20 - Jadi,Kita Pacaran?

32.8K 2.8K 19
                                    

"Pak,ini apartemen bapak?"

Kayana memastikan,setelah berkendara kurang lebih satu jam akhirnya mereka sampai juga di tujuan.

Kayana meragu, pasalnya apartemen ini berada dikawasan mewah yang rata-rata isinya anak konglomerat semua. Gamungkin sekelas dosen muda seperti Adrian mampu menyewa apartemen semewah ini. Kecuali profesi nya sebagai dosen cuma karena gabut doang.

Adrian mengiyakan. "Hmm...sudah sampai ya?" tanya Adrian dengan suara sedikit serak.

Seketika Kayana merasa kasihan, karena pria itu nekat berhujan-hujanan tadi alhasil jadi sakit begini. Dia jadi nggak enak plus merasa bersalah.

"Saya bantuin turun ya pak." tawar Kayana sambil melepas seatbelt nya lalu turun dari mobil.

Kayana merasa dengkulnya sedikit goyang, saat membantu Adrian berjalan. Masalahnya ini cowok badannya gede plus berotot, kayak kingkong! mana berat pakai banget. Badannya yang cuma setinggi dada nya Adrian ini jelas tenggelam.

Akhirnya Kayana beralih menggandeng lengan Adrian. Takut tulang nya beneran kenapa-napa, dia nggak sanggup membawa badan besar Adrian sendirian, keburu pingsan duluan.

"Pak,kayaknya saya ga kuat bantuin bapak jalan kalau sendirian. Gimana kalau kita coba minta tolong sama satpam nya saja pak?" ujar Kayana sambil menyengir.

"Kenapa nggak bilang?" tanya Adrian lalu mengelus kepala nya pelan.

Kayana langsung meleleh, paling nggak bisa kalau kepala nya di elus-elus begitu. Bawaan nya pengen dihalalin saat itu juga, kalau nggak ingat skripsinya.

Kayana mengusap tengkuknya malu, mencegah bulu kuduknya meremang. Suer bawaan nya merinding gitu tiap Adrian mengelus kepala nya.

"Saya kuat kok jalan sendiri." Adrian melepaskan rangkulan tangannya dari bahu Kayana.

Kayana langsung merasa lega, seolah-olah beban berton-ton baru saja terlepas dari pundaknya. Beneran deh, dia nggak lebay. Adrian itu tinggi, besar, kayaknya dia bisa gepeng beneran kalau Adrian berlama-lama menyender di pundaknya.

"Saya pegangin lengannya aja ya pak." tawar Kayana dan Adrian pun menyetujui.

"Lantai berapa pak?" Tanya Kayana sesampainya mereka didalam lift.

"Lantai 35." jawab Adrian.

Kayana memperhatikan urutan angka yang ada di panel tombol lift tersebut dan menyadari bahwa lantai 35 merupakan lantai paling atas dari gedung ini.

"Bapak ngapain tinggal dilantai paling atas pak? Nggak takut kalau tiba-tiba gempa?" tanya Kayana ngeri,lantai segitu paling nggak cocok untuk orang parnoan seperti Kayana. Pasalnya dikampung nya itu rawan gempa, jadi dia terbiasa tinggal dirumah yang paling mentok cuma dua sampai tiga lantai.

"Bangunan nya sudah dirancang anti gempa bahkan sampai 9 SR Kay,no need to worries." ucap Adrian menenangkan. Wajar sih kalau tahan gempa, buat apa bayar mahal kalau bangunan nya nggak aman.

Eh,tapi tunggu dulu.

Bukannya lantai paling atas itu termasuk bagian eksklusif ya?Apasih namanya?Penthouse? Berarti ini cowok kaya banget dong sampai mampu tinggal di penthouse.

Berulang kali Kayana menekan tombol lift tersebut,namun liftnya tidak kunjung menutup dan naik keatas.

Ini lift nya rusak atau bagaimana sih?Bayar mahal-mahal kok bobrok begini?

"Pak,dari tadi lift nya kok gabisa saya tekan ya?rusak ya pak?"

Dia nggak sekampungan itu sampai nggak tahu cara nya naik lift, tapi masa sih apartement semahal ini lift nya macet begini?

Skripsi atau Resepsi [END]Where stories live. Discover now