Bab 18: Menuju Hutan Terlarang

70 12 0
                                    

Suara langkah kaki terdengar sangat jelas ketika melewati lorong panjang dan luas di bangunan megah ini. Sebuah tempat di mana para penguasa di setiap wilayah di Maforburgh selalu berkumpul.

Bangunan tersebut hanya terdiri dari satu lantai namun bangunannya sangat luas dan memiliki banyak ruangan.

Pilar-pilar tinggi yang berwarna keemasan memenuhi lorong tersebut dan berjumlah dua belas. Disela-sela pilar terdapat beberapa makhluk yang menggunakan jubah hingga menutupi wajah mereka, masing-masing dari mereka memegang tombak besar nan tajam.

Pria itu tidak merasa takut tubuhnya dihunus oleh tombak besar dan panjang. Dia dengan santai melangkahkan kakinya menuju sebuah ruangan di mana kehadirannya begitu dinantikan oleh seseorang di dalam sana.

Tidak butuh waktu lama ia tiba di ruangan yang memiliki sebuah pintu kayu besar nan tinggi. Di dua sisi pintu tersebut, dijaga oleh makhluk yang tingginya sama dengan pintu, menggunakan baju zirah beserta tombak dan perisai berada di kedua tangan mereka.

Tanpa mengatakan apa pun, kedua penjaga itu membukakan pintu untuk pria tersebut dan membiarkannya masuk.

"Sebuah kehormatan bisa bertemu dengan anda dewa nan agung" ucap pria tersebut setelah ia masuk ke dalam ruangan dan mendapati seorang pria yang sangat tinggi (tetapi tidak setinggi dua penjaga tadi) duduk dengan nyaman di sebuah kursi besar berwarna emas dengan ukiran naga di setiap sisi kursi.

Pria tersebut terlihat gagah dengan pakaian berwarna serupa dengan warna kursi. Sebuah mahkota menghiasi rambut panjangnya yang berwarna hitam kecokelatan.

"Sejauh mana perkembangannya, Daran Beardsley?" tanya pria tinggi itu tanpa perlu repot-repot menanggapi pujian dari pria yang ia ajak bertemu di ruangan ini.

Pria yang bernama Daran Beardsley itu menatap sosok pria tinggi yang merupakan salah satu dari 12 dewa.

"Salah satu dari enam kesatria tersebut telah tiba di Elfon, tuanku. Kesatria yang lemah itu mendapatkan kekuatan dari dia. Seperti yang anda perkirakan ketika dia terlahir di Gredam" ucap Daran dengan masih menundukkan pandangannya.

Dewa itu tidak menanggapi informasi yang telah Daran berikan. Setiap hari, dia akan selalu mendapatkan perkembangan seseorang di Kota Elfon dari Daran.

Dia sengaja menugaskan pria yang merupakan penyihir kuat di Mafornburgh itu untuk selalu mengawasi perkembangan keturunan terakhir dari Keluarga Wilfredo.

"Bagaimana dengan Azura?" tanya sang dewa.

Daran menundukkan kepalanya semakin dalam, "Maafkan saya tuanku, sampai detik ini, saya tidak bisa mengetahui apakah Azura benar-benar dimusnahkan oleh Lucius atau tidak" ucapnya, merasa menyesal karena tidak bisa memberikan informasi yang sangat ingin diketahui oleh dewa itu.

Tidak ada yang bisa menebak apa yang sebenarnya dipikirkan oleh dewa yang merupakan salah satu dewa terkuat dari 12 dewa. Tatapan matanya hanya memandang lurus pilar yang ada di dalam ruangan tersebut dengan berbagai macam pikiran di dalam kepalanya.

"Tolong terus awasi, dia, Daran. Dan usahakan, dia berhasil mengumpulkan kesatria lainnya" ucap dewa tersebut membuat Daran menatap ke arahnya.

"Sudah cukup Lucius mempermainkan kita semua dan menguasai dunia ini dalam genggaman tangannya."

***

Garren tidak menyangka bahwa pada akhirnya dia ikut masuk ke dalam hutan bersama dengan Eric yang tidak henti menggerutu karena anak itu justru mengikutinya dari pada kembali ke asrama.

Padahal, Eric ingin berpetualang sendiri dan Garren malah mengacaukan imajinasinya dengan cara ikut masuk ke dalam hutan dan mengekorinya seperti anak itik.

[FF NCT DREAM] HELMUTWhere stories live. Discover now