Bagian 42

293 43 4
                                    

Setelah menyelesaikan bagiannya Jisoo menyusul Donghae. Meninggalkan Seungkwan yang katanya akan mengantarkan Hansol ke tenda medis. Di perjalanan dapat ia lihat rekan-rekannya yang sudah tumbang kaku tergeletak ditanah. Mengingatkannya pada kenangan buruk beberapa tahun lalu. Rasa perih hinggap dihatinya membuat Jisoo menutup mata, jika larut dalam kesedihan maka akan lebih banyak saudaranya yang berpergi.

Dijalan ia bertemu bersamaan dengan Jihoon yang tengah berlari. "Jisoo hyung mereka tiba-tiba datang lalu memisahkan kita semua." adu Jihoon menghampiri Jisoo.

"Nanti saja, kita harus membantu Donghae hyung dulu." ujar Jisoo menenangkan.

Dua pasang mata yang sampai di sudut tenggara lembah Talase menatap tak percaya. Tempat indah yang mereka huni sekian tahun sudah benar-benar menjadi neraka. Tempat ini terasa panas dalam artian yang sebenarnya, api membakar rumput dan pepohonan disekitarnya. Ditengah kobaran api ini ada tujuh sosok orang didalamnya. Yang lain mungkin sudah berlari menghindar, atau jika tak beruntung jasad mereka sudah dilahap api panas disini.

 Yang lain mungkin sudah berlari menghindar, atau jika tak beruntung jasad mereka sudah dilahap api panas disini

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

"Ini gila! Sebesar apa pertarungan yang mereka lakukan sampai menciptakan neraka disini?!"

"Berhati-hati Jihoon. Begitu masuk kedalam lingkaran api ini, tak ada jaminan untuk nyawa kita."

Jisoo dan Jihoon saling menautkan tangan dan masuk menembus dinding api, mereka tak bisa mundur lagi. Yang aneh disana ada Mingyu yang sepertinya sedang bertengkar dengan Seokmin, lengan kekar Mingyu menahan Seokmin ditempat.

Namun itu tak penting, pemandangan paling mengerikan yang tak pernah terbayang oleh mereka adalah jasad Namjoon ditana serta Hoseok yang terlihat kritis. 

"HYUNG!!!" Jihoon sudah tak bisa menahannya. Tubuhnya secara naluri ingin membawa dirinya menemui sosok kedua hyung yang menemaninya dari awal Righteousness terbentuk.

"Jangan Jihoon."

Jisoo melarang Jihoon, sebuah protes hendak pria bertubuh kecil ini layangkan. Namun setelah melihat mata Jisoo dan genggaman tangan yang ia kuatkan Jihoon tau, bukan hanya ia merasa sakit dan sedih.

Dengan lengan baju sebelah kirinya Jihoon menyeka sisa air mata yang ada. Benar ini bukan waktunya jadi cengeng, ada musuh disini dan itu akan  menjadi boomerang untuknya. Bagaimanapun caranya nyawa di balas nyawa, ia akan pastikan para bedebah ini akan membayar lunas.

"Mari lakukan dengan baik seperti biasa hyung." dengan sorot mata yang berbeda dari sebelumnya Jihoon benar-benar menyiapkan dirinya.

Dalam hitungan detik Jisoo dan Jihoon sudah berada di sisi Donghae. Akhirnya mereka tau sumber api ini. Fox yang masih setia dengan topeng rubahnya sedang mengendalikan lava disekitarnya. Saking banyaknya kejutan yang datang hari ini, membuat Jisoo dan Jihoon tak memberikan komentar tentang kekuatan Fox. Yang mereka tau ada penerima berkah dari sang elemen selain Choi bersaudara.

Fox tersenyum miring menyambut kedatangan dua tamunya. "Wah bala bantuanmu datang, kalau begini aku juga harus mengajak Catty bergabung lagi kan."

Langkah kaki anggun dengan suara dari heels miliknya menempatkan Catty kembali ke sisi Fox. Namun sepertinya wanita ini sedang menunjukan ketidaksukaan pada Fox. Tentu saja Fox menyadarinya, namun apa yang dilakukan Catty bukan urusannya selagi tak mengganggu rencananya.

Righteousness Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz