Bagian 47

248 32 0
                                    

Tujuh tahun yang lalu...

Dua orang duduk di dalam sebuah rumah kecil dalam hutan pinggiran ibu kota Elysian. Hanya ada satu tikar dan sebuah meja serta kursi didalamnya. Sebenarnya lebih tepat disebut gubuk daripada rumah.

"Ugh aku lapar." keluh pria berbadan kurus dan hidung mancung dengan tangan meremas perut.

"Sudah kubilang kita harus kembali ketempat pengungsian." saut pria satunya.

Yang berhidung mancung melirik tajam ke temannya, memperlihatkan wajah seolah lelah dengan topik ini. "Berhenti membahasnya, jika kita kesana Taehyung bisa dipenjara!"

"Kita bisa menyembunyikannya. Apa kau tak kasihan melihat tubuhnya yang dalam masa pertumbuhan terus mengurus?"

 "HYUNG!"

Belum tuntas keduanya berdebat, suara anak lelaki terdengar dari balik pintu. Mengenakan baju yang sama seperti keduanya, anak itu berlari dengan sekantung roti dalam pelukannya. Dari dekat kau bisa melihat wajah rupawan dengan senyum indah dari anak itu, sayang sebuah tanda yang melingkar ditangan kirinya membuat orang-orang memandangnya sebelah mata.

"Namjoon hyung, Hoseok hyung, lihat apa yang kudapat!" ujar anak itu menyombongkan bawannya dengan mata berbinar.

"Kau dapat dari mana?" tanya Namjoon setengah membentak. Mereka itu miskin, jangankan mendapatkan sekantung roti hangat seperti ini. Membeli satu roti keras untuk dibagi bertiga saja susah.

Taehyung memalingkan wajah setelah mendapat pertanyaan dari hyungnya. Mereka pasti sudah bisa menebak kalau ini roti hasil curian. Tapi perutnya sangat lapar setelah tiga hari hanya memakan satu roti dingin dan keras yang dipotong menjadi tiga bagian.

"Jawab aku Tae!" bentak Namjoon karena tak kunjung mendapat jawaban dari sang adik.

Hoseok bergeser memeluk tubuh adiknya yang sudah gemetar. Dari saat mereka bangun dan tak mendapati sang adik, ia tau Taehyung  pergi untuk mencuri makanan lagi. Tapi ia juga tak bisa menyalahkannya, rasa lapar yang tak tertahan dan muak dengan bau tempat sampah yang mendorong adiknya.

"Sudah Namjoon, memarahinya juga bukan solusi."

Namjoon mengusap wajahnya kasar. Ia marah bukan karena kesal, justru karena khawatir. Jika Taehyung tertangkap ia bisa diserahkan ke prajurit patroli dan berakhir dibalik jeruji.

Taehyung memang bukan adik kandung dari Namjoon dan Hoseok. Mereka berdua tadinya adalah teman dekat dari sebuah panti dinegara miskin dan sengaja merantau kemari. Elysian adalah negara tersohor yang cerita kemakmurannya sudah tersebar ke berbagai penjuru.

Sampai disini satu setengah tahun yang lalu, mereka sempat tinggal lima bukan ditempat tinggal para pengungsi sembari bekerja sebagai tukang cuci piring disalah satu restoran. Sampai suatu malam saat pulang berbelanja keduanya menemukan anak lelaki terkapar dipinggir jalan dengan badan penuh luka. Namjoon menarik tangan Hoseok, menyuruhnya untuk tak menggubris keberadaan anak itu. Namun Hoseok bersikeras untuk mendekat.

Anak lelaki tampan dengan nasib mengenaskan. Saat tak sengaja mengangkat lengan baju anak itu Hoseok terkejut dengan tanda yang ia dapati. Anak ini adalah budak Oleander. Setelah berdebat cukup sengit keduanya sepakat untuk merawat sang anak.

Karena takut ketahuan keduanya memutuskan untuk menyewa rumah kecil dan keluar dari tempat pengungsian. Dengan uang tabungan yang tersisa Hoseok dan Namjoon bekerja mati-matian untuk membiayai kehidupan mereka. Saat dipengungsian makanan mereka sudah disediakan dan kini mereka harus mencariny sendiri. Dari hari ke hari keadaan mereka bertambah buruk.

Namun, walaupun kedatangan Taehyung merubah kondisi mereka, Hoseok dan Namjoon sangat menyayanginya. Seperti adik kandung mereka sendiri. Dan Taehyung selalu merasa berhutang pada kedua kakaknya.

Righteousness Where stories live. Discover now