Bagian 59

217 27 0
                                    

Jisoo berlari secepat yang ia bisa, kulit yang terseset ranting hingga berdarah membuatnya meringis karena perih. Sedang Seungcheol yang bajunya basah oleh banjir keringat sudah bergantian posisi dengan Mingyu untuk membawa sang ibu. Sebenarnya Minki sudah meminta untuk berlari dengan kakinya sendiri, tapi tentunya anak-anaknya tak membiarkannya. Dibelakang ada Dino yang menemani Seokmin menumbuhkan berbagai jenis tumbuhan besar dan berduri untuk melindungi pelarian mereka.

Selang tiga puluh menit dari agenda kabur, sirine markas berbunyi sangat kencang dan masih bisa tertangkap pendengaran Jisoo dan lainnya. Sialnya entah bagaimana mereka lebih cepat ketahuan dari rencana. Pasti ini ulah Fox atau Yesung, Jisoo terlalu meremehkan rupanya.

"Jisoo hyung! Kapan kita akan keluar dari hutan?!" seru Dino dari baris belakang, pasalnya Seokmin terlihat seperti akan jatuh pingsan karena berlari sambil menggunakan kekuatannya berkilo-kilo meter.

"Dua puluh menit lagi dengan kecepatan seperti ini. Sayangnya aku memang harus membawa kalian lewat jalur liar yang tak pernah terpakai agar jejak kita tak mudah dilacak."

"Apa kau bisa mempercepat langkah kita?" tanya Jun.

Jisoo menengok kebelakang, memastikan keadaan barisan yang dipimpinnya. "Kalian yakin?" tanyanya memastikan, bisa Jisoo lihat wajah lelah mereka terutama Mingyu dan Seokmin.

"Mingyu oper Ibu padaku dan Jun, kau gendong Seokmin." tanpa aba-aba Soonyoung menarik tubuh Minki dari punggung sang adik. "Yakin, percepat saja tanpa menengok kebelakang Hyung kami akan berusaha menyesuaikan diri."

Jisoo mengangguk paham dan benar-benar mempercepat kakinya seperti laju biasa yang ia kenakan bersama Jihoon saat pulang pergi ketempat ini.

"Soonyoung, tak apa kalau kau menurunkan ibu. Jika terus begini aku akan memperlambat kalian." bisik Minki disamping telinga Soonyoung.

Sejenak Soonyoung menoleh dan tersenyum, "Kenapa ibu mengatakan hal menyakitkan seperti itu? Semua yang kami perjuangkan hingga sekarang adalah demi keselamatanmu. Ibu adalah satu-satunya harta berharga yang kita miliki. Jadi jangan pernah berkata ibu adalah beban, karena keluarga ini tercipta berkat uluran tangan hangat ibu."

Minki membenamkan kepalanya di ceruk leher Soonyoung, menahan tangis agar terdengar oleh anaknya yang lain. Disyukurinya kembali keputusannya dahulu untuk mengadopsi anak. Anak kecil, polos dengan tampilan kumuh yang tak diinginkan siapapun tumbuh besar dengan membanggakan. Sungguh malang orang-orang yang sudah membuang mereka.

Tak menyadari dibelakang Catty memimpin pengejaran bersama lima puluh prajurit atas perintah Fox. Pria rubah itu sungguh murka setelah menyadari pengkhiatan yang dilakukan tangan kanan dan tamu kesayangannya.

*****

Seungkwan sedang bekerja keras dengan kelima clone nya. Kapal yang Jihoon maksudnya tak kunjung ditemukan setelah beberapa jam berkeliling. Tak bisa lagi menyia-nyiakan waktu yang terus berputar Seungkwan menawarkan dirinya membuat kapal, tentunya dengan bantuan Minghao yang memiliki tangan emas dengan semua yang dibuatnya.

"Hyung, perlu kayu lagi?" tanya salah Seungkwan entah yang asli atau clone.

"Tidak, ini sudah cukup. Hanya perlu menyelesaikan beberapa bagian dan membuat dayung maka kita siap berlayar."

"Aku akan membuat dayungnya, Hyung fokus saja menyelesaikan kapal."

"Baiklah terimakasih Kwannie, apa menurutmu ini sudah bagus? Kurasa ini hanya pas dinaiki berempat." Minghao menghela nafas kasar dan menyeka keringat yang menetes dari dahinya.

Righteousness Donde viven las historias. Descúbrelo ahora