Bagian 36

252 37 2
                                    

"Kenapa kau tak bersama wanita kucing itu Wolf? Apa dia akhirnya membuangmu?" Wonwoo sudah beberapa saat bertarung dengan Wolf tanpa jeda. Gesekan senjata dari keduanya terdengar nyaring ke berbagai penjuru.

Tubuh Wolf menegang, jika tak memakai topeng kau pasti dapat melihat urat diwajahnya yang muncul karena marah. "Tutup mulutmu!"

Tepat seperti dugaan Wonwoo, pria pendiam ini akan terpancing saat ia membahas Catty. Ia sendiri tak tau persis hubungan keduanya. Namun sejauh yang ia tau, Wolf sering terlihat pergi mendampingi Catty, walau lebih tepat disebut mengawal.

Pikir Wonwoo sekarang ia harus mencari titik lemah Wolf, bagaimanapun markas pasti membutuhkan bantuannya. Walaupun Wonwoo termasuk yang terkuat, Wolf menjadi anggota Aphopis yang perlu diwaspai setelah Fox dalam hal kekuatan. Pria yang cenderung diam itu dapat menaklukan banyak lawan dalam waktu singkat. Pergerakannya tak bisa terbaca.

Akibat pancingan dari Wonwoo, Wolf mulai menyerang secara agresif. Pola serangannya menjadi kacau, ini kesempatan untuk Wonwoo.

Sambil menahan serangan yang Wolf berikan Wonwoo terus-menerus memancing amarahnya. "Kenapa kau marah? Baru sadar kalau kau dimanfaatkan?" ejek Wonwoo.

Semakin marah, Wolf tak ada hentinya menyerang Wonwoo. Pedangnya beryun tak karuan, bahkan ia sampai lupa menggunakan gift nya.

"Hey Wolf bergabunglah denganku. Aku akan memberikan wanita yang bisa melayanimu, lebih dari Catty." tentu saja Wonwoo hany beromong kosong. Mana mungkin dia mau memberikan anggotanya pada bajingan tengik ini.

"Berhenti kubilang Wonwoo! Jangan sebut nonaku sembarangan dengan mulut kotormu!"

Wonwoo terkejut dengan perkataan Wolf barusan. Selain itu adalah kalimat terpanjang yang baru pernah ia dengar dari Wolf, sebutan nona yang ia sematkan pada Catty membuat rasa penasarannya muncul. Nona? Siapa idenditas asli Catty dan Wolf? Apa hubungan mereka?

apogeióste to fortío

Tubuh Wolf menjadi ringan, ia membuat gravitasi tubuhnya menghilang agar dapat melayang diudara. Berbagai macam benda, tumbuhan, bebatuan yang mudah diraih ia buat berterbangan lalu dilempar kearah Wonwooo. 

Meski cukup kewalahan Wonwoo berhasil menghau semuanya. Hanya beberap goresan yang didapatnya, cukup perih tapi bukan masalah besar. Ia tak membalasnya dan membiarkan Wolf menyerang semaunya. 

Sekitar dua puluh menit hal itu terus berlangsung, serangan Wolf mulai mengendur. Sekuat apapun dia bukanlah dewa, pasti Wolf memiliki batasan. Badannya turun ketanah, bersujud dengan tumpuan satu kakidengan nafas terengah.

"Sekarang giliranku." ucap Wonwoo santai.

Tanpa Wolf sadari tubuhnya tiba-tiba mati rasa tak bisa digerakan. Sekuat apapun ia mencoba tubuhnya tak mau mematuhi perintahnya.

"Percuma Wolf, kau jatuh dalam kendaliku sekarang." Wonwoo berjalan santai mendekatinya. Tangan kanannya memegang tali hitam panjang yang terhubung ke tubuhnya. Ah, ternyata ia sudah lengah dan jatuh ke perangkap Wonwoo.

"Tak perlu basa-basi, selesaikan dengan cepat." Wolf pasrah, apalagi ia sudah tak punya sisa tenaga untuk sihirnya.

Wonwoo tersenyum, menatap iba lelaki didepannya. Tentu saja dirinya akan melenyapkan nyawa pria ini, mana mungkin ia melewatkan membunuh orang yang selalu memburu organisaninya. Namun masih ada urusan yang membuat Wonwoo menunda niatnya.

Saat sudah berdiri tepat dihadapan Wolf, Wonwoo berjongkok menatap lekat wajah dibalik topeng serigala itu. Sudah dari lama ia penasaran bagaimana sosok manusia tak berperasaan yang gemar membunuh orang. Apakah sosoknya seperti monster buruk rupa atau hanya manusia sama seperti dirinya.

Righteousness Where stories live. Discover now