Bagian 38

261 35 4
                                    

"Soonyoung incar tubuh sebelah kirinya, dia memiliki bekas luka disana."

"Mengerti."

Soonyoung berseluncur ditanah dengan es nya. Dari awal lelaki sipit ini sudah memutuskan menggunakan auranya yang membuat Taeyang cukup terkejut diawal. Namun pria itu juga senang karena disisi lain artinya Righteousness terus bertambah kuat. Mungkin mereka bisa mengembalikan kesucian seperti sedia kala.

"Hey kau."

Walaupun Soonyoung sudah menggunakan auranya Taeyang masih bisa mengimbangi serangannya. Taeyang dikenal sebagai pahlawan penjaga Elysian. Dia dikenal karena kesetiannya pada kerajaan dan selalu berhasil menumpas seluruh pemberontakan. Hanya Righteousness saja satu-satunya organisasi yang tak bisa ia bersihkan.

Bukan tanpa alasan, pria bertubuh kekar ini memiliki kemampuan bertarung yang terbaik di negeri ini. Mungkin hampir setara dengan Donghae, yang jelas ia bukan lawan yang mudah.

Bukannya menghindari Soonyoung yang sewaktu-waktu dapat merubahnya menjadi es, Taeyang justru terus bertarung dengan jarak dekat. Pikirnya tak ada lagi waktunya untuk bicara selain saat ini.

"Kau dianugerahi kekuatan yang besar tapi tak bisa menggunakannya dengan baik."

"Berisik!" geram Soonyoung. Es mulai menjalar dari dua belatinya. Namun tiap es itu hampir menjangkau Taeyang, pria itu langsung melompat mundur. Gerakannya selalu mudah terbaca.

"Jika seperti itu terus kau takan bisa melindungi Jihoon atau siapapun."

Soonyoung jangan termakan omongannya, dia sengaja membuatmu marah.

Jihoon mengirim pesan lewat gelembung suara, walaupun berada cukup jauh Jihoon terus memantau mereka dengan kekuatannya.

"Terimakasih Jihoon, aku akan lebih berhati-hati." sahut Soonyoung.

"Jangan salah paham aku berkata jujur agar kau dapat memperbaiki lubang yang cacat. Perhatikan, aku akan memberikanmu pelajaran singkat."

Soonyoung tertegun, omong kosong apa lagi yang pria ini coba bicarakan? Apakah dia sengaja mempermainkan dirinya?

"Aku serius, kau harus bertambah kuat jika ingin melindungi orang lain. Mungkin ini terdengar aneh tapi aku ingin menebus dosaku lewat dirimu. Jadilah kuat dan bantu mereka nak. Lakukan hal yang selama ini tak pernah bisa kulakukan, kemudian bunuhlah aku." kedua mata Taeyang mengatakan kebenaran, ia bersungguh-sungguh.

"Kau orang yang kuat, jika kau tau pihak mana yang benar dan salah kenapa kau tidak berpindah ke sisi Righteousness saja?!"

Taeyang tersenyum miris, iya dia memang bisa namun ego tingginya selalu menghalangi. Sumpah yang ia ucapkan dikuil suci dan disaksikan ratusan orang untuk selalu melindungi Elysian sekaligus mengabdi pada keluarga kerajaan tak bisa ia ingkari. "Aku... tidak bisa, maaf jika perkataanmu menjadi beban yang berat bagimu. Tapi percayalah itu setimpal dengan apa yang aku beri."

Soonyoung sadarlah! Ia mungkin hanya berbohong dan menjebakmu!

Lagi Jihoon mengirimkan pesan yang kali ini terabaikan. Soonyoung tau Taeyang berkata jujur, wajah pria yang sudah cukup berumur itu terlihat putus asa. Dan disisi lain apa yang dikatakan tentang dirinya benar. Jika kekuatannya hanya sebatas ini untuk melindungi dirinya saja akan susah. Ia perlu jauh, jauh dan jauh lebih kuat, bagaimanapun caranya.

TIDAK, Soonyoung!

"Jihoon, aku tau kau mendengarku. Maaf jika aku tak mendengarkanmu. Tapi... kali ini tolong percaya padaku,"

Es yang tercipta dari kekuatannya perlahan meleleh. Soonyoung mengangkat tangan kanannya yang telah kosong kedepan,menghadap Taeyang dengan telapak tangan menengadah keatas.

"tolong, ajari aku menjadi kuat." sambungnya.

Taeyang tersenyum puas dengan jawaban pria muda itu. "Baiklah tetap serang aku dan jangan berhenti. Kita akan berlatih sambil bertarung, jika kau lengah sedikit saja konsekuensinya adalah kematian. Aku tidak akan main-main."

Maka berawal dari situ pelatihan singkat dari Taeyang untuk Soonyoung dimulai. Jihoon yang mendengar suara benturan keras akibat serangan keduanya berlari mendekat. Tapi apa yang ditemukannya adalah dinding es yang diciptakan Soonyoung agar tak ada yang bisa mengganggunya. Rupanya Soonyoung juga bersungguh-sunguh dengan permintaannya.

Dua tangan putih Jihoon terus memukul tembok es sampai telapak tangannya memerah. Ia muli berteriak histeris memikirkan nasib Soonyoung. Menghadapi Taeyang seorang diri sama dengan bunuh diri.

"Soonyoung kumohon! Biarkan aku masuk juga, kau tak bisa melawanny sendiri!" suara Jihoon memang sampai kedalam, namun Soonyoung sengaja menulikan telinganya.

Sudah berpuluh kali tubuhnya terlempar ketanah oleh Taeyang, rasanya menyakitkan. Dengan tekad yang dimilikinya sejak awal Soonyoung terus memaksakan badannya berdiri.

"Bukan seperti itu! Berpikir dulu saat memakai senjatamu, perhatikan semua gerakan musuhmu." Taeyang menepati janjinya. Sang komandan terus memandu Soonyoung. Karena ini kelas singkat Taeyang benar-benar menempa Soonyoung dengan keras sampai berulang kali terdengar suara tulang patah dari tubuhnya.

Dari luar Jihoon tak bisa hanya berdiam diri. Ia menghabisi prajurit Elysian diluar tembok, sembari menunggu tembok es Soonyoung terbuka. Sebenarnya ia bisa saja membuka paksa tembok itu dengan meledakannya. Tapi Jihoon juga bisa melukai Soonyoung yang didalam.

"Kumohon tetap hidup dan segera buka tembok ini." 

Mungkin langit sedang mendengarnya tembok es Soonyoung runtuh, secepat mungkin Jihoon masuk kedalamnya. Soonyoung terkapar kritis dengan keadaan mengenaskan, sedang didepan Taeyang duduk bersandar dipohon. Ditubuhnya terdapat dua pisau Soonyoung yang menancap, satu dibahu kiri dan satu lagi diperut sebelah kiri, pria itu dalam keadaan kritis juga.

Melihat kedatangan Jihoon, Taeyang mendongaka kepala. "Lihat Jihoon, lelaki itu memiliki ambisi yang sangat besar. Jika berlatih sedikit lagi, ia akan menjadi pria yang sangat kuat."

Jihoon melihat Soonyoung dari samping. Walaupun tubuhnya hancur dan hampir mati, Soonyoung dapat membuat jenderal nomor satu milik Elysian sampai terpojok. Entah akan sampai mana dirinya akan berkembang.

"Kau mengajarinya cukup baik, terimakasih sudah menepati janjimu. Apa bisa kita akhiri semua sekarang?"

Dengan luka yang masih basah Taeyang menumpukan kaki kanannya untuk berdiri. Jika memaksakan pada batasnya, mungkin ia masih bisa bertahan sepuluh menit.

"Kau tau aku selalu berjuang sampai akhir dimedan tempur, Jihoon."

Sebenarnya Jihoon tak terbiasa menggunakan kekuatannya untuk bertarung, walaupun tidak lemah tapi ia lebih terbiasa memakai kekuatannya untuk memata-matai atau membantu yang lain dari jarak jauh. Maka bukan hanya Soonyoung yang mendapat pelajaran, Jihoon juga berusaha keluar dari zona nyamannya.

Tanpa lelah Jihoon menggunakan beberapa manteranya sekaligus. Karenya Taeyang mempertaruhkan nyawanya untuk pertarungan terakhir ini, Jihoon juga melakukan semua yang ia bisa. Keduanya bertarung habis-habisan.

Menit kemsembilan, Jihoon masih bisa berdiri walaupun darah mengalir dari pelipisnya dan tenggorokannya sangat perih mungkin terluka karena terus memakai suaranya. Teyang juga sudah pada batasnya, kepalanya sangat berat bahkan tangannya sudah tak bisa memegang senjata.

"Jihoon selesaikan sekarang, aku sudah pada batasku." pinta Taeyang.

Sesuai permintaan Taeyang, Jihoon membuat gelembung besar dengan berbagai not balok didalamnya. Tubuh besar Taeyang mulai termakan gelembung itu dan terangkat keudara. Saat Jihoon ingin mengakhirinya sekilas bayangan masa lalu terlintas dikepalanya. Saat ia dan yang lain bermain dengan Taeyang saat sedang berkunjung kekediaman para peneliti.

"Maaf hyung, sampaikan salamku pada ibu dan ayah diatas sana." setetes air turun melewati pipi Jihoon yang memerah.

"Aku yang harusnya berterimakasih, terimakasih sudah membebaskanku dari belenggu kesengsaraan ini. Akan kusampaikan salammu pada mereka, jika aku tak langsung dilempar ke neraka." Taeyang tersenyum kemudian menutup menutup kedua matanya. Not balok didalam gelembung bersinar, membuat ledakan besar didalam. Taeyang mati memegang sumpah yang menghancurkan dirinya sendiri. 




BERSAMBUNG....

Righteousness Where stories live. Discover now