dua puluh dua

179 40 15
                                    

Cerita berikut hanya fiksi jika ada typo, kesalahan nama karakter dan penulisan yang kurang rapi harap dimaklumi.

Happy reading!

Lacuna

Bermain peran.


Semenjak malam itu Pete merasa direndahkan. Malam yang dia pikirkan akan membuat hubungan keduanya menjadi lebih dekat hanya bisa menjadi angan belaka, bahkan Vegas sama sekali tidak merasa pernah menyentuhnya. Sikap Vegas bahkan lebih kejam dari hari biasanya membuat semakin berdarah dari dalam.

Akhir-akhir ini suasana hati Pete begitu berantakan, hal-hal kecil bisa membuatnya begitu marah sebaliknya hal-hal kecil lainnya bisa membuatnya begitu bahagia.

Seperti saat ini, Pete merasakan kebencian menyeruak masuk ke hatinya melihat Luna yang duduk makan dengan tenang, sendiri tanpa Vegas di sana. Dengan langkah kaki yang cepat Pete menghampiri wanita itu.

"Siapa yang mengizinkan pelacur sepertimu untuk berada di sini?"

Teriakan itu membuat beberapa pelayan mencuri dengar pertengkaran tuan mereka.

"Aku tidak butuh izin dari siapa pun." Luna dengan acuh melanjutkan makannya, membiarkan Pete semakin meledak di sampingnya.

"Sialan!" Piring beserta isinya berhamburan di lantai barulah Luna berdiri dan menatap Pete.

"Jangan mengangguku," katanya, dengan nada yang tenang berbanding terbalik dengan Pete yang sudah mendidih di depannya.

"Menganggumu? Sialan! Kau yang penganggu di rumah ini! Pelacur sepertimu tidak pantas ada di mana pun!"

Pelayan pelayan mulai asik berbisik-bisik.

"Bodoh. Jangan mengangguku Pete, kau tau jika kau tidak akan pernah bisa menang melawanku?" Ucapan Luna begitu merendahkan meski wajahnya sedang tersenyum cantik.

"Kau dengan bangga memamerkan dirimu yang seperti jalang?"

"Kau berkata seperti itu seolah bukan kau yang merebut Vegas dariku. Aku hanya mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku."

"Vegas milikku! Vegas suamiku!"

"Untuk sekarang berbahagialah dengan kebahagian semu milikmu itu. Karena semesta pun tau hati dan tubuhnya Vegas adalah milikku."

Pete dengan marah mendorong Luna sampai wanita itu terjatuh di lantai pada saat yang sama Vegas datang dengan cepat menghampiri.

"Sudah aku katakan kau tidak akan pernah bisa menang melawanku." Luna tersenyum miring berbisik pada Pete. Lalu mulai bersandiwara dengan wajah sedih mengeluh pada Vegas.

"Pete!"

"Kenapa? Kau marah? Kau marah aku memukul jalang ini?"

"Jaga ucapanmu!"

"Untuk apa aku menjaga ucapanku! Semuanya adalah kebenaran! Berhenti membela pelacur sepertinya! Kau hanya akan merendahkan dirimu sendiri."

Suara tamparan menggema. Pipi putih Pete telah memerah, Vegas menamparnya dengan keras.

"Sudah aku katakan untuk menjaga ucapanmu." Nada Vegas begitu rendah. Dia marah, Lunanya diperlakukan seperti ini, selalu saja Pete datang mencari masalah.

LACUNA [BL]Where stories live. Discover now