Bab 24: Bukan Sembarang Penyihir

67 15 1
                                    

Garren bergidik ketika ia merasakan hembusan angin yang kuat dari arah selatan.

Dia menoleh ke belakang dan semakin bergidik karena yang ia lihat hanyalah kabut putih nan tebal.

Dia pun menghadap ke depan dan mendapati tubuh tinggi dan tegap milik Eric. Pemuda itu memimpin jalan dengan Mapson berada di depan mereka memberikan arah supaya mereka keluar dari Hutan Terlarang Wesrid.

Eric dan Garren sama-sama tidak berbicara setelah mereka pergi meninggalkan tiga pemuda yang tubuhnya langsung ditelan oleh kabut putih ketka mereka memutuskan untuk tetap jalan tanpa memikirkan bahwa selama ini mereka bersama dengan Hart Ardolph.

Iya, setelah Garren dan Eric mengetahui si pemuda tinggi yang selalu dipanggil Hart oleh Hugo itu merupakan Hart Ardolph, mereka lebih memilih mengikuti Mapson yang sudah jengkel menunggui Garren dan Eric yang tidak kunjung mengikutinya.

Setelah itu, mereka tidak ada membuka mulut mereka karena apa yang dialami oleh mereka hari ini sangat melelahkan.

Garren bahkan merindukan tempat tidur kurang empuk di kamar asramanya karena tubuhnya lelah serta rasa kantuk yang menyerang. Walaupun, Garren tidak boleh merasa lelah karena mereka masih berada di hutan berbahaya ini.

Garren hanya tidak mau ada serangan kedua dari orang yang lebih gila dari Zenedith.

Garren bergidik ketika mengingat bagaimana Reinhard menghabisi nyawa Zenedith.

"Sihir yang luar biasa" gumam Garren ketika mengingat bagaimana Reinhard begitu tenang menghadapi Zenedith.

Pemuda itu seperti terbiasa bertarung dengan orang-orang gila seperti Zenedith. Dia bahkan menguasai banyak elemen sihir sampai Garren bertanya-tanya sebanyak apa mana sihir milik Reinhard?

Terlebih, Reinhard dengan mudah mengeluarkan racun di dalam tubuh Garren dengan cara memasukkan air ke dalam luka Garren lalu menariknya keluar.

Yang lebih membuat Garren terkagum-kagum dengan Reinhard adalah naga.

"Bagaimana bisa naga itu dengan mudah ia kendalikan?" gumam Garren.

"Aku tidak menyangka ada penyihir sehebat itu di Wesrid."

Garren tertegun ketika mendengar Eric membuka mulutnya.

"Pedangnya terlihat hebat dan unik, cara dia menggunakan pedang juga lebih hebat dariku. Bagaimana bisa ada seseorang yang mungkin setara dengan kesatria hebat di Ancbourne? Sudah lama aku tidak melihat penyihir sehebat itu, dan juga dia memiliki naga" ucap Eric lagi membuat Garren memikirkan kalimat pemuda Langdon itu.

Garren tiba-tiba teringat dengan legenda kesatria dari Ancbourne, Kota Kuno yang Menghilang.

Seingat Garren, di kota tersebut terdapat tujuh kesatria hebat yang mengucapkan sumpah setia pada dewa yang memberkati kota tersebut.

Enam kesatria hebat itu dipimpin oleh satu kesatria yang sangat hebat dan memiliki seekor naga bernama Niger.

Mereka bertujuh sama-sama melindungi Ancbourne dari berbagai sisi. Setiap sudut kota dibangun pilar tinggi yang menembus langit sebagai bentuk penghormatan penduduk Ancbourne pada tujuh kesatria hebat itu.

"Tidak mungkin kan?" gumam Garren.

Dia tentu pernah mendengar tentang reinkarnasi tetapi ini terlalu cepat baginya untuk menyimpulkan.

Semakin lama, kabut yang menghalangi pandangan mereka pun menghilang, sebuah cahaya membuat Eric dan Garren sama-sama memejamkan mata walaupun kaki mereka terus melangkah mengikuti Mapson.

Kedua mata mereka terbuka ketika merasakan hembusan angin yang lembut serta suara Mapson yang nyaris sama dengan suara ringkikan kuda.

"Eric Langdon? Garren Lew?"

[FF NCT DREAM] HELMUTWhere stories live. Discover now