Side Story (2) - Resign jadi sahabat

1.5K 61 0
                                    

LISA POV

Kalau Lisa mengira pertemuan mereka dengan Adrian Pramudya barusan adalah firasat baik, awal dari sebuah kemudahan bagi kisah percintaan sahabatnya, maka Lisa salah besar.

Dia jadi rada menyesal membiarkan Kayana bersitatap lagi dengan ex-crush nya itu. Karena nyata nya, interaksi sekecil itu berhasil mengacaukan isi kepala Kayana.

Lisa serasa mau menarik lengan sahabatnya ini pulang, saking nggak sanggup menahan malu. Diakhir acara mereka berkumpul lagi diballroom untuk evaluasi kegiatan selama acara tadi dan temannya ini nggak mengalihkan pandangannya sedetik pun dari pak Dosen.

"Divisi acara gimana? aman?" tanya mas Radit selaku ketua acara mereka pada malam ini. Kayana yang merupakan koordinator acara malah nggak bergeming. Mas Radit masih menunggu jawaban Kayana, tapi senyuman mas Adrian tiga puluh tujuh menit yang lalu betul-betul mengalihkan dunia. Lisa sampai harus mencubit pinggang Kayana supaya temannya sadar.

"Laporan woy, laporan." Lisa membisikkan ulang pertanyaan mas Radit ke kuping Lisa.

"Oh, aman mas....." Kayana akhirnya menjawab, tapi fokusnya tetap ke wajah Adrian yang berada di ujung ballroom, membuat Lisa ingin segera pulang saja karena nggak sanggup menanggung malu.

"Ada yang overbudget nggak?" Sekarang entah siapa yang bertanya, tapi kentara sekali Kayana sudah tidak fokus. Badannya doang yang disini, pikirannya sudah dipelaminan. Membayangkan masa depan bersama sang Dosen. Pret, cuma disenyumin sekali sahabatnya ini langsung caper. Ngeselin banget suer.

"Kalau dana nggak ada yang overbudget mas. Sudah dilaporkan semua ke bendahara." Terpaksa Lisa yang menjawab, karena pikiran Kayana sudah betul-betul tidak berada ditempatnya. Perlu diruqyah ini temennya, suer.

Selesai rapat, mereka memilih duduk dipojokan. Sambil ngemilin eksrim tentunya, biar isi kepala nya adem dan temannya ini cepet kembali ke realita. Telinga Kayana praktis sudah panas diomeli Lisa dari tadi. Selain karena nggak fokus, Lisa jadi harus nge-back up segala tetek bengek selama rapat. Karena temannya yang disebelahnya ini sibuk caper ke pak Dosen.

Rugi banget suer, rencana nya mau jadi anggota saja. Biar nggak riweh ditanya-tanya. Tapi kalau koor-nya manusia bucin macem Kayana, mending dia nggak usah jadi panitia sekalian. 

"Lis, kesana yuk. Pengen nimbrung." tunjuk Kayana pada sekumpulan mahasiswa yang sedang bercengkrama dengan Adrian. Tuh kan, mulai nggak waras!

"Ogah." tolak Lisa mentah-mentah. Bisa-bisa dia gumoh kalau harus menyelamatkan wajah temannya lagi. Kalau temennya bisa kalem mah nggak papa. Tapi ekspresinya itu loh, semencolok itu! Kayak psikopat. Kalau dia jadi Adrian sudah pasti bakalan merinding ditatapin lama-lama begitu.

Bagaimanapun juga, Lisa juga paham kalau Adrian itu crush-nya Kayana semasa kuliah, dia juga inget segimana galau nya ini cewek sewaktu ditinggal Adrian kuliah diluar negri. Mendadak bertemu lagi setelah empat tahun tidak berjumpa, nggak mungkin Kayana nggak kaget, kan?

Karena itungannya cinta pertama semasa kuliah, wajar  kalau masih membekas, entah itu rasa sukanya ataupun rasa sakitnya karena pernah ditolak mentah-mentah.

Kayana semakin nggak sanggup berkata-kata ketika akhirnya Adrian menghampiri tempat mereka duduk, setelah selesai dengan sesi jumpa fans nya.

Adrian menjitak dahi sahabatnya gemas, sementara Kayana sudah nggak sanggup mengaduh saking deg-degan nya. Sementara Lisa jangan ditanya, dia sudah menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Nggak sanggup membayangkan list kejadian memalukan yang berpotensi untuk terjadi. Dia cuma bisa berdoa, karena untuk yang satu ini dia nggak mampu lagi menyelamatkan wajah sahabatnya.

