Bagian 46

281 39 2
                                    

Choi bersaudara berjalan sehari penuh, hari sudah mulai gelap namun mereka masih belum berhenti berjalan. Dino memimpin didepan dengan Mingyu disamping. Lima sisanya mengikuti dibelakang sambil mengambil jarak beberapa meter.

Setelah kabur dan pergi ketempat yang ia janjikan pada Mingyu suasana sudah tak enak disana. Mingyu duduk sendiri sambil menangis ditambah muka yang lebam. Dino rasa saudaranya sudah tau rencananya.

Begitu sampai Soonyoung, kakak yang selau bercanda dan menyayanginya melayangkan pukulan tanpa permisi. Dengan keadaan tak siap otomatis Dino terjatuh ketanah. Jika dulu mungkin ia masih unggul soal bertarung dibanding saudaranya, tapi setelah mendapat pelatihan di Righteousness level mereka sama.

"Sudah puas rencanamu berjalan lancar?" sarkas Soonyoung.

Dino memilih tak menjawab. Apapun yang ia katakan memang sudah jelas dirinya salah, apalagi yang perlu diluruskan. Tanganya digunakan menyek darah yang mengalir dari hidungnya. Rupanya sang kakak memakai banyak tenaga waktu memukulnya tadi.

Botol kaca berisi darah Jeonghan yang disimpan di tasnya ikut terlempar keluar. Saat Dino merangkak untuk mendapatkan botol itu kembali Seungcheol datanh dari balik pepohonan dan berdiri tepat didepan botol tersebut. Mata Dino memandang sang kakak yang bahkan tak melihat ke arahnya. 

Seungcheol diam memangdang botol berisi cairan merah dibawah kakinya. Perlahan ia angkat botol itu hati-hati dan memeluknya.

"Berikan padaku." ucap Dino.

Seungcheol yang tak mengira dengan kata yang keluar dari mulut sang adik sedikit kaget. Bukannya memberi penjelasan atau meminta maaf ia malah meminta botol ini? Botol yang diisi dari penderitaan orang yang ia sayang?

"Pegang ini." Seungcheol menyodorkan botol itu pada Seokmin.

Kakinya melangkah tegas kehadapan sang adik. Dari dulu ia yang paling memanjakan sang adik. Seungcheol yang megajarinya perlahan untuk keluar dari kehidupan kotornya. Ia pikir Dino sudah berubah, ia pikir hidupnya sebagai pembunuh keji sudah berakhir.

Setelah mencengkram kerah Dino paksa ia memberi pukulan membabi buta pada adik kecilnya. Ini salahnya karena lalai mengawasi. Yang lain awalnya hanya menonton tanpa bergeming. Tapi nampaknya Seungcheol memukul Dino dengan gelap mata, lelaki itu tak berhenti memberi tinju.

Jun dan Soonyoung memegang lengan yang paling tua, berusaha memisahkan merek. "Cukup hyung! Sadarlah, kau bisa membunuh adikmu!" teriak Soonyoung.

Namun Seungcheol masih juga melawan dan ingin menghampiri Dino kembali.

"Hyung sudah cukup, lihatlah Dino sudah hampir sekarat." ujar Jun ikut menengahi.

Dino terkapar ditanah menghada kelangit. Lebam memenuhi seluruh permukaan wajahnya, ditambah darah yang keluar dari pelipis, hidung dan mulutnya. Akhirnya Dino pun kembali mendapat luka dari seseorang yang dulu pernah berjanji akan melindunginya. Ia tertawa seperti orang gila. Langit hari ini memang begitu biru dan bersih, apa yang diatas sana tidak tau kalau orang-orang dibawahnya hidup dengan keras.

"Lucu sekali kalian menganggapku seperti penjahat. Padahal kalian semua tau misi awal kita datang kemari."

Yang lain tak menyangka dengan respon yang Dino  berikan, termasuk Mingyu yang bersukutu dengannya. Ia tak habis pikir, kenapa Dino malah memperkeruh suasana.

"Tapi bukan berarti kau bisa memilih jalan kotor ini!" jawab Hansol.

"Lalu apa yang akan kalian lakukan? Kalian tau waktu sudah berjalan terlalu lama. Mungkin hanya aku dan Mingyu hyung yang masih menyayangi Ibu." sarkas Dino. Ia sudah lelah, padahal ia yang harus menanggung semuanya demi menyelamatkan sang ibu. Namun para kakaknya bahkan tak mau mengerti posisi dirinya.

Sekarang ia merindukan Jeonghan, orang itu pasti mendengarkan dirinya dulu dan memberi solusi yang bisa mmbuatnya tenang. Bukan seperti orang-orang yang mengaku saudaranya tapi bahkan tak mau mendengar penjelasannya.

