57 - Terancam Gagal Lamaran

19K 1.5K 55
                                    

Adrian meletakkan dua cangkir teh ke meja ruang tamunya, hari ini malam senin, malam yang paling gak suiteable buat kencan. Karena malam ini dia harus menyiapkan materi presentasi dan besok jadwal mengajar nya full dari pagi, yang berarti dia butuh tidur cukup malam ini. Dan kalau saja, Kayana dan sejuta akal bulusnya berencana menginap lagi malam ini, fix sih dia cuti sakit saja besok dan meminta Fita untuk mengisi kelasnya, atau dia undur saja kelasnya sekalian, untung nya dia sudah jadi dosen, suka-suka dia mau kelas nya kapan.

Malam ini dia menyeduh chamomile tea, karena sang pacar yang akhir-akhir ini berlagak ingin hidup sehat dan sebisa mungkin mengonsumsi produk berbahan herbal. Sebenarnya dia pribadi nggak begitu menyukai teh, dia lebih suka kopi dan baru mulai menyetok berbagai macam produk teh akhir-akhir ini karena pacarnya yang memang nggak bisa minum kopi.

Adrian menopang dagu, menoleh pada Kayana yang malam ini kelihatan seperti ABG dengan cropped sweater, skinny jeans dan rambut sebahu nya yang dicepol tinggi. Entah sejak kapan pacarnya ini mulai berani mengenakan baju yang kelihatan udel nya tersebut, untung nya cuma kelihatan udelnya kalau ini cewek angkat tangan, kalau lagi enggak sih udel nya masih ketutupan.

Nggak cuma wangi,kalau dilihat dari dekat, jelas sang pacar berdandan dulu sebelum pergi ke sini. Biar tampil cakep maksimal didepan calon suami. Riasannya cukup natural, hanya liptint berwarna pink dan sedikit perona pipi.

She looks really cute.

Ah, perasaan age gap mereka gak jauh-jauh amat cuma 4 tahun. Tapi kalau melihat tampilan Kayana yang seperti abg begini, sudah pasti dia kelihatan seperti pedofil.

Sesekali Kayana menggaruk lehernya yang tidak gatal, tampak kebingungan saat mempelajari materi dihadapan nya. Rambut nya yang tadi dicepol rapi kini sudah mulai keluar satu persatu dari ikatan nya.

"Apaan sih mas, dari tadi lirik-lirik mulu. Bantuin belajar kek." rengek Kayana.

"Imut banget pacar mas." ucap Adrian tampak gemas kemudian mencubit pipi Kayana.

"Aw..kenapa mas? kita jadi kelihatan kayak bapak sama anak ya?" tanya Kayana bercanda.

Namun Adrian jadi baper sendiri, kalau dilihat-lihat penampilan nya memang jauh tampak lebih dewasa dibandingkan Kayana, apalagi dengan brewok nya sekarang. Tipis sih, tapi cukup membuat dia tampak lebih dewasa dari semestinya. Tapi kalau dicukur kesannya malah lawak, wajah nya yang sudah terbiasa berjambang semenjak lulus sma itu tiba-tiba dibabat habis, yang ada orang-orang nanti pada nggak kenal. Yang lebih parah, pacarnya ikutan nggak kenal!

"Katanya mau ngajarin aku, giliran aku nya udah disini malah sibuk main hp." protes Kayana.

"Baca dulu sayang, nanti mas jelasin. Kalau langsung di jelasin sekarang, ntar kamu banyak bingung nya." sahut Adrian kalem plus sabar. Dia harus maklum, pacarnya ini sudah h-2 sidang, kalau agak rewel sedikit dia bakalan tutup mata tutup telinga.

Adrian terperanjat saat tiba-tiba Kayana mencubit pinggangnya. Pedes banget, asli! Dia sampai meringis saking sakit nya, emang dia salah apa lagi sih?

"Aku tuh nggak paham mas! ntar kalau gabisa jawab gimana?" seru Kayana tampak frustasi, rambutnya yang tadi dicepol rapi sekarang tampak awut-awutan. Seriusan Adrian pengen ketawa, tapi prihatin juga. Sidang komprehensif itu memang yang paling susah, mau belajar seminggu suntuk pun rasanya gak bakalan cukup apalagi ini cewek tipikal mahasiswa yang belajar nya gak serius-serius amat, lebih sibuk bucin dan ketika h-2 begini baru panik sendiri. Mana sempat, keburu telat!

"Yaudah sini, ayuk mas ajarin." ujar Adrian sabar, dari pada Kayana ngambek lagi, dia lagi gak ada energi untuk membujuk-bujuk pacarnya malam ini. Agenda mereka malam ini cuma belajar, thats it.

Skripsi atau Resepsi [END]Where stories live. Discover now