Side Story (1) - Disenyumin setitik, rusak move on sebelanga

2.5K 117 10
                                    

"Gue tau, pak Dosen memang hot abis...tapi bisa nggak lo berhenti melototin begitu? gue takut muka lo kena jepret terus masuk Buletin Pelita. Bisa viral ntar."

Lisa menarik lengan Kayana agar bergeser dari jangakauan mas-mas ukm jurnalistik. Takut sahabatnya kena sorot terus viral, kalau sudah semester akhir gausah kebanyakan gaya. Sudah bukan umurnya plus sebaiknya melakukan hal-hal baik agar skripsi dilancarkan.

"Lebay." sahut Kayana. Wong dia cuma melihat sekilas, dia nggak sampe mupeng!

"Ngiler mah ngiler aja, tapi nggak usah keliatan juga napsuan nya." sindir Lisa setelah mereka bergeser beberapa senti dari lokasi tadi.

Kayana memutar bola mata malas. Malam ini pak Dosen memang terlihat luar biasa tampan dengan batik slimfit lengan panjang berwarna marun yang membalut sempurna posturnya yang ramping dan menjulang. Kelihatan berkharisma.

Cakepnya beneran effortless, nggak ngapain-ngapain juga sudah cakep. Adrian nggak perlu atribut branded, begini aja sudah cakep. Namun, dengan tambahan jam tangan yang nggak bisa dia taksir harganya itu, karena nggak pernah lihat. Adrian jadi berkali-kali lipat lebih ganteng.

Tentu saja Kayana kuat memandang berjam-jam. Bahkan bisa sampai mupeng juga sebenarnya, tapi ya tau diri. Ini event kampus, plus semenjak tahu bahwa mantan seniornya itu sekarang jadi dosen pembimbingnya. Kayana jadi sering pundung, dan ogah memuji. Selain jago pencitraan, pria dihadapannya ini level menyebalkannya sudah dalam taraf tak hingga. Apalagi perkara skripsi, dia beneran pengen nangis saking susah dapetin acc nya. Perfeksionis akut, sampai-sampai titik koma dipemarsalahkan, belum lagi EYD nya dikoreksi satu pesatu. Capek banget intinya.

Tampang elit, ACC sulit. Skip deh!!

Jadi, meskipun sebenarnya jantungnya berdegup tak karuan. Karena sisa-sisa rasa dimasa lalu yang belum tuntas sepenuhnya, lebih baik Kayana memendam rasa ini sampai waktu yang tidak ditentukan. Toh kalau ini cowok ganteng dihadapannya mulai muncul dedemitnya, rasa sukanya bisa luntur begitu saja. Mulutnya itu loh, bikin ilfeel!

***

"Senyum yang bener ya, Kay. Jangan buat saya malu." bisik Adrian disebelahnya. Dosennya yang satu ini memang paling jago pencitraan. Seperti event kampus pada umumnya, diakhir acara seluruh panitia akan befoto dengan narasumber a.k.a Adrian Pramudya pada malam ini.

Dan dari seluruh posisi foto yang ada, tumben-tumbenan nggak ada yang mau ganjen dan berpose didekat sang dosen. Alhasil dengan sangat terpaksa plus nggak kebagian tempat lain juga, dia berdiri didepan Adrian. Karena seperti biasa, yang paling pendek didepan. Jadilah dia bisa merasakan deru nafas pria tersebut ditengkuknya.

"Emang dari tadi saya ngapain, pak?" Kayana balas berbisik, tak lupa melempar delikan mata pada sang dosen yang ternyata berdiri persis di belakangnya. Nyungsep dikit atau seapes-apesnya ini panggung rubuh, dia bisa jatuh kepelukan sang dosen saking deketnya ini jarak badan mereka. Untungnya sesi berfoto, jadi nggak ada yang julid.

"Muka mu cemberut terus sih, kapan dapat jodohnya kalau mukanya judes begitu." komentar Adrian lemes.

