Bab 8: Pemuda Asing di Hutan Peri

110 15 0
                                    

Semua informasi yang ia dapatkan ini terlalu tiba-tiba.

Dia bahkan tidak mampu mendengar kelanjutannya bahkan menyaring kata demi kata yang keluar dari belah bibir Esme Wilfredo. Selaku wanita cantik yang ia temui di Hutan Peri dan membawanya ke dunia aneh namun indah ini.

Reinhard Wilfredo, itulah namanya yang sebenarnya.

Seorang pemuda yang terlahir dari keturunan Wilfredo nan agung. Satu-satunya keluarga bangsawan di Marfornburgh yang diberkati oleh 12 dewa.

Esme menjelaskan bahwa keluarga besar mereka berpencar dan menyebar di setiap sudut benua demi terhindar dari incaran penyihir jahat atau pun manusia rakus nan tamak yang terbuai dengan kekuasaan lalu memanfaatkan "berkah" yang diberikan oleh 12 dewa kepada keturunan Keluarga Wilfredo.

Walaupun begitu, Esme mengatakan, tidak bisa dipungkiri bahwa ada beberapa keluarga mereka di luar sana tertangkap oleh musuh atau lebih kejamnya mereka dibunuh karena tidak mau menuruti perintah mereka.

"Reinhard, keponakanku yang sangat aku sayangi. Dengarkan ini, Wendy Laurels, bukanlah ibumu. Maaf, aku tidak bisa mengatakan siapa ibu kandungmu saat ini. Tetapi, suatu hari nanti, aku akan memberitahu, siapa sosok yang kau seharusnya kau panggil ibu."

Dia menghembuskan nafas lelah jika mengingat percakapan dia dengan Esme mengenai Son Seungwan atau Wendy Laurels?

Fakta ini terlalu mengejutkannya dan dia tidak tahu harus merespon apa ketika Esme dengan wajah seriusnya mengatakan kalau sosok yang ia panggil Mama itu hanyalah ibu sambung yang Esme tugaskan untuk menjaganya dari kejaran orang jahat.

Bagaimana bisa wanita yang menyayanginya dan selalu melimpahkan kasih sayangnya kepada dia bukanlah ibu kandungnya?

Lalu, di mana keberadaan sang ibu sekarang? Kenapa Esme tidak mau memberitahu siapa ibunya? Bahkan, Esme tidak memberitahunya apakah sang ibu masih hidup atau tidak.

"Reinhard."

Ren-- tidak.

Namanya bukanlah Huang Renjun.

Dia adalah Reinhard Wilfredo.

Detik ini, Huang Renjun tidak ada lagi.

Yang ada hanyalah Reinhard Wilfredo.

Reinhard menoleh, mendapati Esme berjalan mendekatinya dengan senyuman hangat yang tidak pernah lepas dari wajah cantiknya.

"Aku tahu semua hal yang terjadi padamu hari ini tidak bisa kau terima dengan mudah. Terlebih, mengenai ibu kandungmu" ucap Esme membuat Reinhard tersenyum kecut karena wanita yang mengaku adik dari ibu kandungnya kembali mengingat tentang fakta tersebut.

"Pergilah bersama Benna. Suasana di Kota Elfon mampu membuatmu tenang dan melupakan semua hal yang memberatkan kepalamu" ucap Esme lagi.

Reinhard melihat seorang perempuan yang sepertinya warga dari Kota Elfon -itu semua karena rambut blonde, mata biru, dan telinga panjangnya- berdiri tidak jauh di belakang Esme. Perempuan itu memberikan salam penghormatannya pada Reinhard yang masih tidak terbiasa ketika orang-orang yang ia temui memberikan salam penghormatan seperti itu kepadanya.

"A-aku boleh pergi melihat kota?" tanya Reinhard menatap takut-takut Esme yang semakin mempermanis senyumnya.

Di dalam hati, Esme bergumam sedih karena keponakannya masih saja takut setiap menatap matanya atau pun berbicara kepadanya.

"Tentu saja boleh, sayang. Elfon adalah tempat ibumu tumbuh dewasa. Bisa dibilang, Elfon adalah kampung halaman ibumu" jawab Esme dan hatinya berdenyut sakit ketika mengingat sosok kakaknya.

[FF NCT DREAM] HELMUTWhere stories live. Discover now