--3--

1.2K 236 14
                                    

Setelah mengatakan omong kosong, Yuvio tidak berlama-lama bersikap keren karena perutnya bergejolak saat itu.

"Jangan muntah lagi!" Ian memperingati begitu dia melihat Tuannya menahan mulut. Yuvio sudah puluhan kali muntah selama di perjalanan. Entah bagaimana bisa dia menjadi Tuan yang hebat dengan tubuh lemah seperti itu.

Yuvio mengerang, lalu meraih lengan Ian dengan cengkraman yang cukup kuat. Tidak lama, insiden memalukan itu benar-benar terjadi.

Ian menahan napas, ingin sekali berteriak. Dia sudah sengaja berganti pakaian agar terlihat 'wah' ketika bertemu dengan keluarga kerajaan, tetapi kini pakaian dan sepatu paling bagusnya harus kotor oleh muntahan Tuannya sendiri.

'KENAPAAAAAAAAA?' dia menangis tanpa air mata.

"SEGERA SIAPKAN TEMPAT ISTIRAHAT UNTUK TAMU KITA!!!" Putra Mahkota, Edmund, tidak berlama-lama memberi perintah.

.

.

.

Selama satu minggu berturut-turut, Ian selalu memberikan hasil laporan diskusinya dengan Putra Mahkota dan para mentrinya kepada Yuvio yang masih beristriahat di kamar. Ternyata, dugaan Yuvio selama ini benar. Penyebab petani selalu gagal panen itu karena meningkatnya serangga yang menyerang tanaman pangan, dan kebetulan sekali kisahnya sama seperti tragedi yang menimpa China pada kisaran tahun 1985 sampai 1962. China meluncurkan kampanye pembasmian burung gereja karena dianggap sebagai hewan yang terlalu banyak memakan biji-bijian, terutama padi. Sialnya, masalah serius muncul setelah itu. Setelah burung gereja hilang, belalang yang merupakan pakannya bertambah pesat jumlahnya karena tidak ada lagi predator. Setelah itu baru disadari, membunuh burung merupakan hal kontra produktif. Karena burung gereja tidak hanya memakan bulir padi, tetapi juga hama tanaman, terutama belalang.

Tetapi kali ini, kemana burung gereja pergi?

Setelah ditelusuri lebih dalam, sebelum adanya kutukan penyihir, para bangsawan pernah melakukan pemburuan burung gereja untuk taruhan. Mereka meminta semua pihak di wilayahnya masing-masing untuk menangkap burung itu yang kemudian diberi imbalan. Karena hampir semua bangsawan melakukan hal bodoh itu, akhirnya mereka menuai hasil dari apa yang mereka tabur. Kecuali lahan milik Yuvio, tentu saja. Selain dijaga kelestarian alamnya, Lembah Damian adalah tanah yang pernah ditimpa lahar gunung berapi, dan hal itu membuatnya lebih subur.

Lalu, bagaimana dengan ikan, juga hewan ternak lainnya?

"Memikirkan ikan aku jadi ingin memancing," kata Yuvio, meletakkan laporan dari Ian.

"Apa akhirnya Anda akan keluar?" Tanya Ian dengan nada sarkas. Karena alasan memiliki tubuh yang lemah, Yuvio mangkir dari diskusi panjang dengan Putra Mahkota dan para pejabat pemerintahan. Bukankah sebagai asisten (palsu), Yuvio seharuanya selalu ada di sampingnya? Tetapi dia hanya menerima laporan dengan nyaman di atas tempat tidur, lalu berkomentar dengan santai. Untungnya setiap komentar yang dia keluarkan bukan omong kosong.

"Apa sebaiknya begitu?" mata Yuvio berbinar. "Dimana Sean dan Delbert?"

Mereka adalah dua palayan yang dibawa Yuvio bersamanya. Jika hanya membawa Ian, siapa yang akan mencuci pakaian atau menyiapkan makanannya? Meskipun mungkin pihak kerajaan akan memberikan kemudahan itu, tetapi Yuvio agak tidak nyaman jika harus menggunakan pelayan lain.

"Kusuruh istriahat dulu. Apa Anda membutuhkan mereka?"

"Tidak. Kalau begitu kau saja yang membantuku."

Ian sudah tahu akan jadi seperti ini. Setelah menghela napas, dia bersenandung ringan sambil keluar dari kamar. "Hujan harus turun bulan ini~!!!"

.

[BL] Enter The World of Novels Through Dreams [Fast Wear]Where stories live. Discover now