ambruk seketika, lebih membuatnya terkejut

"Yuvio!"

Edmund menangkapnya dengan sigap, wajahnya sangat khawatir.

"Yang Mulia," Yuvio berusaha mengeluarkan suaranya. "Saya lupa memberitahu, buah arkis memiliki efek menidurkan yang lambat. Jika tidak cepat-cepat dibersihkan, mungkin kita akan..."

Ucapannya terputus, pemuda itu telah tidur dengan nyenyak.

Ah!

Edmund memeluk Yuvio sangat erat, bersyukur karena dia baik-baik saja.

"Kau benar-benar membuatku ketakutan setengah mati."

Sebagai Putra Mahkota, sekali pun dia tidak pernah memandikan orang lain, apalagi orang itu tengah tidak sadarkan diri. Tetapi dia dapat melakukannya dengan baik, mengangkatnya dengan hati-hati, membasuhnya dengan lembut, bahkan mencuci baju dan mencoba mengeringkanya dengan bantuan api unggun yang dia buat. Untungnya dia membawa selimut di kantung yang terikat di kuda. Jadi setelah tubuh mereka bersih, dia memeluk Yuvio lalu menutupi tubuh telanjang mereka dengan selimut itu, ikut tertidur juga.

Beberapa jam kemudian, Yuvio membuka matanya ketika hari sudah mulai gelap dan api hampir padam karena kayunya sudah habis menjadi abu. Tetapi tubuhnya hangat, bahkan cenderung nyaman.

Tunggu!

Dia dapat merasakan detak jantung bukan miliknya sendiri, bahkan helaan napas di belakang telinganya, juga sesuatu di bawah pantat—

"Y-Yang Mulia?"

Edmund yang sebenarnya sudah bangun sejak beberapa saat yang lalu, mengetahui kepanikan Yuvio, dan dia tersenyum lebar. "Kau sudah bangun..." dia mencoba berbicara dengan santai, tetapi pelukannya malah semakin erat.

"Ini... posisi kita kenapa bisa begini?"

"Karena baju kita basah dan aku hanya memiliki satu selimut," jawabannya lugas tanpa basa-basi.

Yuvio terbatuk. Dia kemudian menyadari sesuatu yang lain; tubuhnya bersih, tidak ada bau buah arkis lagi.

"Apa Yang Mulia memandikan saya?"

"Iya. Sekalian karena aku juga harus mandi."

Itu artinya dia telah melihat 'barangku' yang kecil itu, kan!!!

"Yang Mulia—" ah, tidak. Jika Edmund tidak membahasnya, lebik baik jangan dibahas. "Em, lalu baju kita...?" jadi, dia menanyakan hal yang lain.

"Ada di dekat perapian sana. Mungkin saja sudah lumayan kering."

Edmund akhirnya melepaskan pelukannya pada Yuvio, merelakan selimutnya, lalu dengan percaya diri berjalan ke dekat perapian yang hampir padam itu.

Yuvio tercengang.

Yang Mulia, sejak kapan Anda jadi tidak tahu malu begitu?!

"Ternyata sudah kering!" sambil memegang pakaian mereka, Edmund tersenyum cerah sembari menatap Yuvio.

Yang disenyumi hampir meringis, tidak berani menatap.

Miliknya besar sekali! Bukankah dahulu aku juga hampir sebesar itu?

Yuvio menghalu.

Mereka segera pergi setelah makan daging kelinci yang sebelumnya sudah ditangkap Edmund. Rasanya hambar karena tidak pakai penyedap. Kalau saja ada saus barbeque, atau di tumis sepertinya enak juga.

Terkadang dia merindukan berbagai jenis makanan yang ada di dunia nyata.

Pada perjalanan kali ini, karena tubuh Yuvio masih belum benar-benar prima, Edmund mendudukkannya di posisi depan.

[BL] Enter The World of Novels Through Dreams [Fast Wear]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang