Sebuah Ramalan

304 20 0
                                    

Mafornburgh, merupakan satu-satunya negara yang dipenuhi oleh penyihir di semenanjung Gredam. Negara yang kuat dan kaya akan sumber daya alam itu dipimpin oleh seorang raja yang telah bertahun-tahun duduk di singgasananya.

Raja yang merupakan salah satu penyihir terkuat di Mafornburgh.

Seorang raja yang masih terlihat gagah dan tampan walaupun umurnya tidak lagi muda.

Seorang raja tanpa keturunan.

Seorang raja yang berhasil menaklukan Azura, penguasa Pohon Abadi di Spiree, Kota Roh Pohon.

Tidak ada satu pun yang berani mengusik raja kuat yang terkenal akan kekejamannya itu.

Tidak ada yang bisa menggulingkan sang raja sampai pada akhirnya, sang raja mendengarkan ramalan tidak terduga dari seorang peramal yang terkenal akan kesaktiannya bernama Yuura.

"Hormat saya kepada Raja nan agung, Raja Lucius."

Peramal cantik itu memberikan penghormatannya kepada sang raja yang duduk dengan angkuh di singgasana kebanggaannya.

Kedatangan Yuura ke istana bukanlah hal yang diinginkan oleh Raja Lucius bahkan seluruh penghuni istana. Desas-desus mengenai peramal yang sudah hidup beratus-ratus tahun di menara sihirnya yang terletak di Hazbourne, Kota Berkabut itu sudah tersebar di seluruh semenanjung Gredam.

Siapa pun yang wilayahnya didatangi oleh Si Peramal Sakti, Yuura, menandakan ada sesuatu yang besar akan terjadi pada seseorang tersebut.

Dan sesuatu tersebut bukanlah sesuatu yang baik.

Raja Lucius duduk dengan tenang di singgasananya walaupun di dalam hati, dia tidak menyangka kalau hari di mana si peramal sakti ini mendatangi istana kebanggaannya akan tiba. Dia tidak pernah terpikirkan akan didatangi oleh Yuura yang dikabarkan ramalannya tidak pernah meleset.

Kedua tangan sang raja yang berada di lengan singgasana perlahan terkepal kuat. Raut wajahnya semakin dingin dan itu berhasil membuat semua orang diselimuti rasa takut. Mereka semua menundukkan kepala dengan tubuh bergetar ketakutan. Mereka tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan raja kejam itu setelah mendengar ramalan dari Si Peramal, Yuura.

Berkebalikan dengan orang-orang yang ketakutan itu, Yuura justru tersenyum manis pada Raja Lucius yang jelas sekali tidak menunjukkan raut wajah bersahabat sejak dia menghadap sang raja. Paras cantiknya tidak mampu menggoyahkan Raja Lucius yang kejam.

Yuura pikir, kecantikan yang ia jaga ratusan tahun ini mampu mengendurkan ketegangan yang terlukis jelas di wajah tampan sang raja.

"Tujuan hamba datang ke istana kebanggaan Yang Mulia ini, tidak lain dan tidak bukan karena ramalan yang datang kepada hamba, Yang Mulia" ucap Yuura, masih menebar senyum manisnya pada Raja Lucius.

Yuura memejamkan matanya, tidak lama setelah si peramal memejamkan mata, suasana di dalam istana  berubah menjadi mencengkam. Terdengar suara hembusan angin yang bertiup kencang memasuki istana, suhu di dalam ruangan turun drastis membuat siapa pun yang ada di sana menggigil kedinginan.

Rambut hitam pekat milik Yuura perlahan berubah menjadi keabuan. Peramal cantik itu membuka matanya dan terlihat manik hitam arangnya telah berubah menjadi putih, senyum cantiknya tergantikan oleh seringai mengerikan dan menampakkan deretan gigi tajam nan runcing.

Suara tawa yang mungkin lebih bisa dikatakan suara cekikikan itu membuat semua orang di sana semakin dicengkram oleh ketakutan.

Hanya Raja Lucius yang menatap tajam si peramal di hadapannya tanpa mengenal rasa takut.

"Masa kejayaanmu akan berakhir, Lucius~ kekekekek."

Raja Lucius menggertakkan giginya ketika mendengar suara si peramal yang berubah menjadi suara lansia berusia 70 tahun.

Si peramal itu masih tertawa, seolah mentertawakan kejatuhan seorang Raja Lucius yang entah kapan akan terjadi.

"Ketika Bulan Purnama tergantikan dengan merahnya darah, lahirlah seorang anak yang diberkati oleh Si Penguasa Pohon Abadi. Sang Kesatria yang akan mengumpulkan enam kesaktria kuat lainnya."

Peramal itu menunjuk Raja Lucius dengan jari telunjuknya yang memiliki kuku panjang serta berwarna hitam mengerikan.

"Tujuh Kesatria itu sangat kuat dan sanggup membunuhmu, Lucius~ Kerajaanmu akan jatuh, Azura akan kembali menguasai Mafornburgh dan kau akan terjatuh ke dalam jurang kegelapan di Misten, Kota Busuk yang Berkabut.."

Peramal itu menyeringai.

"Tunggu dan lihatlah kehancuranmu akan tiba, Lucius.."

Suasana yang mencengkam tadi hilang dalam sekejap ketika si peramal memejamkan matanya.

Rambut keabuannya kembali normal, begitu pun dengan kuku hitam panjangnya.

Suhu di ruangan kembali normal begitu pun dengan hembusan angin yang masuk ke dalam istana.

Yuura membuka matanya dan menatap Raja Lucius sambil tersenyum.

"Anak itu adalah anak yang terlahir dari seorang budak yang melarikan diri ke Soufield, Kota Selatan."

Setelah mengatakan semua ramalannya, sang peramal mengundurkan diri. Meninggalkan Raja Lucius yang diselimuti oleh api kemarahan setelah mendengar ramalan dari Yuura.

BRAK!

Dinding istana hancur karena pukulan dari Raja Lucius. Urat-urat di wajahnya menandakan betapa marahnya dia sekarang dan siap menghancurkan apa saja yang membuat suasana hatinya semakin buruk.

"Kirim pasukan ke perbatasan Soufield."

Kedua tangan Raja Lucius terkepal kuat sehingga mengeluarkan darah dan menetes di karpet yang ia pijaki.

"Cari budak yang kabur ke sana dan bunuh mereka semua."

Sorot mata raja kejam itu terlihat mengerikan.

"Utamakan bunuh budak wanita yang hamil."

Bersambung

Memperkenalkan:

Johnny Suh as Raja Lucius

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Johnny Suh as Raja Lucius

Johnny Suh as Raja Lucius

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kwon Yuri as Yuura

[FF NCT DREAM] HELMUTWhere stories live. Discover now