Mau nggak mau Kayana merasa kesal, dan mencubit pinggang Adrian yang berada persis dibelakangnya. But damn, alih-alih pinggang dia malah menyentuh perut kotak-kotak milik sang dosen. Dia tebak jumlah kotaknya ada enam sampai delapan.

Untuk menghilangkan rasa malunya, Kayana berdeham kecil. "Apasih." sahut Kayana sok judes.

Selesai sesi berfoto, seluruh panitia bubar dan saatnya acara bebas. Mau makan boleh, tidur boleh, kalau berzina dilarang. Karena haram hukumnya. Alhasil Kayana menarik lengan Lisa ke food stall.

Untungnya, donatur untuk acara kali ini lumayan banyak. Jadinya food stall untuk acara ini nggak kaleng-kaleng, matanya sibuk mengabsen menu dari ujung ke ujung.

"Yang enak apa, Lis?" tanya Kayana.

Sebenernya nggak begitu banyak pilihan. Karena meskipun sisa dana lumayan segunung, budget untuk food stall ini juga pasti dipress. Totalnya cuma ada delapan menu, tapi untuk kantong anak kost mah sudah lumayan banget.

"Rendang dong." Lisa menjawab sambil memperlihatkan piringnya yang berisi beberapa macam olahan daging, seperti sop daging, dendeng, plus rendang, nggak pakai sayur dan nasi nya dikit aja. Sunguh terlihat jelas jiwa anak kosannya yang nggak mau rugi itu.

Kayana pergi mengambil piring dan mengisinya dengan sedikit nasi dan sop daging. Dia udah bosen pake banget makan rendang, sebagai orang minang dia besar dengan rendang, gulai, dan segala macam makanan bersantan. Makanya makin kesini, dia lebih suka plain food dengan sedikit bumbu.

Lisa makan dengan anteng, ibarat anak bayi sudah diberi ASI, jadi nggak banyak ngomel. Sahabatnya itu sama sekali tidak terganggu dengan keberadaan mas-mas ganteng-wangi-mapan yang sejak tadi berseliweran di sekitar mereka. Soalnya, dibandingkan dengan Kayana yang sudah jomblo akut dari sononya. Lisa memang sudah taken dengan pacarnya yang doyan putus-nyambung itu.

"Btw, dibanding pak dosen yang sedari tadi bikin lo ngiler, ada yang lebih ganteng tau. Kayaknya anak management. Nggak bawa gandengan pula." Lisa memberikan info yang tentu saja nggak menarik bagi Kayana, dia nggak ada niat untuk pacaran sekarang. Fokusnya cuma untuk menyelesaikan skripsi saja, karena kalau punya pacar sudah bisa dipastikan bakalan banyak drama yang tidak diinginkan. Hidupnya sudah terlanjur ribet!

"Nggak ada gandengan belum tentu jomblo." cibir Kayana.

"Heh, gue cuma bilang ada yang lebih ganteng. Bukan ngasih rekomen buat lo gebet. Belum tentu dia mau sama lo."

"Ya udah, mana?" tanya Kayana songong.

"Arah jam tiga, pake batik navy."

Kayana celingak-celinguk tapi nggak sempat menemukan sosok yang dimaksud.

Karena sepasang mata pak Dosen di arah yang sama keburu bersitatap dengannya, menembus jarak diantara mereka.

Senyum tipis menawan milik Adrian terkembang.

Ntah apa maksud dibalik senyum itu, yang jelas Kayana serasa mau pingsan.

***

Hello ini special update karena dua juta pembaca! Hiks, aku nggak nyangka banget cerita ini bisa disukai banyak orang :") Intinya terimakasih banyak atas antusiasme nya, dan maaf juga komennya nggak bisa aku balesin satu-persatu tapi aku baca kok :(.

Lanjut nggak? aku takut garing karena sudah lama nggak nyentuh cerita ini wkwk.

Skripsi atau Resepsi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang