Bagian 63

399 49 23
                                    

Lagi, sudah keberapa kali mereka berpindah tempat karena Ios tak mau diam, bercerita sampai tuntas. Jeonghan yang membutuhkan cerita itu mau tak mau terus mengikuti keinginan sang Dewa walau dengan langkah malas.

Tempat selanjutnya untuk Ios bercerita adalah di kamar yang letaknya ada di lantai paling atas. Kamarnya cukup luas dengan nuansa putih dan atap dari kaca yang membuat ruangannya terang saat siang dan bertabur bintang serta cahaya bulan malamnya. Yah, tergantung suasana hati Ios menginginkan waktu apa.

"Bagaimana menurutmu?" untuk yang pertama kali Ios menanyakan pendapatnya saat sampai.

Jeonghan melihahat sekeliling dahulu, "Ruangan yang nyaman, tak banyak barang dan penataannya bagus. Mirip seleraku."

"Hahh lihat kau memang anak Artha," Ios duduk di ranjang berukuran sedang yang diletakan ditengah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hahh lihat kau memang anak Artha," Ios duduk di ranjang berukuran sedang yang diletakan ditengah. "Ini adalah kamar milik Artha. Sebenarnya semua yang kau kunjungi adalah tempat dengan banyak kenanganku dan ibumu. Aku sengaja menjadikan tempat ini persis seperti istanaku dahulu agar tak terlalu merindukannya."

"Kau... masih mencintai ibuku?"

"Menurutmu?" hanya itu yang Ios katakan, setelahnya ia menyuruh Jeonghan duduk disebelah. Lagipula jawaban apa lagi yang dibutuhkannya dari lelaki yang rela mati sampai hidup sendiri dalam kenangan untuk seorang perempuan?

"Jeonghan ini adalah bagian terakhir dan yang paling penting, dengan tiap kalimat tanpa menyela."

Tak ada lagi Ios bermuka tengil dan bersikap menyebalkan. Ios yang sekarang sudah seperti layaknya seorang Dewa terhormat.

"Akan ada perang besar yang terjadi di dunia manusia, melibatkan penduduk langit dan penghuni bawah tanah." Jeonghan berusaha untuk tak mudah terkejut lagi. Tapi berita kali ini cukup menggetarkan badannya, jika ada variabel lain yang terlihat seberapa besar kerusakan yang terjadi pada dunia. Bajingan, kenapa para makhluk itu harus bertengkar di tengah?! Kalau bisa Jeonghan ingin mengumpat di depan mereka.

"Darimana kau tau hal yang belum terjadi?"

"Kau tak perlu tau," Ios tersenyum. "Tiga Dewi perajut benang takdir memberiku bocoran. Hanya sebatas itu yang bisa ku katakan."

"Apa lagi yang perlu ku tau?"

"Para saudaramu sedang pergi ke pohon suci untuk menyelamatkan dirimu. Dia adalah keberadaan spesial dan tak bisa diusik siapapun. Beberapa orang menyebutnya sang kehidupan karena umurnya sudah sangat tua, dia juga menyimpan seluruh memori yang ada. Tugasnya sebenarnya untuk menjaga keseimbangan dunia, tapi sekarang pohon itu sedang tertidur karena dunia makin tak stabil."

Ios mendekatkan wajah, menatap Jeonghan intens.

"Kau, bangunkan dia dan rayu agar ia membantumu. Kau dan yang lain masih banyak kekurangan untuk menghadapi pertempuran mendatang. Memori dari pohon suci akan banyak membantumu, tinggal bagaimana kau mengajaknya bekerja sama. Pohon tua itu penuh rasa ingin tahu dan akan mengejar sesuatu yang menarik baginya sampai akhir. Kau juga perlu melatih kekuatanmu disana, hanya pohon itu yang bisa membantumu saat lepas kendali. Tak banyak waktu tersisa jadi kalian harus berusaha keras sampai tulang kalian patah. Ini adalah bayaran akibat bersekutu dengan yang dikutuk dan kesalahan yang dibuat penduduk langit sebelumnya. Ceritanya saling berhubungan satu sama lain hingga menimbulkan bencana paling besar yang pernah ada. "

Righteousness Where stories live. Discover now