Bagian 6

611 64 0
                                    

Malam ini Seungcheol sama sekali tak dapat mengistirahatkan tubuhnya. Ditekngoknya jam masih berada diangka satu lebih lima belas menit. Rupanya baru lewat lima menit dari terakhir kali ia menengok jam itu. Waktu berjalan sangat lambat dan harusnya ia tidur malam ini. Besok ia dan yang lain harus mengikuti pelatihan awal dari Hoseok hyung dan Namjoon hyung.

Tiap kali matanya dipaksa tuk tertutup, berbagai bayangan kilas balik beberapa peristiwa dialaminya belakangan terus terputar. Seungchol sangat merindukan ibunya disaat seperti ini. Biasanya sang ibu selalu peka saat anak sulungnya sedang memendam banyak pikiran. Ibunya akan menuntun Seungchol tidur dipangkuannya dan mengusap lambutnya. Dihadapan sang ibu, Seungchol dapat menjadi sosok anak kecil. Bukan lagi kakak tertua yang selalu bisa diandalkan para adiknya.

Tapi kini faktanya ia jauh dari sang ibu. Entah bagaimana keadaan ibunya dan apakah dia makan dengan teratur membuat kekhawatiran Seungchol bertambah. Jika bukan karena para sekelompok bajingan yang membawa pergi ibunya, pasti ia dan adik-adiknya sedang berkumpul dirumah menikmati kue hangat yang dibuat sang ibu tiap awal bulan. Sudah menjadi tradisi dikeluarganya untuk menyisihkan uang tiap bulan agar mereka bisa makan kue yang enak. Oh, kini Seungchol malah jadi rindu kue buatan ibunya.

Setelah menyerah tuk memejamkan matanya, Seungchol memutuskan berjalan-jalan sebentar ditaman depan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah menyerah tuk memejamkan matanya, Seungchol memutuskan berjalan-jalan sebentar ditaman depan. Taman yang cukup terawat dan tenang cocok untuk mengalihkan pikirannya. Ia memilih duduk dibangku depan air mancur, memejamkan matanya. Air yang menciprat kadang mengenai mukanya, tapi tak ia hiraukan. Mungkin sudah ada tiga puluh menit ia duduk berdiam disitu.

Sampai sebuah tepukan halus dipundaknya membuatnya membuka paksa matanya.

"Hai, em... apakah aku mengganggumu?"

Oh suara lembut ini Seungchol tak mungkin lupa siapa pemiliknya, Jeonghan.

"Tidak, aku hanya mencari udara segar" jawab Seungchol dengan menunjukan senyumannya.

"Boleh aku bergabung? Aku juga ingin mencari udara." Tanya Jeonghan

Seungchol menggesar badannya untuk memberi Jeonghan tempat.

"Kemari, aku senang karena ada teman."

Beberapa saat mereka duduk dalam diam. Seungchol sebenarnya ingin mengajak Jeonghan mengobrol. Tapi ia terlalu canggung untuk memulainya. Ditengoknya wajah Jeonghan dari samping. Oke... ini keputusan bodoh menurutnya. Jantungnya berdegup kencang melihat Jeonghan dari jarak yang cukup dekat. Bibir tipisnya berwarnya pink cerah, bola matanya cokelat terang, bulu matanya lentik... jika disuruh mendeskripsikan seluruh keindahan wajah disampingnya, mungkin ia baru selesai besok pagi.

"... cheol... Seungchol!" Jeonghan memanggil si pemilik nama berulang kali.

Sedari tadi Seungchol tak bersuara, saat Jeonghan menengok ia mendapati pria disampingnya sedang diam mematung memandanginya.

".. ahh.. ohh.. k-kenapa?" Seungchol tersadar dari lamunannya dengan gugup. Dia terus merutuki kebodohannya, bagaimana bisa ia tertangkap basah sedang memandangi Jeonghan.

Righteousness Where stories live. Discover now