Bagian 32

254 34 0
                                    

Wonwoo sudah berkeliling kota selama dua jam. Hal aneh pertama yang ia sadari adalah sedikitnya  jumlah bandit yang berkeliaran. Tak heran jika Jisoo belum bisa pulang sampai sekarang, ia pasti kesusahan mencari mangsa. Dan Donghae, pria yang terlihat dingin dan keras dari luar itu pasti diam-diam pergi mengawasi adiknya.

Sempat ia lewat hutan yang biasa menjadi tempat para bandit berkemah, namun nihil. Jumlah bandit yang didapatnya sangat sedikit. Mereka itu seperti lalat yang mengerubungi sampah, selagi Righteousness masih berdiri bajingan itu akan terus berdatangan. Jadi tak mungkin jumlah mereka berkurang dalam hitungan hari.

Mantel hitam panjang menutupi tubuh Wonwoo dari atas sampai bawah. Wajahnya mengenakan tudung tak terlihat, jadi ia bisa berjalan santai. Orang-orang tak akan ada yang peduli mereka terlalu sibuk mengikuti karnaval.

Orang-orang sinting, baru saja semalam ada ratusan nyawa melayang. Bisa-bisanya sekarang mereka bersenang-senang seolah tak terjadi apapun. Siapa yang mencetuskan tradisi bodoh ini?! pikirnya sepanjang jalan.

Beberapa kali ia juga berpapasan dengan keluarga yang baru mengantar jasad sanak saudara mereka ke kuil utama. Di kuil ada satu tempat khusus yang digunakan untuk menyimpan jasad mereka yang terkena kutukan. Katanya agar para mayat itu bisa mendapat berkah dari orang yang datang berdoa tiap harinya.

Wonwoo berbelok ke arah gang kosong. Memanjat sebuah bangunan, lalu melompat dari atap ke atap. "Terlalu tenang sampai membuatku takut." gumamnya lirih.

Benar saja, saat ia masih diam memandang seisi kota seekor gagak mendatanginya. Wonwoo mengangkat tangannya, membiarkan gagak itu mendarat dilengannya.

"Kau burung milik Minghao, dan sayangnya kemunculanmu bukan pertanda bagus teman. Antarkan aku ke pemilikmu." perintah Wonwoo membuat gagak itu mengepakkan sayapnya.

*****

Sedang asyik nya menikmati cupcake buatan Jun, Minghao merasa ada yang datang dari arah lembah Talase. Pria berbadan kecil ini berdiri, berjalan sampai pas diujung tebing. Memastikan kebenaran firasatnya.

"Ada apa Hao?" tanya Jun yan masih duduk.

Minghao diam sebentar, kedua bola matanya benar-benar fokus memandang ke hamparan lembah Talase, "Ada yang tak beres, rasanya lembah Talase sedikit ribut." 

Jun yang penasaran ikut berdiri, menjejerkan tubuhnya disamping Minghao.

Pena dan gulungan kertas dikeluarkan dari tas kecil yang disampirkan dipinggang Minghao. Ia menggambar seekor burung peregrine falcon. Burung kecil yang cepat, ia butuh memastikannya segera.

"Terbanglah secepat yang kau bisa, lihat apa yang ada didepan sana." perintah Minghao pada ciptaannya.

Di lembah Talase terdapat pintu masuk menuju Righteousness. Walaupun sudah dilindungi sihir milik Jeonghan dan Jisoo, tak berarti markas ini aman selamanya. Jika orang yang datang memiliki sihir tinggi akan berbahaya.

Burung milik Minghao kembali dengan cepat, menyampaikan kabar pada tuannya. Tapi entah berita apa yang dibawa makhluk ini sampai membuat muka Minghao membelalak kaget.

"Minghao ada apa didepan sana?!" tanya Jun penasaran. Dirinya juga tak tenang hanya diam melihat Minghao bertindak sendiri.

Namun tak ada jawaban yang diharap. Minghao kembali membuka gulungan kertasnya. Kini objek yang digambarnya bertambah banyak. Jun memperhatikan dari samping, tak ingin menganggu.

Puluham gagak hidup dari dalam lukisan dan berkoak berisik. Gagak-gagak itu berkerumun disekitar Minghao, menunggu perintah datang dari sang tuan. Jun yang sedikit takut melihat kerumunan burung hitam itu mundur beberapa langkah.

Righteousness Onde histórias criam vida. Descubra agora