Bagian 24

309 41 11
                                    

Kembali beberapa waktu kebelakang saat Dino menemukan Hansol bersama Seungkwan duduk di bangku taman.

Hansol langsung memisahkan diri begitu sampai. Sempat ingin dicegat oleh Soonyoung namum Seokmin memberi tanda agar membiarkan sang adik sendiri.

"Ada apa dengannya?" Tanya Soonyoung.

"Tadi saat kau pergi denga Jihoon hyung seorang lelaki dengan masker binatang menyerang kita. Jisoo hyung menghadapinya sendiri dan menugaskan aku serta Hansol untuk melindungi yang lain."

"Lalu?"

"Lelaki itu membawa beberapa pengawal pemakai sihir lalu menyerang kami. Ini pertama kalinya Hansol bertarung dan ia tak sengaja mengeluarkan kekuatannya. Hansol belum bisa mengontrolnya, beberapa gundukan tanah tiba-tiba muncul dari bawah melukai musuh dan hampir mengenai beberapa teman kita. Ia merasa sangat bersalah karenanya karena ia salah satu yang terkuat disana tapi merasa tak berguna." Jelas Seokmin.

Soonyoung terlihat agak geram mendengar penuturan Seokmin. "Hey itu tidak benar, wajar saja kan untuk pengalaman pertama terjadi kesalahan."

"Biarkan dia sendiri dulu hyung. Hansol pasti akan bicara pada kita jika ingin."

Disinilah Hansol sekarang, duduk sendiri dibangku taman. Memandang udara kosong, kepalanya penuh membuat kepalanya pusing. Duduk merenung disinipun tak bisa mengusir bising diotaknya.

"Boleh aku ikut duduk?"

Satu kalimat yang membuat otak penuhnya menjadi bersih. Suara yang sebenarnya tak cukup akrab, tapi sangat sopan masuk ke indra pendengarnya.

"A-ah iya duduk saja."

Lelaki manis itu mendudukan diri tepat disebelah Hansol. Karena Hansol duduk cukup tengah dan tak berniat bergeser kulit lengan mereka tak sengaja bersentuhan. Satu sentuhan kecil membuat hati Hansol berdebar tak karuan. Kenapa dengannya? Apa ia sakit? Baru pertama kalinya ia merasakan hal seperti ini.

"Kau sudah bekerja keras, kenapa tak masuk kedalam untuk beristirahat?" Tanya si manis.

"Oh aku... ingin menenangkan otaku sebentar. Rasanya berisik sekali didalam sana."

Si manis menyodorkan sebuah bungkusan penuh cemilan.

"Makan ini. Saat sedang lelah atau dalam suasana hati yang buruk aku selalu mencari makanan manis. Itu manjur untuk memperbaiki mood."

Hansol dengan ragu mengambil sebuah cookies coklat. Sebenarnya perutnya sudah lapar, namun tak digubrisnya.

"Terimakasih Seungkwan."

Yang disebut namanya hanya menjawab dengan senyum yang terlampau manis. Lebih manis dari madu yang diambil langsung di sarangnya.

Yang terjadi selanjutnya hanya dua insan yang menghabiskan sekantung penuh camilan tanpa berbicara. Memberi masing-masing ruang untuk menikmati waktunya sendiri. Tak ada satupun kalimat terlontar, namun keduanya tau keberadaan satu sama lain cukup untuk menjadi obat penenangnya.

"Kau hebat juga ya." Celetuk Hansol.

"Ha? Maksudmu?"

"Mungkin kau tak sadar. Dari awal masuk kesini perhatianku selalu tercuri olehmu. Kau yang seumuran denganku sangat mengagumkan saat mengatur anggota lain. Menjadi orang yang bertanggung jawab saat sang pemimpin tidak ada. Yah entah bagaimana lagi aku menjabarkannya. Tapi..." Hansol mengalihkan pandangnya, menatap dalam bola mata Seungkwan yang sudah berbinar. Dia menikmati arah percakapan ini, menggemaskan.

"... sebanyak apapun aku bicara hanya ada satu kalimat yang pantas. Kau sempurna Seungkwan."

"A-apa apan itu! Aku hanya melakukan tugasku, jangan berlebihan." Seungkwan membuang mukanya yang merona karna malu. Memukul lengan Hansol cukup kuat untuk menyamarkan rasa malunya.

Righteousness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang