Bagian 51

300 40 5
                                    

Memakai pakaian ternyaman masing-masing yang leluasa digunakan untuk bertarung dan dibawa berjalan jauh, satu-persatu dari empat saudara Righteousness berkumpul di aula depan. Tak ada yang membuka obrolan, mereka sibuk menyiapkan perbekalan dan senjata yang akan dibawa.

"Wonwoo hyung, kau juga harus membawa banyak makanan bukan hanya persenjataan." tangan Seungkwan di bungsu berpindah kesana kemari merapikan tasnya dan milik Wonwoo. Lelaki berkacamata itu sendiri dipaksa duduk oleh saudaranya karena kantung matanya sudah beranak. 

Hebatnya sampai detik ini tekad kuat Wonwoo membuatnya belum pernah ketiduran atau hilang kesadaraan sesaat. Sesekali ia juga masuk dalam blackhole nya untuk mengecek jasad Jeonghan dan sekedar melepas rindu. Terimakasih pula untuk para saudaranya yang bergantian menemani waktu luangnya.

"Aku membawa banyak makanan darurat yang tak mudah basi, jika persediaan kalian habis segera katakan padaku." tas Minghao berisi lebih banyak makanan, ia terbiasa memakai senjata kecil dan lebih banyak memakai kuasnya ketika bertarung. Jika ada ruang kosong kan ia maksimalkan untuk membawa makanan kaleng lain, ia akan memastikan saudaranya tak kekurangan makan.

"Apakah kita berkumpul terlalu pagi? Donghae dan Jisoo hyung tak juga kunjung datang." ucap Wonwoo.

"Bisa saja, aku yang terakhir sampai saja datang jam tiga. Bagaimana dengan kalian bertiga yang sampai lebih dulu." jawab Jihoon.

"Ah aku tak bisa tidur semalam jadi memilih menyiapkan barang dan tak sadar kalau masih sepagi itu." 

"Kau sama denganku Minghao hyung, aku dan Wonwoo hyung karena memang tak bisa tidur kami memilih menunggu kalian lebih awal.

"Ngomong-ngomong bagaimana kondisi Jeonghan hyung Wonwoo?"  ketiganya menengok kearah Wonwoo penasaran. Saking banyaknya yang harus diurus mereka sampai lupa menanyakan keadaan orang yang paling penting.

Wonwoo tersenyum tipis, "Tubuhnya masih sama seperti sebelumnya membeku dalam ruang miliku. Namun melihat hyung ini terus tertidur dengan tubuh dingin sangat menakutkan setiap aku mengunjunginya."

Seungkwan dengan cepat menarik Wonwoo dalam pelukannya, "Jangan khawatir, sebentar lagi kita akan mengembalikannya seperti semula."

"Benar, kita pasti akan berhasil." disusul Minghao memeluk sisi satunya.

Keadaan markas yang sepi membuat indra pendengar meneka menajam, suara kecilpun dapat tertangkap jelas ditelinga keempatnya. Dan kini ada orang yang berjalan menuju ke arah mereka.

"Jisoo hyung, kenapa kau memakai setelan jas?" tanya Jihoon pada salah satu dari dua sosok yang muncul dari balik lorong gelap.

Jisoo berjalan beriringan bersama Donghae. Pria bermata rusa itu bahkan hanya membawa sebuah kantong kecil yang disampirkan pada punggungnya. Semua menunggu jawaban Jisoo dari penampilan tak wajarnya. Lihatnya bahkan ia memakai sepatu pantofel. 

"Lokasi tujuan Jisoo berbeda dengan kalian." Donghae yang disamping mewakili.

Wonwoo yang sudah nyaman dalam duduknya pun sampai berdiri menuntut penjelasan lebih jauh, "Apa maksudnya ini?"

"Maaf tak bisa ikut, aku harus pergi ke markas Aphopis. Dibutuhkan paling tidak seorang yang harus memastikan gerak-gerik mereka. Jika memungkinkan aku akan menghalangi proses pembuatan permata berbahaya itu."

"Apa kau datang terlambar karena sudah membicarakan ini dengan Donghae hyung?" dengan wajah kecewa, Minghao bertanya.

"Aku akan ikut denganmu. Katamu pergi sendiri?! Jangan gila! Aku sudah tau bagaimana berbahayanya tempat itu," tangan putih Jihoon mengepal sampai berubah kemerahan. "Hyung tak lupa kalau memiliki seorang wakil kan?"

Righteousness Where stories live. Discover now