Bagian 61

326 44 7
                                    

Keadaan Righteousness sangat tenang, semua anggota kembali menjalankan aktivitas seperti biasa. Tapi tentunya bukan ketenangan yang menggembirakan, lebih seperti sepi yang menyesakkan. 

Dulu, walaupun ditengah kesulitan suasana Righteousness tetap hangat, mirip padang bunga musim semi. Sekarang anggotanya hanya melakukan kegiatan sehari-hari tanpa perasaan. Entahlah, mereka juga bingung. Rasanya hanya... kosong.

Braakkk...

Seekor burung menabrak jendela kamar dan membuat seorang penghuninya kaget. Pria berumur tiga puluh lima tahun keatas keluar menuju balkon dengan penampilan kumal. Wajah tampan yang masih terlihat muda itu tertutup wajah berminyak dan rambut kusut.

"Apa itu?!"

Donghae celingukan, mencari sumber yang membuat kaca jendelanya retak. Seekor burung kecil terkapar dengan gulungan kertas kecil terikat di kaki. "Burung? Bagaimana caramu datang ke tempat ini?" Donghae memandang burung tak beruntung itu, mata nya putih, sepertinya ia tau siapa sang pengirim."

"Jisoo?!"

Rupanya burung dengan kendali ilusi Jisoo, yang pasti makhluk kecil ini sudah dipastikan tak mampu bertahan lagi. "Terimakasih teman kecil sudah membawakan pesan adiku, sekarang tidurlah dengan tenang." Donghae meletakan burung itu di perapian kamarnya, membiarkan jiwanya naik ke atas bersama angin.

Gulungan kertas itu sudah lusuh, maka Donghae membukanya perlahan.

[Larilah, komplotan iblis akan datang kembali]

Catatan kecil yang tadi dipegang hati-hati seperti cangkang telur sudah diremat kuat dan berakhir menjadi abu juga diperapian. Donghae kembali menghempaskan tubuhnya ke singgasana, kursi yang digunakannya bertahun-tahun untuk bekerja.

Kepalanya kembali berputar, akhir-akhir ini napsu makannya turun. Jika ada Seungkwan, bocah itu pasti sudah mengomel melihatnya tak mengurus diri dengan baik. Kembali ia teringat akan adik-adiknya, apa mereka baik? apa perjalanan itu berjalan mulus? apa ada stok makanan yang dibawa cukup? banyak sekali kekhawatiran.

Langit kamar gelap dipandanginya lagi. "Kalian pasti akan kecewa kan jika menitipkan rumah pada orang payah sepertiku." racau Donghae.

Tak ada waktu bermain dengan pikiran buruk, ini tidak seperti Donghae sang pemimpin RIghteousness yang disegani banyak orang. Dan setelah mencuci wajah kemudian merapikan rambut sedikit, Donghae mencomot mantel hitam panjangnya untuk mengumpulkan seluruh anggota di aula.

Righteousness tak boleh mati, ia harus tetap berdiri kokoh sebagai tempat pulang. Ini adalah kebanggaan terakhirnya.

*****

Mata Mingyu terasa berat saat akan dibuka. Kepala tak bisa mengingat apa yang baru saja terjadi. Yang dia tau hanya ia dan Soonyoung yang melompat bersamaan ke laut untuk membawa tubuh dua orang pria yang di dalam air. Lalu setelahnya ia naik ke kapal bersama Wonwoo, melarikan diri dari naga raksasa yang menggila. Dan setelah itu, tunggu... WONWOO! Dimana lelaki berkacamata itu?

Badannya yang tak siap dengan pergerakan tiba-tibanya terjatuh beberapa kali ke tanah. DIlihatnya semua orang dalam kapal ada disini, masih pingsan ataupun tertidur.

"Tidurlah dulu, kenapa langsung berlarian seperti orang gila." sebuah suara dingin yang diingatnya.

Ternyata Wonwoo sedang duduk sambil bersandar di bawah pohon. "Kau dari tadi disana?"

"Iya, sejak kita masuk ke pulau ini dan kalian mulai tidur. Hanya aku satu-satunya yang terjaga."

"Bagaiana kau bisa sadar sendiri?"

Righteousness Where stories live. Discover now