--2--

1.4K 236 15
                                    

Saat Yuvio membaca ceritanya aslinya, dia ikut merasakan bagaimana Edmund, si tokoh utama, mengalami frustasi saat menghadapi bencana ini. Dia sudah mencoba berbagai cara, tetapi orang-orang tetap kelaparan dan terluka.

Menurut cerita, pada periode ini kastil kerajaan tengah mengalami krisis pangan akibat dari pembagian makanan yang besar-besaran. Edmund yang seumur hidup selalu tercukupi makanan enak, benar-benar teguh ketika pelayannya hanya bisa menyajikan bubur encer dengan roti kecil kepadanya.

Yuvio benar-benar kagum dengan sifat Edmund. Dia adalah Putra Mahkota yang senang bermain-main sebelumnya, tetapi karena satu kejadian, dia menjadi dewasa dengan natural. Jadi untuk memberinya apresiasi, Yuvio akan memenuhi kebutuhan kastil lagi. Jangan sampai ada yang kelaparan disana, yang mana adalah tempat berkumpulnya orang-orang pemberani yang akan membangun Negara dengan darah dan air mata.

Sebelumnya, Yuvio telah membaca banyak hal bagaimana cara mengawetkan daging-dagingan, salah satu hal yang mulai langka di ibu kota selain gandum. Ah, dia juga membuat dendeng ikan dan ikan asap juga. Itu adalah hal yang dia pelajari dari mimpi sebelumnya. Benar-benar kemampuan yang berguna.

Yuvio tersenyum, Bangga kepada dirinya sendiri.

"Seribu karung gandum? Siapa yang menulis jumlah gila ini?" Johan, asistennya yang lain berseru sambil melotot ketika membaca dokumen di tangannya.

"Aku."

Johan seperti merasakan panah menusuk tepat di hatinya ketika tuannya berkata. "Apa Anda benar-benar akan memberikan bahan pangan sebanyak ini kepada pihak kerajaan secara percuma?"

"Ya," kata Yuvio dengan ringan.

Selain krisis pangan, rakyat juga sedang mengalami krisis kepercayaan kepada pemimpin mereka. Memberikan banyak bahan pangan ke pihak kerajaan adalah cara Yuvio  membantu Edmund meraih kepercayaan itu. Dia tahu jika Putra Mahkota memiliki hati yang penyayang kepada rakyatnya, yang ketika dia memiliki sepuluh makanan, maka dia akan memberikan sembilan kepada mereka yang membutuhkan.

Rakyat harus kembali percaya pada kemampuan pemimpin mereka. Jika mereka percaya, kerusuhan dan maraknya penjarahan akan bekurang, dan tentu saja itu akan membuat hidup-hidup lebih tentram.

Satu bulan kemudian, para tentara milik kerajaan Aquila mulai datang dengan jumlah seperti akan berperang. Pemimpin dari mereka ijin melapor, dan segera menghadap Ian yang dia pikir adalah penguasa disana.

Status orang itu adalah jenderal. Dengan perawakan tinggi, dia memakai baju besi lengkap dan seragam kemiliteran mereka.

Yuvio memperhatikan percakapan itu di samping Ian. Dari ciri-cirinya, sepertinya dia tahu siapa nama jenderal itu.

Julius Estern. Salah satu jenderal pemberani yang pada akhirnya harus mati karena melawan pemberontakan.

Setelah menyampaiakan permintaan maaf Putra Mahkota karena tidak bisa langsung datang ke lembah Damian, Julius melirik Yuvio.

"Dan ini adalah...?"

"Dia asistenku, namanya Yuvio. Jangan pedulikan dia." Kata Ian.

Yuvio? Julius sepertinya pernah mendengar nama itu, tetapi dimana?

Saat focus Julius berkurang, Yuvio masih memperhatikannya, lalu mengatakan sesuatu dengan santai. "Tubuhmu sangat bagus. Apa kau sering berolah raga?"

"Itu pertanyaan konyol!" Ian yang menanggapi pertanyaan itu. "Dia itu Jendral. Tidak mungkin tidak olah raga. Kau itu bodoh, ya?" dia menyeringai. Ini adalah kesempatan emas untuk membuat Yuvio menyesal karena telah menjadikannya seorang pemimpin pengganti.

[BL] Enter The World of Novels Through Dreams [Fast Wear]Where stories live. Discover now