Bab 3: Elfon, Kota Para Peri

134 17 0
                                    

Wanita itu sangat cantik.

Tubuhnya tinggi semampai dengan proporsi yang akan membuat semua kaum hawa iri.

Gaun putih panjang dengan bordiran berwarna emas tidak menutupi keelokan tubuhnya.

Rambut hitam bergelombangnya yang panjang dihiasi oleh mahkota bunga.

Jika dilihat dengan seksama, bunga-bunga yang menjadi hiasan untuk mahkota tersebut memiliki dua jenis bunga yang berbeda.

Bunga dengan kelopak yang sedikit runcing dan menguncup berwarna merah muda itu dinamakan Bunga Astrantia. Sebuah bunga yang melambangkan keberanian, kekuatan, dan perlindungan bagi siapa pun yang menyentuhnya.

Bunga tersebut benar-benar melambangkan aura yang terpancar dari si wanita cantik tersebut walaupun garis wajahnya terkesan lembut dan ramah. Wajahnya menggambarkan bahwa sosoknya adalah sosok yang penyayang, sesuai dengan jenis bunga satu lagi yang melambangkan kasih sayang.

Bunga Anyelir.

Walaupun wanita di depannya ini sangat cantik dan terkesan ramah. Kehadiran sang wanita yang secara tiba-tiba tentu membuat Renjun gelagapan.

Renjun bingung dan ketakutan dalam satu waktu.

Tidak pernah dia berinteraksi dengan "manusia" sebanyak ini terlebih ketika berbagai pasang mata itu mengarah kepadanya dengan pandangan yang sulit diartikan.

Renjun merasa orang-orang itu sedang menghakiminya karena tatapan mereka yang tidak lepas dari Renjun.

Pemuda 20 tahun itu sulit menggerakkan bibirnya hanya untuk menanyakan kehadiran si wanita.

Lidahnya kelu, keringat dingin tidak henti membasahi pelipisnya bahkan sekarang kedua tangannya juga demikian. Jemarinya saling bertaut dan gemetar karena situasi tidak terduga yang ia hadapi.

Melihat keterdiaman pemuda di hadapannya ini, si wanita cantik itu tersenyum hangat. Pandangan matanya ia usahakan terlihat lembut supaya pemuda ini berhenti merasa takut ketika melihatnya. Wanita itu juga memberikan perintah kepada orang-orang di belakangnya untuk menundukkan pandangan dan tidak terlalu memandangi si pemuda.

"Anda tidak perlu merasa takut atau pun gugup terhadap kami, Tuan Reinhard" ucap wanita tersebut dengan suara lembutnya.

Renjun perlahan mengarahkan pandangannya kepada si wanita yang saat ini menghembuskan nafas lega ketika getaran di mata Renjun perlahan menghilang. Takut dan gugup masih terpancar di manik indahnya namun wanita itu tetap bersyukur karena pada akhirnya Renjun menatap matanya.

"R-Reinhard?" ucap Renjun dengan suaranya yang pelan dan bergetar. Jari telunjuknya ia arahkan ke dirinya sendiri seolah ingin mengatakan apakah panggilan Reinhard itu benar-benar ditujukan untuknya.

Wanita cantik itu tersenyum.

"Tuan pasti kebingungan akan apa yang terjadi sekarang" ucap wanita itu.

"Sebelumnya saya ingin meminta maaf karena dengan kurang ajarnya belum memperkenalkan diri saya kepada tuan.."

Ah, Renjun jadi merasa tidak enak karena cara wanita itu berbicara seolah sedang berbicara dengan orang terhormat. Renjun tidak merasa kalau dia adalah seseorang yang harus dihormati. Dia juga gugup karena wanita itu berbicara sangat formal kepadanya. Dia jadi tidak tahu harus melakukan apa selain berdiri seperti orang bodoh.

"Perkenalkan tuan, nama saya Esme Wilfredo, saya adalah perwakilan dari Spiree, Kota Roh Pohon yang merupakan tempat Pohon Abadi berada" jelas wanita yang bernama Esme itu dan justru membuat Renjun kebingungan.

"T-tunggu sebentar! A-apa maksudmu, m-maksud saya, apa maksud anda? Spiree? Pohon Abadi?" tanya Renjun panik. Dia bisa mendengar suara detak jantungnya semakin cepat setiap wanita bernama Esme itu membuka mulutnya.

[FF NCT DREAM] HELMUTWhere stories live. Discover now