"Ckckck...kamu ya, udah gede begini, makan es krim masih aja berantakan." ucap Adrian sembari mengambilkan tisu dari meja terdekat dan mengulurkan ke Kayana untuk dipakai mengelap es krim yang sudah meleleh ke pakaiannya.

Kayana segera mengoper mangkuk es krim di tangannya ke Lisa. Gelagapan. Wajahnya sudah merah padam karena salah tingkah. 

Sembari tersenyum tipis, Adrian menepuk pelan puncak kepala Kayana beberapa kali.

Dan jangan lupakan tangan pak dosen yang rada nggak sopan, mulai mengelap sudut bibir Kayana yang belepotan.

Dan temen jablay-nya ini sudah pasti meleleh ditempat. 

Fix sih ini, FIX! Sama-sama demen.

Lisa nggak bisa berprasangka apa-apa lagi, dua manusia dihadapannya ini sama-sama demen. Nikah ajalah udah! Capek dia kalau harus jadi nyamuk di malam hari. Ini ada yang bisa nganterin dia pulang nggak? Nggak ada gitu pangeran berkuda putih yang bisa menyelamatkan dia? nggak perlu pake mobil. Pake motor butut juga sudah syukur. Intinya dia butuh diselamatkan detik ini juga.

Kayaknya dia lepas tangan aja udah, mau ini temennya ngerusuh di event sebesar ini dia juga nggak peduli. Cegil nya Kayana sudah setelan pabrik, nggak bisa dirubah.

Padahal niatnya ingin menyelamatkan muka temennya, agar punya rasa 'jaim' sedikit. Tapi inimah boro-boro udah, dua-dua nya sama-sama kasmaran. Ya lord, kenapa pula dia harus diletakkan diantara dua manusia freak yang lagi kasmaran. Receh abis, lagaknya doang musuhan, sekalinya ketemu udah kayak orang pacaran. Tinggal jadian doang, apa susahnya?

***

Setelah rentetan cobaan yang tiada habisnya, akhirnya hidup Lisa diberikan kemudahan. Adrian menawarkan tumpangan untuk mereka pulang. Kebetulan hari sudah malam, dan butuh waktu juga untuk memesan taksi online. Tentunya bantuan semacam itu nggak bakalan ditolak.

Malas berdebat perkara siapa yang harus duduk disebelah supir, Lisa pilih mengalah dan duduk dibangku belakang. Sedangkan temannya sudah duduk disebelah Adrian dengan wajah yang merah padam.

Bak telenovela, Adrian memasangkan seatbelt Kayana karena setelah percobaan untuk yang ke sekian kalinya. Temennya itu nggak kunjung berhasil, Lisa nggak yakin antara modus atau emang nggak bisa aja masang seatbelt nya. Wajar, mobil mahal. Baik dia maupun temennya sama-sama nggak terbiasa.

Padahal cuma gestur biasa doang. Dan kalau boleh jujur, perlakuan Adrian cukup sopan. Mestinya Kayana nggak perlu sampai baper. Tapi melihat bubble chat diponselnya mulai heboh. Lisa langsung geleng-geleng kepala.

Emang, yang namanya jatuh cinta tuh nggak masuk akal!

Kayana Amira 
Nyet, help me! Gue baper.

Kayana Amira 
Butuh oksigen!

Dipikir-pikir dosen nya ini tajir juga. Mobilnya nggak kaleng-kaleng. BMW M4, terlalu mewah untuk ukuran  dosen baru yang Lisa tebak gajinya belum sampai dua digit. Tapi nggak salah lagi sih, notabene keluarga nya Adrian juga sultan. Beli mobil begini mah, cetek.

Untuk yang satu ini, Lisa bakalan mendukung penuh ke-cegilan sahabatnya. Pasalnya yang satu ini sangat amat worth it untuk diperjuangkan. Biar dia kecipratan rezeki-nya juga, minimal tiap bulan ditraktir sushi tei nggak bakalan bikin pak Dosen bangkrut. 

Punya jodoh begini, tentunya jadi investasi yang baik untuk sahabatnya. Dia juga bakalan all in kalau sahabatnya berakhir dengan Adrian.

Dipikir-pikir temennya ini nggak bego-bego amat, malah jalan pikirannya patut diacungi jempol. Visioner abis!

***

Vote and comment ya <3


Skripsi atau Resepsi [END]Where stories live. Discover now