Mingyu mendekat, membantu Dino yang terluka untuk berdiri. "Kita harus pergi menjemput ibu, berikan botol itu padaku." ucap Dino menunjuk barang yang Seokmin pegang. Dengan bingung Seokmin berdiri melihat Seungcheol.

"Kami akan ikut denganmu, tapi botol itu harus ada ditanganku." putus Seungcheol.

"Terserahlah." Dino sudah tak peduli apa yang para hyungnya inginkan. Yang penting sekarang dirinya harus pergi ketempat Yesung. Setelah mengkode Mingyu ia berjalan pergi memulai perjalanannya.

Tengah malam mereka sampai dibangunan besar yang berada ditengah hutan. Bangunan ini terlihat lebih modern daripada markas Righteousness yang cenderung suram. Namun suasana keduanya berbanding terbalik, markas megah ini terasa menyesakan.

Fox dan Catty menyambut mereka diruang depan. Seokmin memberi tatapan penuh kebencian pada dua sosok didepannya. Masih teringat jelas bagaimana orang itu merenggut nyawa Hoseok dan Namjoon saat itu. Bukan hanya dirinya, Seungcheol, Jun, Soonyoung dan Hansol pun memberikan reaksi yang tak berbeda dengannya.

"Selamat datang dimarkas kami, kalian nampak lelah sudah menempuh perjalanan panjang." sambut Fox dengan senyuman, sikapnya berbeda dengan saat dimedan perang.

"Lucu sekali mendapat sambutan oleh orang yang pernah berusaha membunuh kami." sindir Soonyoung.

Catty yang dibelakang cukup tertarik dengan keberanian yang mereka tunjukan. "Anjing liar seharusnya tak menggonggong ditempat orang yang menampung."

"Berhenti Catty, aku minta maaf untuk itu. Sekarang kalian bisa beristirahat ditempat yang sudah kami sediakan, Catty akan memandu jalannya." ucap Fox.

"Tapi sepertinya aku ada urusan dengan pria muda disana ya." sambung Fox melirik ke arah Dino.

Dengan tangan tersodor Dino meminta barang miliknya yang dipegang oleh Seungcheol. Tapi pria itu nampak tak mau memberikan botol ditasnya.

Membaca kondisi Fox berdeham kembali. "Makin cepat urusan kita selesai, makin cepat pula kalian bertemu dengan orang tua itu."

Ketujuh orang disana akhirnya mendengar ucapan Fox sekarang. Ibu mereka ada disini. Akhirnya setelah sekian lama mereka bisa berjumpa sang ibu kembali. Dengan berat hati Seungcheol mengulurkan botol dari tangannya. Dino segera meraihnya, namun saat ditarik Seungcheol masih belum melepas genggamannya. Karena sudah tak sadar Dino menariknya paksa dari Seungcheol.

"Ikuti aku." ajak Catty. Enam orang kecuali Dino mengekor Catty dari belakang.

"Duduklah." Fox mempersilahkan Dino duduk dikursi yang telah disediakan. Tanpa berlama-lama Dino menyerahkan barang pesanan Yesung. Ia ingin segera bertemu sang ibu. Fox menerima botol itu, membuka isinya memastikan jika Dino tak menipunya. Jari telunjuknya masuk kedalam botol, dicelupkan sedikit kedalam cairan merah kental didalamnya. Darah yang menempel diujung jarinya dijilat, dan benar kata Yesung kekuatan Jeonghan tak main-main. hanya menjilatnya sedikit tubuhnya sudah pulih dan bugar.

"Dimana ibuku?"

Fox melihat Dino, lihatlah anak kecil ini tak sabaran. "Kalian bisa bertemu nanti saat makan malam, sekarang istirahatlah."

Tak memiliki tenaga untuk marah Dino bangun dan hendak pergi menyusul saudaranya yang lain. Tapi matanya menangkan hal tak asing ditangan kiri Fox. 

"Kau orang Oleander?" 

Fox melihat tangan kirinya, rupanya bajunya terangkat sedikit dan memperlihatkan tanda budak ditangannya. 

"Sama seperti kalian." jawab Fox memperbaiki posisi bajunya.

Dino kembali duduk ketempatnya. "Apakah kau orang yang pernah Hoseok hyung sebutkan."

"Ah mereka masih ingat denganku, sedikit mengharukan." 

"Kau mengkhianati mereka?" entah apa yang mempengaruhi Dino sampai ia berani mengajukan banyak pertanyaan pada pria rubah ini.

"Ingin dengar sesuatu yang menarik?"

Dino menganggukan kepalanya mantap mendengar tawaran Fox. Ia tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya tentang hubungan seorang ketua Aphopis dengan Righteousness sebagai musuhnya.

"Ini bukan kisah yang indah dan akan sedikit panjang, jadi dengarkan baik-baik."



BERSAMBUNG.....

Righteousness Where stories live. Discover now